Latar Belakang Kitab Yohanes, Maksud Dan Tujuan Penulisannya
Perbedaan Injil Yohanes
Bila kita membaca Injil Yohanes akan kita temukan perbedaan yang besar antara kitab Yohanes dan ketiga Injil Sinoptik.Pada Injil Matius (Injil Kerajaan), tokoh Yesus digambarkan sebagai Raja Israel, Anak Daud dengan silsilah Rajani dengan tema utamanya yaitu Taurat dan janji. Lebih dari tiga puluh tiga kali kata kerajaan surga mendominasi sepanjang kitab ini. Kitab ini ditujukan kepada orang-orang Yahudi. Secara simbolik Injil ini digambarkan sebagai ”Singa dari Yehuda”.
Injil Markus (Injil Kehambaan)., tokoh Yesus digambarkan Hamba Tuhan (tanpa silsilah). Tema utamanya ”pelayanan” (memberikan nyawa-Nya dan melayani). Lebih dari empat puluh tiga kali kata ”segera” (euthys, eutheos) diungkapkan sepanjang kitab ini. Kitab ini ditujukan kepada orang-orang Romawi (”modius, cencus,speculator, centurio”). Secara simbolik kitab Matius digambarkan dengan simbol ”lembu”.
Injil Lukas (Injil kemanusiaan), tokoh Yesus digambarkan sebagai ”Anak Manusia” (silsilah dari Adam). Tema utamanya ”kasih karunia dan persekutuan.” Kata kuncinya adalah ”Anak Manusia.” Injil Lukas ditujukan kepada orang-orang Yunani (katecheo=maklumat resmi). Gambaran simbolik bagi kitab Lukas adalah ”Manusia.”
Berbeda dengan Injil Yohanes. Injil Yohanes (Injil Keilahian) menempatkan tokoh Yesus sebagai ”Anak Allah” (masa Pra-eksistensi). Tema utama yang disampaikan adalah ”tanda supaya percaya dan memperoleh hidup.” Kata “percaya” (pistis) sebanyak sembilan puluh delapan kali disepanjang kitab ini. Kitab ini ditujukan kepada seluruh manusia (kasih karunia Allah). Gambaran simbolik bagi kitab Yohanes adalah “rajawali.”
Bila kita mengkomparasikan struktur, isi, tekanan dan respon pendengar kitab Injil sinoptik dengan Injil Yohanes maka akan tampak seperti:
Secara struktur Runtutan pelayanan Yesus secara geografi berawal dari Galilea, berbalik ke Utara dengan pengakuan Petrus sebagai klimaks dan akhir transisi, pelayanan di Yudea dan Perea kemudian berakhir di Yerusalem. Beda dengan Injil Yohanes yang berfokus di Yerusalem.
Dari segi isi, kisah dalam ketiga Injil banyak kesamaan peristiwa yang menyangkut penyembuhan Yesus, pengusiran roh jahat, dan pengajaran tentang perumpamaan. Beda dengan Injil Yohanes dengan penekanan arti penyembuhan tanpa catatan peristiwa pengusiran setan dan pengajaran perumpaan.
Tekanan: Injil Sinoptik konstan pada tindakan-tindakan seperti pengutusan murid-murid, transfigurasi, kejadian di bukit zaitun, perjamuan terakhir. Injil Yohanes menekankan perenungan.
Respons Pendengar, dalam Injil Yohanes, Yesus berbicara secara panjang-lebar bukan dalam bentuk perumpamaan yang disertai tanggapan dari para pendengar
Banyak orang akan terkesan dan memperoleh penghiburan yang mendalam ketika membaca Injil Yohanes ini. Pemikiran kita akan diarahkan pada Yohanes sebagai saksi dari semua yang terjadi dan sebagai penulis dari kesaksian-kesaksian tersebut. Walaupun ada yang menolak Yohanes sebagai penulis Injil ini namun masalah perdebatan itu kita tinggalkan dengan melihat bukti-bukti yang mengarahkan kepada siapa penulis Injil ini.
