Debat Islam Dan Kristen: Tuhan Alkitab Dan Quran
Di Indonesia, orang-orang Kristiani jarang merupakan mayoritas di suatu komunitas. walau berinteraksi wajar dalam kontak-kontak sosial-ekonomi sehari-hari, namun kaum minoritas merasa iri, kurang percaya diri atau khawatir untuk berdialog/bincang-bincang soal keimanan agama. mereka agaknya was-was kalau-kalau hal itu akan mencetuskan masalah "rukun lingkungan".Tetapi kerukunan beragama bukanlah pasif mengkotakkan diri atau bersikap menghindar, melainkan mampu memahami timbal-balik isyu-isyu pokok perbandingan agama secara benar. Apabila kita menyadari bahwa dikalangan intern seagama-pun masih selalu saja terdapat perbedaan penafsiran dan melahirkan pelbagai mazhab, maka pemahaman yang berbeda secara lintas-agama tentulah akan lebih lumrah terjadinya dan itu adalah hal yang sah-sah saja.
Agama tidak pernah menempatkan dirinya sebagai diktator yang tidak memberi peluang untuk dipertanyaakkan atau bahkan ditolak, agama bukan sesuatu yang “dosa atau tabu” untuk di-sharing-kan atau didialogkan secara terbukan dan objektif jikalau kita tidak berkehendak menempatkan agama kita total diluar ilmu pengetahuan. Sebab bagaimanapun, diskusi yang konstruktif adalah suatu sains tersendiri. Bahkan Alkitab menyerukan pemberitaan Kabar Baik dengan tidak memandang suku dan bangsa, serta keharusan bagi kita untuk memberi jawaban atas iman yang kita percayai kepada orang-orang yang memintanya (1 Petrus 3:5).
Dan Petrus sekalipun enggan namun ia melangkah dalam ketaatan untuk menebarkan jala ikan, ytang disimbolkan kelak untuk menjala manusia. “tetapi karena Engkau menyuruhnya, aku akan menebarkan jala juga” (Lukas 5:5, 10)
Dengan beredarnya begitu banyak buku dan penerbitan dari pihak seberang yang menafsirkan kristianitas secara tidak pas dan menyimpang, maka kita menyadari bahwa diakhir zaman kegelapan ini, setiap anak Tuhan makin terpanggil untuk memperlengkapi dirinya dengan Terang Injil.
Karena sama-sama menyembah “Allah” satu-satunya Tuhan Yang Esa, maka mereka yakin bahwa Kristen dan Islam memang menyembah Allah yang sama. Namun bahwa monoteisme itu SATU ALLAH tidak berarti bahwa identitas dari Tuhan Yang Esa itu sama pada kedua agama tersebut.
Orang-orang di zaman purba bahkan mungkin telah mengajarkan bahwa Baal atau Molokh adalah satu-satunya Tuhan yang benar dan yang Maha Kuasa. Namun itu tidak menjadikannya sama dengan Tuhan orang Kristiani atau Allah orang Muslim.
Sebutan Allah dan panggilan sifat-sifat boleh saja sama, namun apakah perilaku, pribadi dan jiwa kedua Allah tersebut sama? Mari kita meresapi apa yang dicerahkan oleh Dr. Robert Morey dan Dr. RC. Sproul berikut ini:
Dalam Al-Quran tidak terdapat konsep anugerah keselamatan Tuhan. Tidak ada Juruselamat Penebus, juga tidak ada Pengantara. Yang ada hanya usaha amal ibadah masing-masing untuk mencapai keselamatannya.
Dengan sejumlah perbedaan hakiki antara sifat Allah Al-Quran dengan Tuhan Alkitab, maka dapat disimpulkan dengan mudah bahwa kedua Allah ini sungguh jauh dari sama.
Dengan beredarnya begitu banyak buku dan penerbitan dari pihak seberang yang menafsirkan kristianitas secara tidak pas dan menyimpang, maka kita menyadari bahwa diakhir zaman kegelapan ini, setiap anak Tuhan makin terpanggil untuk memperlengkapi dirinya dengan Terang Injil.
Saatnya kini kita tidak cukup sekedar berperan sebagai orang Samaria yang baik, tetapi juga mengindahkan apa yang telah diserukan oleh Yohanes Pembaptis dengan serius: “luruskanlah jalan bagi Tuhan!”. Jalan yang telah terbengkok oleh begitu banyak salah paham, tidak paham dan tuduhan
Tuhan Alkitab Sama Dengan Allah Alquran?
