Kebaikan Tidak Bisa Menghapus Dosa, Dosa Bukan Sekedar Kejahatan

Berbuat baik, beramal
Foto By Sonny Wanda

Kebaikan Dan Dosa

Kebaikan adalah perilaku yang membawa dampak positif bagi orang lain, entah mereka yang ada di sekeliling kita atau masyarakat luas. Berbuat baik pada diri sendiri juga merupakan kewajiban kita sebagai umat manusia. Artinya kita bisa berguna bagi orang lain dan tidak membawa dampak negatif bagi orang lain.

Dosa adalah pelanggaran cinta kasih terhadap Tuhan atau sesama yang dapat mengakibatkan terputusnya hubungan antara manusia dengan Allah. Utamanya, dosa disebabkan karena manusia mencintai dirinya sendiri atau hal-hal lain sedemikian rupa sehingga menjauhkan diri dari cinta terhadap Allah.

Dosa juga di pandang sebagai perbuatan yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan, baik itu melalui pikiran, perkataan, perbuatan manusia.

Dosa adalah ketidaktaatan manusia dalam hubungannya dengan Tuhan yang diungkapkan melalui pemberontakan dan pelanggaran manusia. Menurut Alkitab semua manusia telah jatuh ke dalam dosa karena Adam dan Hawa telah jatuh ke dalam dosa. 

Kepada Israel ditunjuk jalan keluar dari dosa, yakni mempersembahkan korban, antara lain  korban penghapus dosa dan korban penebus salah. Dalam Perjanjian Baru Yesus Kristus diberitakan sebagai Penebus (Juruselamat) umat manusia dari segala dosa.

Dosa menurut rasul Paulus adalah (dalam arti keinginan daging) keadaan perseteruan terhadap Allah karena tidak takluk kepada hukum Allah (Roma 8:7). Dosa menurut rasul Yohanes adalah pelanggaran terhadap hukum Allah (1 Yohanes 3:4).

Cara Menuntaskan Dosa

Bagaimana kebaikan bisa menghapus ketidaktaatan, pemberontakan dan pelanggaran manusia? Apakah dengan berbuat baik dapat meluputkan kita dari tuntutan dosa?

PerkataanYesus ketika Dia disalib yang mengatakan "sudah selesai",
Sesudah Yesus meminum anggur asam itu, berkatalah Ia: "Sudah selesai" Lalu Ia menundukkan kepala-Nya dan menyerahkan nyawa-Nya. (Yohanes 19:30)

"Sudah selesai" atau "Tetelestai" (Yun) artinya sudah terjadi transaksi atau pembayaran 

Hukuman mati yang dijalani Yesus adalah misi penebusan. Bagi Yesus hidup lama atau umur panjang bukan tujuan. Nyatanya Yesus hanya berusia tiga puluh tiga tahun. Artinya hidup bukan seberapa lamanya kita di bumi tetapi hidup adalah "Pencapaian". Ada sebuah target yang harus tercapai tidak peduli berapa lama.

Pencapaian Yesus adalah terjadinya transaksi atau pembayaran terhadap jiwa kita. KematianNya berbicara "sudah tuntas" sudah lunas tidak ada lagi hutang.

Tuhan tidak membeli dosa tetapi jiwa. Dosa adalah sesuatu yang dibenci oleh Tuhan dan tidak mungkin Tuhan mati untuk membeli dosa atau membayar dosa. Tuhan hanya mati dan menebus jiwa manusia karena jiwa manusia sangat berharga. Artinya Tuhan membeli kembali jiwa kita. Untuk itu mengapa ada misi, penginjilan untuk menyelamatkan manusia dari ikatan belenggu dosa supaya diselamatkan.

Tuhan menuntaskan pembayaran jiwa manusia melalui kematiannya karena upah dosa adalah maut atau kematian. 
Sebab upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita (Roma 6:23).
Dosa, maut atau kematian tidak bisa dituntaskan dengan kebaikan. Tuntutan dosa adalah kematian maka harus dibayar dengan kematian.

Dalam pandangan Alkitab dosa bukan sekedar kejahatan atau keburukan. Apabila dosa dipandang sekedar kejahatan maka semua agama di dunia bisa menuntaskan masalah dosa dengan kebaikan. 

Perbuatan Baik Tidak Bisa Menuntaskan Dosa

Agama mengajarkan untuk berbuat baik, kalau bisa sebanyak-banyaknya karena pusat ajaran semua agama di dunia  adalah "kebaikan", karena bagi mereka dosa adalah kejahatan. Masuk akal apabila orang berusaha sekuat tenaga untuk berbuat baik. Tetapi manusia lupa bahwa  dosa tidak bisa dituntaskan dengan hanya berbuat baik.

Dalam kekristenan esensi dosa bukan kejahatan. Kejahatan adalah buah dari dosa dan bukan pokok dari dosa. Misalnya: Buah apel adalah bagian dari pohon apel, tetapi buah apel bukan pokok dari pohon apel. Demikian juga dengan dosa. 