Salah satu bukti eksternal bahwa tradisi Kristen sejak abad yang kedua masehi mengatakan bahwa Injil ini memiliki hubungan yang erat dengan Rasul Yohanes. Saksi pertama Irenius seorang Uskup Lyons di tahun 177 dengan jelas menyajikan bukti tersebut. Irenius mengenal Polikarpus yang mengenal Rasul Yohanes dan ia mengakui kontak langsung dengan Rasul Yohanes. Selain itu kita dapat menelusurinya dari bukti-bukti internal yang menjadi referensi siapa penulis Injil ini.
Tidak ditemukan satu namapun di dalam teks sebagai penulis dari Injil ini. Walaupun di dalamnya tertulis “murid yang dikasihi”. Murid yang dikasihi Yesus disebutkan lima kali di dalam Injil ini. Kata ini muncul hanya dalam bagian akhir kitab ini. Bagian-bagian yang menyebutkan kata itu adalah:
Yoh 13:23. Murid yang dikasihi Yesus itu dekat dan bersandar kepada-Nya. Bersama dengan Yesus dalam perjamuan Paskah. Petrus memberi isyarat dan bertanya kepada murid ini tentang penghianat yang menghianati Yesus (13:24)
Yoh 19:26. Murid yang dikasihi Yesus berdiri di samping Maria dekat dengan salib Yesus.
Yoh 20:2-10. Petrus dan murid yang lain yang dikasihi Yesus (bd 18:15-16) yang menemukan dan melihat kubur Yesus kosong.
Yoh 21:7, 20-23. Murid yang dikasihi Yesus itu terlibat bersama Petrus dalam mujizat penangkapan seratus lima puluh tiga ekor ikan. Murid itu juga mengetahui kebangkitan Yesus sebagai Allah. Dia juga selalu bersama-sama dengan Yesus dan Petrus dan mendengar tentang diskusi mengenai akhir hidupnya (20). Yoh 21:24. Referensi terakhir ini tidak menggunakan frase ”murid yang dikasihi” tetapi titik penekanannya kepada dia sebagai murid yang sama yang dimaksudkan. Dialah murid yang memberikan kesaksian dan menuliskannya, dan semua kesaksiannya itu benar.
Murid yang dikasihi Yesus juga memiliki hubungan yang cukup dekat dengan keluarga dimana Yesus berasal. Murid ini yang dipercayakan kepada Maria ibu Yesus.
Dalam Yoh. 21:2 dikatakan disana ada anak-anak Zebedeus. Zebedeus adalah seorang nelayan, bapak dari Yakobus dan Yohanes (Mat 4:21) suami dari Salome (Mt 27:56; Mrk 15:40). Salome adalah Ibu Yohanes dan saudari dari Maria ibu Yesus (bd Yoh 19:25; Mrk 16:1). Jika ini diterima dan memiliki hubungan dengan murid yang dikasihi Yesus maka Yohanes sebagai penulis yang dimaksudkan dalam Injil ini.
Hanya satu di antara sahabat-sahabat Yesus yang paling dekat bisa tepat mengetahui keadaan-keadaan ini. Yakobus terbunuh pada awal sejarah gereja (Kis 12:2). Petrus, Tomas, dan Filipus begitu sering disebut sebagai orang ketiga, hingga tidak ada kemungkinan bahwa merekalah penulisnya. Yohanes anak Zebedeus adalah satu-satunya kemungkinan yang tersisa, dan dengan menganggap dirinya sebagai penulis Injil ini.
Yohanes anak Zebedeus adalah rasul yang paling muda kira-kira 25 tahun, lahir pada tahun 1 M dan meninggal tahun 100 M. Ia yang tinggal bersama-sama dengan Yesus sampai pada kenaikan-Nya kemudian menjalani hukuman di Yerusalem di masa tuannya.
