Keluarga Berantakan Akibat Kesibukan Di Gereja
“Mayoritas klien kami yang mengalami keretakan rumah tangga hingga bercerai adalah aktifis gereja bahkan Pendeta” JS. Beberapa pemimpin gereja tanpa sadar membuat program atau kegiatan jemaat yang begitu amat sangat banyak; sehingga bisa menghabiskan waktu umat 3 hingga 5 kali seminggu. Bahkan kadang lebih. Kegiatan yang banyak itu tentu tidaklah salah, hanya bagi jemaat yang belum matang berumah tangga dan anak-anak mereka masih kecil, sangat membutuhkan kehadiran orangtua setelah pulang bekerja.
Tanpa sadar acara-acara di gereja tersebut menyita banyak tenaga dan energi. Akibatnya saat pulang ke rumah enerji hanya tinggal "5 watt", dan akhirnya lebih banyak marah-marah, dan anak lebih banyak diasuh Pembantu dan "electronic baby sitter". Suami juga sulit membangun keintiman dengan pasangan, karena waktu sudah tersita untuk kerja dan gereja.
Siapkan sebagian waktu libur keluarga, terutama hari dimana semua anggota keluarga libu seperti Sabtu dan hari libur nasional. Sebagian lain utk pengabdian di gereja atau lembaga sosial lainnya
Dimana perlu bertemu Gembala Anda dan ambil waktu cuti pelayanan untuk sementara jika ada keretakan hubungan atau konflik yang terjadi akibat Anda terlalu sibuk selama ini.
Sebagai aktifis gereja fokuslah pada bidang pelayanan tertentu dan dengan demikian kita mengembangkan diri sesuai talenta, sambil memberi kesempatan kepada jemaat lainnya utk terlibat.
Julianto Simanjuntak
Catatan Harian
Tokyo, 19 Juli 2017
Tanpa sadar acara-acara di gereja tersebut menyita banyak tenaga dan energi. Akibatnya saat pulang ke rumah enerji hanya tinggal "5 watt", dan akhirnya lebih banyak marah-marah, dan anak lebih banyak diasuh Pembantu dan "electronic baby sitter". Suami juga sulit membangun keintiman dengan pasangan, karena waktu sudah tersita untuk kerja dan gereja.
Program gereja yang banyak tentu tidak salah; hanya bagi jemaat yang skil dan pemahaman tentang keluarga sangat kurang, jauh lebih membutuhkan bimbingan Pendeta bagaimana menjadi orangtua dan pasangan yang bertanggung jawab.
Program itu jauh lebih dibutuhkan. Bukan sekedar ritual ibadah ini dan itu, yang tidak memperkuat sistem keluarga.
Mayoritas klien kami yang mengalami keretakan rumah tangga hingga bercerai justru aktifis gereja bahkan Pendeta. Setelah rusak ironisnya Gembala tidak banyak terlibat membantu. Program gereja berbasis keluarga. Bila orang dunia dipisahkan dengan keluarganya karena bekerja keras demi mengejar harta, sebagian aktifis gereja tercerai berai dari keluarganya hanya untuk mengejar “perkenanan Tuhan” dengan menghanyutkan diri dengan pelayanan. Sebagian lain menjadikan Gereja sebagai panggung mencari pujian dan apresiasi yang dulu tidak didapatkan saat kanak-kanak.
Program gereja yang sehat seharusnya memperkuat relasi antar keluarga, mendorong hadirnya family altar dan pemuridan anak di rumah. Ya kegiatan ini jauh lebih dibutuhkan untuk membangun keutuhan dan pertumbuhan keluarga. Program gereja berbasis keluarga saat ini sangatlah mendesak. Dimana pelayanan anak, remaja dan orangtua menyatu. Membuat mereka sering bertemu. Bukan makin terpisah atau tercerai berai.
Program komsel atau kelompok kecil yang membahas masalah-masalah keluarga dan ada ruang saling terbuka dan berdoa. Hari sabtu seyogianya hari libur keluarga, juga disita oleh kegiatan gereja. Bahkan hari-hari libur nasional. Sebagian pasangan dan anak harus gigit jari merelakan suami atau ayah-Ibu mereka untuk "melayani Tuhan" atau demi mendukung “visi Pendeta” mereka.
Akibatnya sebagian anak mengalami kepahitan; merasa Ayah atau Ibu mereka telah "dirampas Gereja" dari hidup mereka. Karena masih kecil anak belum dapat memahami realita bahwa Orangtua mereka harus jauh dari mereka dengan alasan melayani Tuhan. Tidak heran sebagian anak-anak menjadi skeptis dan enggan ke gereja. Kita perlu memeriksa motivasi dalam melayani, apa alasan membuat membuat program gereja. Untuk keluarga atau demi kita Sang Pendeta?