Dosa bukan kejahatan tetapi dosa adalah kematian. Pada waktu Adam dan Hawa makan buah, saat itu mereka mati. Kematian mereka bukan secara fisik tetapi kematian secara rohani ada hubungan yang terputus dengan Tuhan. 

Ketika Adam dan Hawa berdosa, kematian moral dan rohani langsung terjadi (bandingkan Kejadian 2:17), sedangkan kematian jasmani baru dialami kemudian (Kejadian 5:5).
Allah telah berfirman, "pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati" (Kejadian 2:17). 
Jadi, ketika berbuat dosa, mereka langsung mati secara rohani dan moral (bandingkan Yohanes 17:3). Kematian moral merupakan kematian hidup Allah di dalam diri mereka dan tabiat mereka menjadi penuh dosa; kematian rohani berarti bahwa hubungan mereka dengan Allah sebelumnya sudah hancur.

Sejak dosa Adam dan Hawa, semua orang yang lahir memasuki dunia dengan tabiat yang berdosa (Roma 8:5-8). Pencemaran tabiat manusia meliputi keinginan bawaan untuk mengikuti kemauannya sendiri tanpa memperhatikan Allah atau sesama, dan pencemaran ini diteruskan kepada semua orang (Kejadian 5:3; Kejadian 6:5; 8:21; Efesus 2:3; lihat Roma 3:10-18).

Akan tetapi, perhatikan bahwa tidak pernah Alkitab mengajar bahwa semua orang berdosa ketika Adam berbuat dosa atau bahwa kesalahan Adam diperhitungkan kepada seluruh umat manusia.
Sebab itu, sama seperti dosa telah masuk ke dalam dunia oleh satu orang, dan oleh dosa itu juga maut, demikianlah maut itu telah menjalar kepada semua orang, karena semua orang telah berbuat dosa (Roma 5:12)
Yang diajarkan Alkitab ialah bahwa Adam memperkenalkan hukum dosa dan maut kepada seluruh umat manusia (bandingkan Roma 5:12; 8:2; 1 Korintus 15:21-22).

Alkitab cukuplah jelas menyampaikan bahwa perbuatan kita tidak membantu mencapai keselamatan. Kita diselamatkan "bukan karena perbuatan baik yang telah kita lakukan" (Titus 3:5). "Bukan hasil pekerjaanmu" (Efesus 2:9). "Tidak ada yang benar, seorangpun tidak" (Roma 3:10). 

Ini berarti bahwa persembahan kurban, pemeliharaan Hukum, menghadiri gereja, dibaptis, dan perbuatan baik lainnya tidak mampu menyelamatkan orang. Sebaik apapun, kita tidak dapat memenuhi standar kekudusan Allah (Roma 3:23; Matius 19:17; Yesaya 64:6).

Alkitab mengajarkan perbuatan baik tidak menyelamatkan. Perbuatan baik bisa mengatasi kejahatan tetapi perbuatan baik tidak bisa mengatasi kematian (Roma 6:23).

Standart kebaikan Yesus adalah standart yang sangat tinggi. Tidak ada satupun manusia yang bisa menandingi standart Yesus.  
Barangsiapa menampar pipimu yang satu, berikanlah juga kepadanya pipimu yang lain, dan barangsiapa yang mengambil jubahmu, biarkan juga ia mengambil bajumu (Lukas 6:29)
Walaupun demikian Yesus tidak pernah membuat kebaikan yang 'super' itu menjadi jalan keselamatan. Dia tetap mati. Kalau kebaikan bisa menyelamatkan maka tetap Yesus yang menang. Tapi kodratnya dosa bukan kejahatan maka sebaik-baiknya kita Yesus harus mati untuk menyelamatkan kita.

Kalau kita mau mengatasi kejahatan maka agama bisa berhasil mengatasinya dengan "kebaikan". Tetapi kalau bicara dosa maka ini bukan kejahatan ini adalah kematian. Kebaikan tidak bisa mengatasi kematian, kematian hanya bisa diatasi dengan kehidupan. Yesus berkata: 
”Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku (Yohanes 14:6).

Yesus mati melunasi dan membayar kembali jiwa kita. Dia membayar dengan kematianNya dan menggantikannya dengan kehidupan. 

Keselamatan kita itu " pasti". bukan mudah-mudahan. Ini bukan egoisme kekristenan. Dasar kepastian keselamatan kita karena 'dibayar lunas" bukan kredit. Keselamatan kita adalah anugerah. Sebagai orang Kristen harus sadar bahwa kita sudah lunas dibayar. Tentu hidup kita juga tidak asal-asalan.

Berapa harganya?. Harganya mahal melebihi apapun. Yesus membayar dengan nyawaNya sendiri. Maka kita harus menghargai hidup yang sudah diberikan.

Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat (1 Petrus 1:18-19).

Posting Komentar untuk "Kebaikan Tidak Bisa Menghapus Dosa, Dosa Bukan Sekedar Kejahatan"