Kesaksian tradisi Kristen serta bukti yang terkandung dalam injil ini sendiri menunjukkan bahwa penulisnya adalah Yohanes anak Zebedeus, salah satu diantara dua belas murid dan anggota kelompok inti Kristus (Petrus, Yohanes dan Yakobus).
Menurut beberapa pendapat seperti Clement dari alexandria mengakui bahwa Injil Yohanes ditulis oleh Yohanes. Polycrates dari Efesus mengakui bahwa Yohanes, yang telah bersandar pada Tuhan Yesus, dikuburkan di Efesus. Irenius menyatakan bahwa Yohanes menulis Injil ketika ia berdiam di Efesus.
Tampaknya penulis Injil ke-empat ini rindu supaya identitasnya sebagai Yohanes anak Zebedeus tenggelam dalam suatu identitas yang jauh lebih indah yaitu “murid yang dikasihi Yesus”. Suatu identitas yang mengandung pemahaman kehidupan rohani yang dewasa dan mantap.[33]
Bila kita mengkomparasikan struktur, isi, tekanan dan respon pendengar kitab Injil sinoptik dengan Injil Yohanes maka akan tampak seperti:
Secara struktur Runtutan pelayanan Yesus secara geografi berawal dari Galilea, berbalik ke Utara dengan pengakuan Petrus sebagai klimaks dan akhir transisi, pelayanan di Yudea dan Perea kemudian berakhir di Yerusalem. Beda dengan Injil Yohanes yang berfokus di Yerusalem.
Dari segi isi, kisah dalam ketiga Injil banyak kesamaan peristiwa yang menyangkut penyembuhan Yesus, pengusiran roh jahat, dan pengajaran tentang perumpamaan. Beda dengan Injil Yohanes dengan penekanan arti penyembuhan tanpa catatan peristiwa pengusiran setan dan pengajaran perumpaan.
Tekanan: Injil Sinoptik konstan pada tindakan-tindakan seperti pengutusan murid-murid, transfigurasi, kejadian di bukit zaitun, perjamuan terakhir. Injil Yohanes menekankan perenungan.
Respons Pendengar, dalam Injil Yohanes, Yesus berbicara secara panjang-lebar bukan dalam bentuk perumpamaan yang disertai tanggapan dari para pendengar
Banyak orang akan terkesan dan memperoleh penghiburan yang mendalam ketika membaca Injil Yohanes ini. Pemikiran kita akan diarahkan pada Yohanes sebagai saksi dari semua yang terjadi dan sebagai penulis dari kesaksian-kesaksian tersebut. Walaupun ada yang menolak Yohanes sebagai penulis Injil ini namun masalah perdebatan itu kita tinggalkan dengan melihat bukti-bukti yang mengarahkan kepada siapa penulis Injil ini.
Penulis Injil Yohanes
Bagian ini menjadi bagian yang sangat diperdebatkan dan menjadi diskusi yang problematik. Salah satu yang diperdebatkan adalah bukan Rasul Yohanes, murid Yesus sebagi penulis Injil ini melainkan Bishop Yohanes.Salah satu bukti eksternal bahwa tradisi Kristen sejak abad yang kedua masehi mengatakan bahwa Injil ini memiliki hubungan yang erat dengan Rasul Yohanes. Saksi pertama Irenius seorang Uskup Lyons di tahun 177 dengan jelas menyajikan bukti tersebut. Irenius mengenal Polikarpus yang mengenal Rasul Yohanes dan ia mengakui kontak langsung dengan Rasul Yohanes. Selain itu kita dapat menelusurinya dari bukti-bukti internal yang menjadi referensi siapa penulis Injil ini.
Tidak ditemukan satu namapun di dalam teks sebagai penulis dari Injil ini. Walaupun di dalamnya tertulis “murid yang dikasihi”. Murid yang dikasihi Yesus disebutkan lima kali di dalam Injil ini. Kata ini muncul hanya dalam bagian akhir kitab ini. Bagian-bagian yang menyebutkan kata itu adalah:
Yoh 13:23. Murid yang dikasihi Yesus itu dekat dan bersandar kepada-Nya. Bersama dengan Yesus dalam perjamuan Paskah. Petrus memberi isyarat dan bertanya kepada murid ini tentang penghianat yang menghianati Yesus (13:24)
Yoh 19:26. Murid yang dikasihi Yesus berdiri di samping Maria dekat dengan salib Yesus.