Banyak orang beranggapan bahwa Tuhan dalam Alkitab dan Tuhan dalam Al-Quran adalah sama dan satu, hanya namanya atau sebutannya saja yang berbeda.Karena sama-sama menyembah “Allah” satu-satunya Tuhan Yang Esa, maka mereka yakin bahwa Kristen dan Islam memang menyembah Allah yang sama. Namun bahwa monoteisme itu SATU ALLAH tidak berarti bahwa identitas dari Tuhan Yang Esa itu sama pada kedua agama tersebut.
Orang-orang di zaman purba bahkan mungkin telah mengajarkan bahwa Baal atau Molokh adalah satu-satunya Tuhan yang benar dan yang Maha Kuasa. Namun itu tidak menjadikannya sama dengan Tuhan orang Kristiani atau Allah orang Muslim.
Begitu pula halnya bahwa Allah orang Kristiani dan Islam tidak dijamin kesamaannya hanya karena keduanya mengklaim Tuhan yang esa.
Tuhan Alkitab telah mengungkapkan hakikat Nama dan DiriNya sedemikian rincinya sehingga mustahil dirancukan denganj hakikat dan jati diri Tuhan yang lainnya. Klaim bahwa Tuhan Elohim adalah sama dengan Allah Islam tidak boleh berhenti pada klaim semata, tetapi harus dibuktikan melalui sains, catatan arkeologi dan atau sejarah.
Tuhan Alkitab telah mengungkapkan hakikat Nama dan DiriNya sedemikian rincinya sehingga mustahil dirancukan denganj hakikat dan jati diri Tuhan yang lainnya. Klaim bahwa Tuhan Elohim adalah sama dengan Allah Islam tidak boleh berhenti pada klaim semata, tetapi harus dibuktikan melalui sains, catatan arkeologi dan atau sejarah.
Harus dicarikan asal-usul Allah, namaNya, atribut-atribut Allah, dan asal-usul pewahyuan dan agen pewahyu dan ritual penyembahanNya.
Dari apa yang terfakta, ternyata klaim tersebut malah membuktikan sebaliknya, yaitu bahwa kedua TUHAN dan ALLAH ini praktis tidak ada samanya disegala bidang.
Dari apa yang terfakta, ternyata klaim tersebut malah membuktikan sebaliknya, yaitu bahwa kedua TUHAN dan ALLAH ini praktis tidak ada samanya disegala bidang.
Adapun nama “Allah” yang sama tidak bisa dipakai sebagai bukti, karena kita tahu bahwa itu hanyalah sebutan bahasa Indonesia/Arab dalam komunikasi masyarakat sehari-hari. Sama halnya seperti sebutan “Tuhan”, itu bukan nama hakiki pribadiNya, melainkan sebutan populer belaka.
Bagaimanapun nama hakiki Allah tentulah nama surgawi dengan unsur-unsur yang tidak mungkin dapat dimampatkan dalam 26 abjad aksara ciptaan manusia. Kitab Suci asli dalam bahasa Ibrani atau Yunani tidak mengenal nama Allah. Yang ada adalah nama YAHWEH (diterjemahkan dalam Alkitab sebagai TUHAN, dengan huruf besar semua). Itupun bukan nama hakiki-final-mutlak diriNya. Melainkan masih berunsur Ibrani.
Jadi orang-orang Kristen malahan selalu bertanya-tanya kepada teman-teman Muslim, dari mana dan kenapa nama YAHWEH yang sudah diperkenalkan sendiri oleh Tuhan selama beribu-ribu tahun itu (Keluaran 3:13-15), kini tiba-tiba menjadi perlu diganti menjadi nama ALLAH (“siapanya”) tetapi tanpa diperkenalkan “apa”nya?.
Bagaimanapun nama hakiki Allah tentulah nama surgawi dengan unsur-unsur yang tidak mungkin dapat dimampatkan dalam 26 abjad aksara ciptaan manusia. Kitab Suci asli dalam bahasa Ibrani atau Yunani tidak mengenal nama Allah. Yang ada adalah nama YAHWEH (diterjemahkan dalam Alkitab sebagai TUHAN, dengan huruf besar semua). Itupun bukan nama hakiki-final-mutlak diriNya. Melainkan masih berunsur Ibrani.