Rasul Paulus pernah mengingatkan Orang-orang semacam itu harus ditutup mulutnya, karena mereka MENGACAU banyak KELUARGA dengan mengajarkan yang tidak tidak untuk mendapat UNTUNG yang memalukan. Titus 1:11
Jalan Pemulihan
Alangkah baiknya setiap anggota gereja aktif beribadah dan melayani. Sebagaimana amanat Kitab Suci. Hanya perlu menjaga keseimbangan, antara keluarga dan melayani di gereja. Beberapa saran yang baik dipertimbangkan
Rencanakan waktu untuk keluarga secara terjadwal, memperkaya hubungan dan merawat keintiman keluarga, baik harian,mingguan-bulanan atau tahunan. Libatkan pasangan dan atau anak dalam merencanakannya.
Program itu jauh lebih dibutuhkan. Bukan sekedar ritual ibadah ini dan itu, yang tidak memperkuat sistem keluarga.
Mayoritas klien kami yang mengalami keretakan rumah tangga hingga bercerai justru aktifis gereja bahkan Pendeta. Setelah rusak ironisnya Gembala tidak banyak terlibat membantu. Program gereja berbasis keluarga. Bila orang dunia dipisahkan dengan keluarganya karena bekerja keras demi mengejar harta, sebagian aktifis gereja tercerai berai dari keluarganya hanya untuk mengejar “perkenanan Tuhan” dengan menghanyutkan diri dengan pelayanan. Sebagian lain menjadikan Gereja sebagai panggung mencari pujian dan apresiasi yang dulu tidak didapatkan saat kanak-kanak.
Program gereja yang sehat seharusnya memperkuat relasi antar keluarga, mendorong hadirnya family altar dan pemuridan anak di rumah. Ya kegiatan ini jauh lebih dibutuhkan untuk membangun keutuhan dan pertumbuhan keluarga. Program gereja berbasis keluarga saat ini sangatlah mendesak. Dimana pelayanan anak, remaja dan orangtua menyatu. Membuat mereka sering bertemu. Bukan makin terpisah atau tercerai berai.
Program komsel atau kelompok kecil yang membahas masalah-masalah keluarga dan ada ruang saling terbuka dan berdoa. Hari sabtu seyogianya hari libur keluarga, juga disita oleh kegiatan gereja. Bahkan hari-hari libur nasional. Sebagian pasangan dan anak harus gigit jari merelakan suami atau ayah-Ibu mereka untuk "melayani Tuhan" atau demi mendukung “visi Pendeta” mereka.
Akibatnya sebagian anak mengalami kepahitan; merasa Ayah atau Ibu mereka telah "dirampas Gereja" dari hidup mereka. Karena masih kecil anak belum dapat memahami realita bahwa Orangtua mereka harus jauh dari mereka dengan alasan melayani Tuhan. Tidak heran sebagian anak-anak menjadi skeptis dan enggan ke gereja. Kita perlu memeriksa motivasi dalam melayani, apa alasan membuat membuat program gereja. Untuk keluarga atau demi kita Sang Pendeta?
Rasul Paulus pernah mengingatkan Orang-orang semacam itu harus ditutup mulutnya, karena mereka MENGACAU banyak KELUARGA dengan mengajarkan yang tidak tidak untuk mendapat UNTUNG yang memalukan. Titus 1:11
Jalan Pemulihan
Alangkah baiknya setiap anggota gereja aktif beribadah dan melayani. Sebagaimana amanat Kitab Suci. Hanya perlu menjaga keseimbangan, antara keluarga dan melayani di gereja. Beberapa saran yang baik dipertimbangkan
Rencanakan waktu untuk keluarga secara terjadwal, memperkaya hubungan dan merawat keintiman keluarga, baik harian,mingguan-bulanan atau tahunan. Libatkan pasangan dan atau anak dalam merencanakannya.
Siapkan sebagian waktu libur keluarga, terutama hari dimana semua anggota keluarga libu seperti Sabtu dan hari libur nasional. Sebagian lain utk pengabdian di gereja atau lembaga sosial lainnya
Dimana perlu bertemu Gembala Anda dan ambil waktu cuti pelayanan untuk sementara jika ada keretakan hubungan atau konflik yang terjadi akibat Anda terlalu sibuk selama ini.
Sebagai aktifis gereja fokuslah pada bidang pelayanan tertentu dan dengan demikian kita mengembangkan diri sesuai talenta, sambil memberi kesempatan kepada jemaat lainnya utk terlibat.
Jangan monopoli
Sebagai Gembala, baik secara berkala kunjungan agar mengenali apa yang terjadi dalam kehidupan aktifis Gereja secara riil.
Mintalah mereka yang sedang mengalami masalah keluarga untuk mengambil waktu cuti dan menyarankan untuk Konseling dan rekonsiliasi keluarga sebelum kembali aktif di gereja.
Mintalah mereka yang sedang mengalami masalah keluarga untuk mengambil waktu cuti dan menyarankan untuk Konseling dan rekonsiliasi keluarga sebelum kembali aktif di gereja.
Julianto Simanjuntak
Catatan Harian
Tokyo, 19 Juli 2017
Posting Komentar untuk "Keluarga Berantakan Akibat Kesibukan Di Gereja"