Yoh 20:2-10. Petrus dan murid yang lain yang dikasihi Yesus (bd 18:15-16) yang menemukan dan melihat kubur Yesus kosong.
Yoh 21:7, 20-23. Murid yang dikasihi Yesus itu terlibat bersama Petrus dalam mujizat penangkapan seratus lima puluh tiga ekor ikan. Murid itu juga mengetahui kebangkitan Yesus sebagai Allah. Dia juga selalu bersama-sama dengan Yesus dan Petrus dan mendengar tentang diskusi mengenai akhir hidupnya (20). Yoh 21:24. Referensi terakhir ini tidak menggunakan frase ”murid yang dikasihi” tetapi titik penekanannya kepada dia sebagai murid yang sama yang dimaksudkan. Dialah murid yang memberikan kesaksian dan menuliskannya, dan semua kesaksiannya itu benar.
Murid yang dikasihi Yesus juga memiliki hubungan yang cukup dekat dengan keluarga dimana Yesus berasal. Murid ini yang dipercayakan kepada Maria ibu Yesus.
Dalam Yoh. 21:2 dikatakan disana ada anak-anak Zebedeus. Zebedeus adalah seorang nelayan, bapak dari Yakobus dan Yohanes (Mat 4:21) suami dari Salome (Mt 27:56; Mrk 15:40). Salome adalah Ibu Yohanes dan saudari dari Maria ibu Yesus (bd Yoh 19:25; Mrk 16:1). Jika ini diterima dan memiliki hubungan dengan murid yang dikasihi Yesus maka Yohanes sebagai penulis yang dimaksudkan dalam Injil ini.
Hanya satu di antara sahabat-sahabat Yesus yang paling dekat bisa tepat mengetahui keadaan-keadaan ini. Yakobus terbunuh pada awal sejarah gereja (Kis 12:2). Petrus, Tomas, dan Filipus begitu sering disebut sebagai orang ketiga, hingga tidak ada kemungkinan bahwa merekalah penulisnya. Yohanes anak Zebedeus adalah satu-satunya kemungkinan yang tersisa, dan dengan menganggap dirinya sebagai penulis Injil ini.
Yohanes anak Zebedeus adalah rasul yang paling muda kira-kira 25 tahun, lahir pada tahun 1 M dan meninggal tahun 100 M. Ia yang tinggal bersama-sama dengan Yesus sampai pada kenaikan-Nya kemudian menjalani hukuman di Yerusalem di masa tuannya.
Kesaksian tradisi Kristen serta bukti yang terkandung dalam injil ini sendiri menunjukkan bahwa penulisnya adalah Yohanes anak Zebedeus, salah satu diantara dua belas murid dan anggota kelompok inti Kristus (Petrus, Yohanes dan Yakobus).
Menurut beberapa pendapat seperti Clement dari alexandria mengakui bahwa Injil Yohanes ditulis oleh Yohanes. Polycrates dari Efesus mengakui bahwa Yohanes, yang telah bersandar pada Tuhan Yesus, dikuburkan di Efesus. Irenius menyatakan bahwa Yohanes menulis Injil ketika ia berdiam di Efesus.