Jadi orang-orang Kristen malahan selalu bertanya-tanya kepada teman-teman Muslim, dari mana dan kenapa nama YAHWEH yang sudah diperkenalkan sendiri oleh Tuhan selama beribu-ribu tahun itu (Keluaran 3:13-15), kini tiba-tiba menjadi perlu diganti menjadi nama ALLAH (“siapanya”) tetapi tanpa diperkenalkan “apa”nya?.
Bukankan Allah yang menurunkan wahyu Quran awal-awal di Mekah hanya disebut sebagai “Rabb” (Tuhan), lalu tiba-tiba disebut juga sebagai “Allah” tanpa penjelasan?
Di Semua Agama, Allah Itu Maha Besar, KUasa, Kudus, Kasih, Adil, Maha Hadir, Kalau Begitu Bukankah Allah Mereka Sama?
Samuel Zwemer, seorang pakar masalah keagamaan Timur Tengah mencatat bahwa para penullis Islam kurang kritis terhadap nama atau etimologi. Hampir semua penulis tersebut beranggapan bahwa Allah Al-Quran mempunyai identitas dan eksistensi yang sama dengan YAHWEH yang dinyatakan oleh Alkitab.Sebutan Allah dan panggilan sifat-sifat boleh saja sama, namun apakah perilaku, pribadi dan jiwa kedua Allah tersebut sama? Mari kita meresapi apa yang dicerahkan oleh Dr. Robert Morey dan Dr. RC. Sproul berikut ini:
Tuhan Yang Hadir Dan Aktif Di Dunia vsAllah Yang KehadiranNya Pasif
Allah Alkitab hadir, exist dan tampak dalam kehadiranNya ditengah-tengah umatNya. Ia berbicara langsung dengan manusia (termasuk nabi-nabi Allah). Ia bernubuat diantara sejarah manusia.Dia bermujizat diantara para saksi. Ia tidak menjadi penonton atau agen sejarah, dan hanya berwahyu lewat malaikat, melainkan bertindak secara pribadi dan ber-inkarnasi menjadi manusia. Ia masuk dalam sejarah kehidupan manusia secara aktif.
Mendengar, mengajari, menuntun, melayani, memulihkan, meneguhkan, memberi contoh teladan dan melaksanakan/menggenapi janji-janji Tuhan untuk menyelamatkan umat manusia. Sebaliknya Al-Quran bahkan tidak pernah berbicara dan bertindak langsung dengan manusia, kecuali lewat dua tahapan sesama makhluk, yaitu Jibril dan nabi.
Tuhan Yang Dikenal Oleh UmatNya vs Tidak Dapat Dikenal
Tuhan Alkitab dapat dan perlu dikenal oleh umatNya. Yesus Kristus sengaja dating ke dunia agar manusia boleh mengenal Tuhan (Yohanes 17:3).Bahlkan manusia dapat dating dann berhubungan secara pribadi dengan Tuhannya. Namun dalam Islam, Allah tidak dapat dikenal dan tidak perlu dikenalkan oleh umatNya yang hanya hamba belaka.
Allah begitu tinggi dan mulia sehingga tidak ada seorang manusiapun yang pernah secara pribadi mengenalNya. Jangankan Allah, malaikat pewahyu yang Roh pun praktis tidak dikenal oleh Islam (Qs 17:85). Allah Al-Quran berada di tempat yang berlainan dimensi, dan relative abstrak, sehingga tidak ada seorang yang pernah secara pribadi mengenalNya.
Tuhan Itu Suatu Pribadi vs Bukan Suatu Pribadi
Tuhan Alkitab dikenal sebagai suatu Pribadi. Ia memiliki kecerdasan, emosi, dan kehendak yang menjadi ciri-ciri suatu pribadi. Hal ini berlainan dengan Allah Islam yang tidak dikenal sebagai suatu pribadi, sebab hal itu akan dianggap merendahkan Allah setara dengan tingkat manusia biasa.Tuhan Roh vs Allah Bukan Roh
Pandangan bahwa Allah itu suatu pribadi atau suatu roh merupakan hujatan bagi Muslim, karena pandangan semacam ini adalah “membatasi” dan merendahkan Allah Yang Maha Mulia. Islam menolak setiap gambaran yang spesifik tentang Allah.Sebab Allah bukan pribadi, bukan roh, bukan “Bapa”, bukan apa saja yang bisa dilukiskan manusia. Sebaliknya, hakikat “Tuhan adalaj roh” merupakan landasan dari Tuhan-Alkitab sebagaimana yang diajarkan Yesus sendiri: “Allah itu Roh dan barang siapa menyembah Dia, harus menyembahNya dalam roh dan kebenaran (Yohanes 4:24).
