Tinggal Dan Tetap Di Dalam Tuhan, Yohanes 15:7
Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan FirmanKu tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya (Yohanes 15:7)
Kalimat: "Jikalau kamu tinggal di dalam Aku,..." adalah sebuah kalimat penawaran dari Yesus yang berarti sebuah pilihan.
Secara status kita adalah orang-orang yang sudah tinggal di dalam Tuhan. Kata EKLESIA atau Gereja yaitu orang-orang yang diluar Tuhan atau hidup dalam kegelapan dipanggil keluar, diraih, pungut atau di selamatkan dan dibawa ke dalam terang Tuhan (tinggal).
Secara status kita adalah orang-orang yang sudah tinggal di dalam Tuhan. Kata EKLESIA atau Gereja yaitu orang-orang yang diluar Tuhan atau hidup dalam kegelapan dipanggil keluar, diraih, pungut atau di selamatkan dan dibawa ke dalam terang Tuhan (tinggal).
Lebih lanjut Yohanes 15:16 menyatakan: Bukan kamu yang memilih Aku tetapi Aku yang memilih Kamu. Hal ini menegaskan bahwa status kita adalah: orang-orang yang sudah tinggal di dalam Kristus.
Namun di bagian ini Yesus sedang menyerukan bahwa: Ayo..."relakan dirimu untuk di proses". atau jagalah keberlangsungan statusmu di dalam Aku dan ikutilah prosesKu.
Sebuah status akan dikatakan 'asli' apabila teruji melewati prosesnya. Bila tidak melalui prose maka akan dikatakan 'status palsu'.
Salah satu contoh status palsu dan status asli bisa kita pelajari dari kehidupan murid Yesus sendiri yaitu Yudas dan Petrus. Kedua murid ini menyandang status yang sama, "tinggal dalamYesus". mereka merasakan bagaimana melayani dan diproses menjadi murid Yesus. Sekali waktu kedua orang ini juga jatuh pada kesalahan yang sama dan mengambil keputusan fatal saat itu. Yudas, karena membutuhkan uang maka berani menjual Yesus dengan harga tiga puluh keping perak.
Petrus-pun demikian, karena tidak tahan tekanan masa dan intimidasi orang sekelilingnya pada peristiwa penangkapan Yesus maka dengan berani di depan Yesus menyangkali Dia: "saya tidak kenal Yesus".
Namun di bagian ini Yesus sedang menyerukan bahwa: Ayo..."relakan dirimu untuk di proses". atau jagalah keberlangsungan statusmu di dalam Aku dan ikutilah prosesKu.
Sebuah status akan dikatakan 'asli' apabila teruji melewati prosesnya. Bila tidak melalui prose maka akan dikatakan 'status palsu'.
Salah satu contoh status palsu dan status asli bisa kita pelajari dari kehidupan murid Yesus sendiri yaitu Yudas dan Petrus. Kedua murid ini menyandang status yang sama, "tinggal dalamYesus". mereka merasakan bagaimana melayani dan diproses menjadi murid Yesus. Sekali waktu kedua orang ini juga jatuh pada kesalahan yang sama dan mengambil keputusan fatal saat itu. Yudas, karena membutuhkan uang maka berani menjual Yesus dengan harga tiga puluh keping perak.
Akhir cerita dari kedua Murid ini menjelaskan kualitas status keduanya. Yudas tertekan dengan rasa bersalah dan berkahir dengan bunuh diri, artinya Yudas hanya sekedar tinggal tanpa adanya keterikatan dengan Yesus atau "status palsu". sedangkan Petrus mengalami hal yang sama, rasa bersalah dan hampir-hampir jatuh dalam keputusasaan yang dalam namun akhirnya memutuskan untuk kembali ke masa lalunya.