Tampaknya penulis Injil ke-empat ini rindu supaya identitasnya sebagai Yohanes anak Zebedeus tenggelam dalam suatu identitas yang jauh lebih indah yaitu “murid yang dikasihi Yesus”. Suatu identitas yang mengandung pemahaman kehidupan rohani yang dewasa dan mantap.[33]
Waktu Dan Tempat Penulisan Injil Yohanes
Injil ini ditulis kira-kira sebelum tahun 100M.[34] Seperti ungkapan Carson: salinan paling tua yang ditemui disebut Papyrus 52, yang terdiri dari beberapa kata dari Yoh 18. melihat gaya huruf dan bahan tulisan, ditaksir bahwa papyrus tersebut disalin pada tahun 130 M.Dari akhir abad kedua ada dua naskah, yaitu Papyrus 66 yang mengandung hampir seluruh Injil Lukas, Yohanes 1-12, dan sebagian dari 12-15. papyrus 45 mengandung keempat Injil dan Kisah Para Rasul, tetapi keadaannya rusak, banyak kata di dalamnya tidak dapat dibaca. Naskah tersebut disalin pada awal abad ketiga. Dari abad keempat dan seterusnya ada banyak naskah yang utuh.[35]
Ada tradisi yang meyakinkan bahwa Rasul Yohanes hidup sampai lanjut usia (Irenius), dan bahwa Injil Yohanes ditulis setelah Injil matius, Markus, dan Lukas (Irenius, Clement dan Eusebius). Namun demikian tidak ada tradisi yang kuat bahwa Injil Yohanes ditulis pada waktu Rasul Yohanes sudah lanjut usia.
Ada tradisi yang meyakinkan bahwa Rasul Yohanes hidup sampai lanjut usia (Irenius), dan bahwa Injil Yohanes ditulis setelah Injil matius, Markus, dan Lukas (Irenius, Clement dan Eusebius). Namun demikian tidak ada tradisi yang kuat bahwa Injil Yohanes ditulis pada waktu Rasul Yohanes sudah lanjut usia.
F. Kenyon mengungkapkan bahwa penemuan-penemuan potongan Fragmen Rylands, yang mengandung suatu penggalan dari Yohanes 18:31-33, 37-38, menunjukkan bahwa Injil Yohanes mungkin digunakan dalam pertengahan yang pertama dari abad kedua. Goodenough mengajukan pendapat bahwa Injil Yohanes mungkin sudah ditulis pada tahun 40.
Walaupun dalam kesulitan penentuan waktu dan tempat penulisan, nampaknya jawaban yang paling tepat adalah Injil Yohanes ditulis di Asia Kecil, mungkin di Efesus, menjelang akhir abad yang pertama, ketika pertumbuhan gereja sudah mencapai kematangannya, dan ketika sudah timbul kebutuhan akan ajaran yang lebih lanjut tentang kaidah iman.[39]
Materi dalam injil ini dimaksudkan untuk menyanggah beberapa doktrin sesat yaitu doktrin-doktrin Gnostik, dan khususnya doktrin Cerinthus, yang percaya bahwa Yesus hanyalah seorang manusia yang didiami Roh Kristus.
Tujuan Penulisan Injil Yohanes
Yohanes menulis Injilnya ketika dia diperhadapkan dengan berbagai ajaran sesat dan bidat-bidat. Maksud ia menuliskan Injil ini sebagai apologetika terhadap ajaran-ajaran sesat atau bidat-bidat.Materi dalam injil ini dimaksudkan untuk menyanggah beberapa doktrin sesat yaitu doktrin-doktrin Gnostik, dan khususnya doktrin Cerinthus, yang percaya bahwa Yesus hanyalah seorang manusia yang didiami Roh Kristus.
Ajaran gnostik pada masa ini hanya merupakan ajaran proto-gnostik sebagai embrio dari ajaran gnostik. Yang dimaksud dengan istilah gnostisisme adalah adalah sistem-sistem gnostik yang telah dikembangkan dan baru mulai muncul pada abad ke 2 M. Sedangkan gnosis adalah gagasan-gagasan umum yang belum dikembangkan, bisa disebut pra-gnostisisme.
Pada abad pertama ini banyak pengaruh dari agama-agama timur yang menjanjikan kelepasan dari segala kesukaran dan penderitaan di dunia ini. Agama-agama ini memberi kepada manusia suatu ilmu kebajikan yang baru, suatu perasaan keamanan dan perlindungan yang menghiburkan hati, serta pengharapan yang sungguh akan dibebaskan kelak dari segala kesulitan dan kesengsaraan yang diderita oleh tubuh dan jiwa dalam hidup yang fana ini.