Tuhan Alkitab bukanlah Tuhan yang dapat melakukan apa saja yang bertentangan dengan hakikatNya Yang Maha Baik, Maha Kudus, Yang Maha Benar. Tuhan tidak bisa mengingkari diriNya sendiri. Dia Yang maha Benar tidak berubah menjadi tidak benar dengan cara menipu-daya apapun alasannya.
Tuhan Menurut Doktrin Trinitas vs Allah Menurut Doktrin Tauhid
Tuhan Alkitab adalah Tuhan Trinitas yaitu Bapa, Putra dan Roh Kudus. Pengertian Trinitas bukanlah pengertian politeistis “tiga Tuhan” melainkan satu Tuhan yang Esa yang menyatakan diriNya dalam wujud tiga pribadi. Al-Quran yang berazaskan Tauhid meolak tegas konsep trinitas. Ia meolak Bapa, menolak Yesus sebagai Anak dan menolak Roh Kudus sebagai Allah. Sayangnya Al-Quran menggambarkan Yesus yangt dipercayai orang Kristen sebagai anak biologis dari Bapa, yang dikaitkan dengan relasi “siami-istri’ dan “makan-minum” jasmani seperti yang terlihat dalam QS 6:101 dan 5:75.Tuhan Yang Tidak Bisa Mengingkari DiriNya vs Bisa Mengingkari DiriNya
Tuhan Alkitab “dibatasi” oleh hakikatNya sendiri Yang Maha Baik. Ia tidak menciptakan dari diriNya kejahatan atau kesusahan. Itu semua adalah akibat dari dosa-dosa kita sendiri. Allah sejak semula menciptakan segala sesuatu dalam keadaan baik (Kejadian 1).Tuhan Alkitab bukanlah Tuhan yang dapat melakukan apa saja yang bertentangan dengan hakikatNya Yang Maha Baik, Maha Kudus, Yang Maha Benar. Tuhan tidak bisa mengingkari diriNya sendiri. Dia Yang maha Benar tidak berubah menjadi tidak benar dengan cara menipu-daya apapun alasannya.
Dalam alkitab kita berkali-kali diberitahu bahwa: Aku TUHAN, selalu berkata benar, selalu memberitakan apa yang lurus (Yesaya 45:19). Tuhan yang tidak berdusta dan Tuhan tidak mungkin berdusta (Titus 1:2; Ibrani 6;8). Ditegaskan lagi bahwa Tuhan tidak dapat menyangkal diriNya sebagai Tuhan dengan segala sifat-sifat benar yang dimilikiNya. (lihat 2 Timotius 2:13).
Namun Islam mengimani bahwa Allah Maha Besar tidak dibatasi oleh apapun, tidak juga oleh hakikatNya sendiri. Allah dapat melakukan apa saja, kapanpun Dia mau, ditempat manapun dan Dia berada dan berotoritas paling atas tanpa batas.
Namun Islam mengimani bahwa Allah Maha Besar tidak dibatasi oleh apapun, tidak juga oleh hakikatNya sendiri. Allah dapat melakukan apa saja, kapanpun Dia mau, ditempat manapun dan Dia berada dan berotoritas paling atas tanpa batas.
Allah yang Maha Baik ini bisa menciptakan ketidakbaikan, misalnya manusia diciptakan dalam keadaan susah-payah (Qs 90:4). Karena alasan tertentu Allah juga bisa menjuluki diriNya sebagai sebesar-besar/sebaik-baik penipu daya (Qs 3:54, 8:30).
Dan Allah ini dengan alasan tersendiri, diam-diam menyesatkan semua orang ketika Ia mengganti8kan Isa Al-Masih yang hendak disalibkan itu dengan seorang Isa-isa-an yang tidak pernah diketahui identitasnya dan alasannya.
Tuhan Yang Konsisten Dalam HukumNya vs Tidak Konsisten, Bisa Berubah Diatas HukumNya
Tuhan Alkitab “dibatasi” oleh hakikat keberadaanNya sendiri. Dia sepenuhnya dapat dipercaya dan konsisten. Dia tidak berdiri diatas hokum.DiriNya adalah hukumNya dan hukumNya adalah diriNya. Dia tidak berubah dahulu, sekarang dan selamanya. Namun Allah Al-Quran tidak mesti demikian. Ia berdiri tidak terikat oleh sifat-sifatNya maupun kata-kataNya sendiri.
