 |
Foto By Sonny Wanda |
Khawatir, takut, cemas, resah dan gelisah, kepanikan terhadap sesuatu kondisi dan keadaan, ini hal yang wajar dan manusiawi.
Khawatir adalah sikap berpikir berlebihan atau terlalu cemas tentang suatu masalah atau situasi. Kekhawatiran biasanya disertai dengan rasa tidak nyaman dan kecemasan. Pada kondisi parah, rasa khawatir dapat menyebabkan kecemasan parah serta panik. dan mungkin akan menjadi masalah kronis bila tidak diatasi.
Kekhawatiran kita dipicu oleh kondisi dan keadan hidup ini, hal-hal kecil yang selalu kita jumpai setiap saat, misalnya kondisi ekonomi, keuangan, kesehatan, makan, minum dan pakai. Hal-hal ini menguras energi dan mengacaukan suasana hati. Siklus kekhawatiran seperti ini tidak sehat bagi pertumbuhan jiwa dan rohani kita.
Seperti apakah dampak kekhawatiran itu? Seorang yang cukup mapan secara ekonomi, seringkali mengeluh dan lupa bersyukur apabila berhadapan dengan masalah makan, minum dan pakai.
Kecemasan masalah ekonomi, cicilan yang harus dibayar, harga-harga kebutuhan yang tidak sesuai harapan, pekerjaan yang semakin sulit dan pemasukan yang terus berkurang. Pada kondisi itu kita terjebak dalam ketakutan yang kronis, tidak bisa menikmati hidup, alarm kepanikan mengingatkan seolah-olah besok akan terjadi kiamat.
Kita tidak bisa menghentikan kesulitan-kesulitan yang akan datang silih berganti menghampiri hidup kita, tetapi kita bisa merubah pola pikir kita tentang kesulitan-kesulitan tersebut.
Yesus berkata:
"Karena itu Aku berkata kepadamu: Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Bukankah hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian? (Matius 6:25)
Kata "Kuatir" (yun: μεριμναω merimnao) memiliki arti: "memusatkan perhatian".
Kita lebih fokus kepada hal-hal penunjang hidup kita (makan, minum, pakai) sampai akhirnya menguras tenaga dan lupa fokus kepada objek yang menjadi kekuatan hidup.
Kekhawatiran tidak bisa diatasi hanya dengan banyak berdoa dan banyak berpuasa. Berpikir objektif dan menyelaraskan pikiran kita dengan cara Tuhan adalah cara yang efektif sehingga menjadikan kita menjadi orang yang berbahagia diatas kesulitan-kesulitan hidup. Hidup akan menjadi indah dan hari-hari akan dipenuhi dengan ucapan syukur.
Orang yang sering berpikir subjektif adalah orang yang mudah diserang kekhawatiran, kecemasan, ketakutan dan lain sebagainya.
Selaraskanlah pikiran kita dengan cara Tuhan berpikir yaitu berpikir secara objektif .
Kata Yesus: "Bukankah hidup itu lebih penting dari pada makanan dan pakaian?
Kata 'Hidup' (Yun:"ψυχη psuche")artinya: nyawa, napas.
Selama masih ada napas, nyawa maka tidak ada alasan untuk kita khawatir tentang hidup ini karena Sang Pemberi nyawa yaitu Tuhan sendiri, masih tetap mempertahankan napas hidup kita. Dengan demikian semua penunjang hidup (makan, minum, pakai) ada di dalam perhatianNya.
Bila demikian tugas kita adalah mengucap syukur dan sampaikan semua persoalan kita kepada Tuhan melalui doa.
Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur (Filipi 4:)
Segala hal dan bukan hanya makan, minum dan pakai, hendaknya dibawa di dalam doa yang penuh dengan ucapan syukur, maka Tuhan akan menginterfensi pola pikir kita dan merubah cara pandang kita terhadap persoalan hidup.
Dengan pola pikir yang diubahkan dan cara berpikir secara objektif mengenai masalah apapun akan menjadikan kita orang yang berbahagia dan orang yang tidak pernah berkekurangan sukacita dan damai sejahtera.
Posting Komentar untuk "Khawatir, Takut, Cemas, Resah dan Gelisah? Tenanglah."