Pada abad pertama ini banyak pengaruh dari agama-agama timur yang menjanjikan kelepasan dari segala kesukaran dan penderitaan di dunia ini. Agama-agama ini memberi kepada manusia suatu ilmu kebajikan yang baru, suatu perasaan keamanan dan perlindungan yang menghiburkan hati, serta pengharapan yang sungguh akan dibebaskan kelak dari segala kesulitan dan kesengsaraan yang diderita oleh tubuh dan jiwa dalam hidup yang fana ini.
Pada masa-masa ini berkembanglah ibadat kepada dewa-dewa asing diseluruh kekaisaran. Penyembahan terhadap dewi Isis dan dewa Osiris di negeri Mesir, Baal di Siria, dewa Mitras di Persia dan dewi Kybele di Asia Kecil. Ilmu nujum (astrologi) dari Babel tak kurang pula diselidiki, dan agama-agama rahasia (misteri) dari Yunani pun bertambah besar pengaruhnya.
Gnosis bersifat sinkretik, yang berupaya untuk memadukan beberapa aliran keagamaan kedalam suatu kesatuan, maka sejak awal hal itu merupakan ancaman yang serius bagi kekristenan.
Setelah abad pertama dan sekitar abad kedua ajaran gnostik mulai terasa kuat pengaruhnya sebagai ajaran gnostik yang mapan muncul dengan ajaran-ajarannya mengenai suatu hikmat tertinggi yang rahasia dan tersembunyi tentang asal dan tujuan hidup manusia.
Gnosis bersifat sinkretik, yang berupaya untuk memadukan beberapa aliran keagamaan kedalam suatu kesatuan, maka sejak awal hal itu merupakan ancaman yang serius bagi kekristenan.
Setelah abad pertama dan sekitar abad kedua ajaran gnostik mulai terasa kuat pengaruhnya sebagai ajaran gnostik yang mapan muncul dengan ajaran-ajarannya mengenai suatu hikmat tertinggi yang rahasia dan tersembunyi tentang asal dan tujuan hidup manusia.
Wujudnya berupa sinkritisme yang dualistis-pantheistis. Alasan inilah maka Paulus dan Yohanes telah mengingatkan pembacanya supaya jangan tertipu dengan pengajar-pengajar yang sesat dengan hikmat dan marifatnya yang istimewa dengan menyangkali keberadaan Yesus yang telah datang sebagai manusia (1Tim 6:20, 1Yoh 4:1-3). Puncak pengaruh gnostik kira-kira pada tahun 150, dengan kota Alexandria sebagai pusatnya, juga sebagai tempat kerja Basilides, yang mengarang sebuah tafsiran Perjanjian Baru secara gnostik, dan kota Roma tempat Valentinus seorang ahli gnostik Kristen mengajar gnostiknya.
Yohanes mencoba menyajikan tulisannya dengan lebih unik yang berfokus pada pribadi Yesus untuk menarik kembali perhatian orang-orang Kristen yang cenderung pada ajaran gnostik yang sesat.
Injil Yohanes menjelaskan sifat, maksud serta tujuan Yesus Kristus yang sebenarnya sebagai Manusia dan Allah yang sempurna dalam menciptakan segala sesuatu (Yoh 1:1). Pelayanan Yesus ini digambarkan dengan ”tanda” disepanjang isi Injil Yohanes. Istilah “tanda” digunakan 17 kali dalam Injil Yohanes dan masing-masing dihubungkan dengan ketujuh mukjizat yang disebutkan dalam Injil ini.