Petrus memiliki keterikatan yang cukup erat dengan Yesus walaupun dalam tekanan proses yang berat, dan akhir hidup Petrus, menorehkan kualitas status yang teruji. Petrus menjadi rasul yang penuh kuasa ketika berkhotbah bahkan diakhir dari karier pelayanannya ketika diperhadapkan pada sksekusi mati dia berkata: kalau Yesus disalibkan kepala keatas, biarkanlah saya disalibkan terbalik, kepala saya kebawah untuk menghormati Yesus.
Jadi dapat disimpulkan bahwa proses kehidupan yang terjadi dalam hidup merupakan instrumen Tuhan untuk mendapatkan kualitas status dari setiap orang. Perlu diingat juga bahwa pada prinsipnya Tuhan tidak pernah merancangkan kejahatan atau kejatuhan bagi manusia.
Tetapi sebenarnya semua kesulitan dan tekanan hidup merupakan alat untuk menghasilkan kehidupan yang berkualitas.
Belajar dari hidup Ayub bahwa untuk membuktikan predikat "saleh" maka Ayub harus melalui proses yang berat. Iblis sebagai oknum untuk memproses hidup Ayub.
Dengan demikian kalimat: "Tinggal di dalam Aku" bukan sekedar pindah alamat atau tempat tinggal tetapi lebih bermakna: "Keserupaan Dengan Yesus".
Dalam Level Keserupaan dengan Dia, tuntutannya sangat tinggi. Ada hak dan kewajiba yang harus kita penuhi. Haknya adalah: kita menerima status sebagai anak-anak Allah/Tinggal di dalam Dia. Kewajibannya adalah: kita harus meneladani Yesus (keserupaan dengan Dia).
Barangsiapa mengatakan, bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup (1 Yohanes 2:6)
Pelayanan seperti ini adalah jenis pelayanan yang sangat digemari dan semakin banyak orang yang tertarik untuk mengerjakannya. Karena dibalik dari pelayanan ini selalu ada pujian. Satu tindakan kebaikan yang kita lakukan pada orang lain pasti menghasilkan pujian dan penghargaan yang pantas kita dapatkan.
Apakah kita rela diludahi, diancam dan direndahkan? Ini merupakan bagian kehidupan Yesus yang harus kita teladani.Kenyataannya tidak banyak orang tertarik dan jarang ada orang ke level ini. Level ini situasinya sangat gersang dan minim pujian. yang ada direndahkan dan tidak dihormati.
Misalnya kita membantu orang susah, pasti yang dikatakan orang tentang kita adalah: Dia orang baik yang mengerti dan selalu membantu orang susah. secara tidak langsung kita merasa dihargai dan semakin bangga melakukan pelayanan semacam itu. Kualitas dari level pelayanan ini biasa saja karena banyak yang mengerjakannya bahkan orang diluar Tuhan-pun lebih hebat melakukannya.
Yang Tuhan harapkan dari kita apabila kita mau meneladani dan mau serupa seperti Dia maka kita harus beranjak ke level "Keseruapaan dengan Dia". Level :Keserupaan" adalah level proses yang menyakitkan. Kita akan diludahi, dolok disindir, tidak dihargai, harga diri kita diinjak dan lain sebagainya. Pada level ini tidak semua orang mau diproses.
Misalnya kita membantu orang susah, pasti yang dikatakan orang tentang kita adalah: Dia orang baik yang mengerti dan selalu membantu orang susah. secara tidak langsung kita merasa dihargai dan semakin bangga melakukan pelayanan semacam itu. Kualitas dari level pelayanan ini biasa saja karena banyak yang mengerjakannya bahkan orang diluar Tuhan-pun lebih hebat melakukannya.
Yang Tuhan harapkan dari kita apabila kita mau meneladani dan mau serupa seperti Dia maka kita harus beranjak ke level "Keseruapaan dengan Dia". Level :Keserupaan" adalah level proses yang menyakitkan. Kita akan diludahi, dolok disindir, tidak dihargai, harga diri kita diinjak dan lain sebagainya. Pada level ini tidak semua orang mau diproses.
Kualitas level ini sangat berbobot dan tinggi levelnya. Tuhan menghendaki kita ada di level ini.Hal yang harus kita bereskan adalah membersihkan segala penghambat yang menghalangi kita untuk naik ke level selanjutnya.