Allah dimengerti sebagai Pencipta Hukum. Dia berdiri diatas hokum. Maka kata-kata Allah tidak perlu selalu kekal, melainkan bisa digantikan olehNya lewat waktu dan keadaan yang diinginkanNya. Itu melahirkan pewahyuan ayat-ayat nasakh (yang menggantikan) terhadap ayat-ayat mansukh (yang digantikan).
Allah dimengerti sebagai Pencipta Hukum. Dia berdiri diatas hokum. Maka kata-kata Allah tidak perlu selalu kekal, melainkan bisa digantikan olehNya lewat waktu dan keadaan yang diinginkanNya. Itu melahirkan pewahyuan ayat-ayat nasakh (yang menggantikan) terhadap ayat-ayat mansukh (yang digantikan).
Surat wahyuNya yang tadinya diturunkan secara kronologis juga diubahnya sendiri secara sengaja menjadi non kronologis, tanpa perlu memberitahukan alasannya. Akibatnya Quran harus disusun ulang urutannya oleh Jibril yang sama, menjadi urutan seperti yang kita kenal sekarang ini dimana surat-surat Quran yang lebih panjang umumnya mendahului surat yang lebih pendek.
Kasih Tuhan Yang Substansif vs Kasih Allah Yang Kurang Jelas Substansinya
Kasih Tuhan Alkitab adalah sifat utama yang paling menonjol dan yang ditonjolkan. Karena kasih itulah maka Tuhan habis-habisan merancangkan penyelamatan khusus bagi manusia, yang memungkinkan kita semua diselamatkan secara khusus, seperti yang tertulis dalam Yohanes 3:16. Tuhan mempunyai rasa kasih kepada ciptaanNya. Sekalipun manusia itu kafir atau mendurhakaiNya
Sebaliknya kasih bukanlah sifat utama Allah Al-Quran, melainkan kemaha-besaranNya.
Konsep Kasih Tuhan Elohim yang menjadikan diriNya “punya perasaan” merupakan hal yang asing dalam ajaran Islam karena hal itu hanya akan menempatkan Allah Al-Quran menjadi kerdil setara dengan manusia biasa.
Walau teman-teman Muslim sering mengklaim bahwa Allah itu maha pengasih dan penyayang, namun sifat-sifat ini tidak pernah disubstansikan oleh Allah sendiri. Hubungan pengalaman para Muslim dengan realitas kerahiman Allah sulit ditampakkan.
Sebaliknya kasih bukanlah sifat utama Allah Al-Quran, melainkan kemaha-besaranNya.
Konsep Kasih Tuhan Elohim yang menjadikan diriNya “punya perasaan” merupakan hal yang asing dalam ajaran Islam karena hal itu hanya akan menempatkan Allah Al-Quran menjadi kerdil setara dengan manusia biasa.
Walau teman-teman Muslim sering mengklaim bahwa Allah itu maha pengasih dan penyayang, namun sifat-sifat ini tidak pernah disubstansikan oleh Allah sendiri. Hubungan pengalaman para Muslim dengan realitas kerahiman Allah sulit ditampakkan.
Muslim tidak pernah mengenal Tuhan Elohim yang berkorban bagi umatNya. Allah dianggap telah Maha Rahim oleh teman-teman Muslim karena Ia telah memberikan hujan, embun, sinar, udara dan lain-lain secara gratis, yang oleh para Kristiani lebih dianggap sebagai tanggung jawab Tuhan Elohim, bukan Kasih yang berkorban.
Tuhan Memberi Anugerah Keselamatan vs Allah Menunggu Usaha Manusia Mencari-Cari Keselamatan
Dimana-mana Alkitab berbicara tentang anugerah Tuhan yang memberikan keselamatan kepada manusia berdosa melalui penebusan Yesus Kristus. Ia adalah Juruselamat yang bertindak selaku Pengantara/Jurusafaat antara manusia dan Tuhan (1Timotius2:5).Dalam Al-Quran tidak terdapat konsep anugerah keselamatan Tuhan. Tidak ada Juruselamat Penebus, juga tidak ada Pengantara. Yang ada hanya usaha amal ibadah masing-masing untuk mencapai keselamatannya.
Dengan sejumlah perbedaan hakiki antara sifat Allah Al-Quran dengan Tuhan Alkitab, maka dapat disimpulkan dengan mudah bahwa kedua Allah ini sungguh jauh dari sama.
Kerennnnn...siiippppp
BalasHapus