Kata-kata mukjizat dalam Perjanjian Baru justru dielakkan untuk dapat menyatakan pengutusan keilahian Yesus. Dalam agama Yahudi dikenal kata lain yang benar-benar dianggap cocok yaitu kata ”tanda” (semeion). Bagi Yohanes ia lebih mengutamakan firman atau pribadi Yesus. Firman itu terungkap dari karya-karya Allah dan dengan demikian merupakan tanda-tanda untuk hadirnya dunia baru. Lain halnya dengan injil-injil Sinoptik.
Yohanes mencoba menyajikan tulisannya dengan lebih unik yang berfokus pada pribadi Yesus untuk menarik kembali perhatian orang-orang Kristen yang cenderung pada ajaran gnostik yang sesat.
Injil Yohanes menjelaskan sifat, maksud serta tujuan Yesus Kristus yang sebenarnya sebagai Manusia dan Allah yang sempurna dalam menciptakan segala sesuatu (Yoh 1:1). Pelayanan Yesus ini digambarkan dengan ”tanda” disepanjang isi Injil Yohanes. Istilah “tanda” digunakan 17 kali dalam Injil Yohanes dan masing-masing dihubungkan dengan ketujuh mukjizat yang disebutkan dalam Injil ini.
Kata-kata mukjizat dalam Perjanjian Baru justru dielakkan untuk dapat menyatakan pengutusan keilahian Yesus. Dalam agama Yahudi dikenal kata lain yang benar-benar dianggap cocok yaitu kata ”tanda” (semeion). Bagi Yohanes ia lebih mengutamakan firman atau pribadi Yesus. Firman itu terungkap dari karya-karya Allah dan dengan demikian merupakan tanda-tanda untuk hadirnya dunia baru. Lain halnya dengan injil-injil Sinoptik.
Dalam karya sinoptik banyak ditemukan kata ”kuasa” (dunamis). Istilah ”tanda” menurut pengertian para sinoptisi menekankan jarak, bukan kenyataan itu sendiri, melainkan menunjuk pada yang sebenarnya. Kuasa dapat diidentikkan dengan ’bekerja’ atau ’berkarya’. Sebagaimana yang diungkapkan Yohanes: Yesus berkarya, sama dengan Allah yang berkarya.[49]
Yohanes mengungkapkannya dengan bahasa yang jelas bahwa Yesus adalah Allah dan telah menjadi manusia. Yohanes memulai Injil ini bukan dari permulaan melainkan pada permulaan[50]. Bagi Yohanes kisah kelahiran di Betlehem bukan menjadi awal mula keberadaan Yesus melainkan awal atau saat Ia menjadi manusia. Penekanannya adalah Yesus sudah ada sebelum dunia ada.
Dari peristiwa pembukaan sampai akhir pelayanan Yesus, terbentang karya-karya Allah yang unik dalam tanda-tanda ajaib. Apakah semua mukjizat itu benar? Pada akhirnya harus dijawab dengan iman dari pribadi – bukan semata-mata kepercayaan bahwa peristiwa-peristiwa itu benar-benar historis, melainkan kepercayaan kepada Kristus yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang ajaib itu. Melalui iman kepada Yesus kita bisa menempatkan keyakinan kita kepada kebenaran-kebenaran yang menyelamatkan.
Yohanes menyatakan tujuannya untuk tulisannya dalam 20:30 yaitu: ”Supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya.”
Naskah kuno Yunani dari Yohanes memakai satu dari dua bentuk waktu untuk kata Yunani yang diterjemahkan ”percaya” (20:31): yaitu aorist subjunctive (”sehingga kamu dapat mulai mempercayai”) dan present subjunctive (”sehingga kamu dapat terus percaya”).
Yohanes mengungkapkannya dengan bahasa yang jelas bahwa Yesus adalah Allah dan telah menjadi manusia. Yohanes memulai Injil ini bukan dari permulaan melainkan pada permulaan[50]. Bagi Yohanes kisah kelahiran di Betlehem bukan menjadi awal mula keberadaan Yesus melainkan awal atau saat Ia menjadi manusia. Penekanannya adalah Yesus sudah ada sebelum dunia ada.
Dari peristiwa pembukaan sampai akhir pelayanan Yesus, terbentang karya-karya Allah yang unik dalam tanda-tanda ajaib. Apakah semua mukjizat itu benar? Pada akhirnya harus dijawab dengan iman dari pribadi – bukan semata-mata kepercayaan bahwa peristiwa-peristiwa itu benar-benar historis, melainkan kepercayaan kepada Kristus yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang ajaib itu. Melalui iman kepada Yesus kita bisa menempatkan keyakinan kita kepada kebenaran-kebenaran yang menyelamatkan.
Yohanes menyatakan tujuannya untuk tulisannya dalam 20:30 yaitu: ”Supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya.”
Naskah kuno Yunani dari Yohanes memakai satu dari dua bentuk waktu untuk kata Yunani yang diterjemahkan ”percaya” (20:31): yaitu aorist subjunctive (”sehingga kamu dapat mulai mempercayai”) dan present subjunctive (”sehingga kamu dapat terus percaya”).
Jikalau Yohanes bermaksud yang pertama, ia menulis untuk meyakinkan orang yang tidak percaya untuk percaya kepada Tuhan Yesus Kristus dan diselamatkan. Kalau bagian yang kedua, Yohanes menulis untuk menguatkan dasar iman supaya orang percaya dapat terus percaya kendatipun ada ajaran palsu, dan dengan demikian masuk dalam persekutuan penuh dengan Bapa dan Anak (bd. 17:3). Walaupun kedua tujuan ini didukung dalam kitab Yohanes, isi dari Injil ini pada umumnya mendukung yang kedua sebagai tujuan utama.
Sesuai dengan tujuan Injil ini tentang Yesus sebagai Mesias dan fokus penekanan Rasul Yohanes pada kota Yerusalem sebelum Yesus memulai pelayananNya, Yohanes Pembaptis telah mempermaklumkan bahwa Yesus adalah anak Domba Allah (1:29) Rasul Yohanes mengarahkan pada tanda-tanda sebagai bukti kehadiran Yesus. Ketujuh tanda yang menyertai pelayanan Yesus adalah sebagai berikut:
Mengubah air menjadi anggur (2:1-11)
Menyembuhkan anak pegawai istana (4:46-54)
Menyembuhkan orang sakit di Betesda (5:1-9)
Memberi makan lima ribu orang (6:1-14)
Berjalan diatas air (6:16-21)
Menyembuhkan orang buta (9:1-12)
Membangkitkan Lazarus(11:1-46)
Ketujuh tanda ini akan memberikan pengertian dan maksud dari keberadaan Yesus di bumi dan keilahian-Nya. Siapakah Dia dan bagaimana misinya serta tujuan-Nya, tanda-tanda ini yang akan menjelaskan-Nya.
Sesuai dengan tujuan Injil ini tentang Yesus sebagai Mesias dan fokus penekanan Rasul Yohanes pada kota Yerusalem sebelum Yesus memulai pelayananNya, Yohanes Pembaptis telah mempermaklumkan bahwa Yesus adalah anak Domba Allah (1:29) Rasul Yohanes mengarahkan pada tanda-tanda sebagai bukti kehadiran Yesus. Ketujuh tanda yang menyertai pelayanan Yesus adalah sebagai berikut:
Mengubah air menjadi anggur (2:1-11)
Menyembuhkan anak pegawai istana (4:46-54)
Menyembuhkan orang sakit di Betesda (5:1-9)
Memberi makan lima ribu orang (6:1-14)
Berjalan diatas air (6:16-21)
Menyembuhkan orang buta (9:1-12)
Membangkitkan Lazarus(11:1-46)
Ketujuh tanda ini akan memberikan pengertian dan maksud dari keberadaan Yesus di bumi dan keilahian-Nya. Siapakah Dia dan bagaimana misinya serta tujuan-Nya, tanda-tanda ini yang akan menjelaskan-Nya.
Posting Komentar untuk "Latar Belakang Kitab Yohanes, Maksud Dan Tujuan Penulisannya"