Yang harus kita pangkas dan bersihkan adalah:
Yang harus kita pangkas dan bersihkan adalah:
Merubah Mentalitas
"Mintalah apa saja yang kamu kehendaki dan kamu akan menerimanya" (ayat 7c). Semua orang cenderung memilih bagian kalimat ini karena sesuai dengan konteks kebutuhan dan hidup manusia zaman sekarang. Manusia sekarang sangat tidak tertarik dengan sesuatu yang bertele-tele, lambat, birokrasi yang rumit karena manusia sekarang lebih suka sesuatu yang cepat, instant dan mobile.
Tanpa sadar mentalitas kita diarahkan kepada hidup yang gampangan dan hanya mengharapkan hasil, mengabaikan proses. Orang-orang yang selalu bermain di area dan level ini kecendrungannya selalu beroriantasi pada ego dan dirinya sendiri. sering mengganggap Tuhan sebagai agen penyelesai semua masalah, bahkan tidak ada batasan ketika berkomunikasi dengan Tuhan. Tuhan dianggap teman sebaya yang mudah diperintah.
Level ini tidak akan bertahan dan tidak akan pernah melekat dan menetap dalam Tuhan. Belajarlah dari kisah Ayub. Untuk memperoleh predikat sebagai orang saleh, Ayub harus melalui proses dan Tuhan memakai tangan Iblis untuk memproses Ayub. Bahkan ketika ayub beralih dari level ini dan beranjak pada level "menetap" barulah Ayub sadar bahwa Tuhan tidak pernah salah, bahkan ayub diam dan menarik semua kata-katanya dan rela duduk dalam debu dan abu. Pada level "menetap" kita akan selalu berkata: Tuhan baik atas semua kondisi kehidupan.
"Mintalah apa saja yang kamu kehendaki dan kamu akan menerimanya" (ayat 7c). Semua orang cenderung memilih bagian kalimat ini karena sesuai dengan konteks kebutuhan dan hidup manusia zaman sekarang. Manusia sekarang sangat tidak tertarik dengan sesuatu yang bertele-tele, lambat, birokrasi yang rumit karena manusia sekarang lebih suka sesuatu yang cepat, instant dan mobile.
Tanpa sadar mentalitas kita diarahkan kepada hidup yang gampangan dan hanya mengharapkan hasil, mengabaikan proses. Orang-orang yang selalu bermain di area dan level ini kecendrungannya selalu beroriantasi pada ego dan dirinya sendiri. sering mengganggap Tuhan sebagai agen penyelesai semua masalah, bahkan tidak ada batasan ketika berkomunikasi dengan Tuhan. Tuhan dianggap teman sebaya yang mudah diperintah.
Level ini tidak akan bertahan dan tidak akan pernah melekat dan menetap dalam Tuhan. Belajarlah dari kisah Ayub. Untuk memperoleh predikat sebagai orang saleh, Ayub harus melalui proses dan Tuhan memakai tangan Iblis untuk memproses Ayub. Bahkan ketika ayub beralih dari level ini dan beranjak pada level "menetap" barulah Ayub sadar bahwa Tuhan tidak pernah salah, bahkan ayub diam dan menarik semua kata-katanya dan rela duduk dalam debu dan abu. Pada level "menetap" kita akan selalu berkata: Tuhan baik atas semua kondisi kehidupan.
Selesaikan Masa Lalu
Orang yang tidak beres masa lalunya akan selalu bersinggungan dengan kebenaran dan akan menjadi duri dalam daging dimanapun dia berada. Pola masa lalu kecendrungannya pada "pembelajaran yang salah", kerangka berpikir yang keliru" dan membangun argumentasi yang bertentangan dengan kebenaran. tipe orang ini tidak akan bisa menerima pengajaran dan akan selalu tersinggung ketika kebenaran menyentuh sisi buruk dalam hidupnya.
Salah satu contoh pola pembentukan masa lalu adalah: perlakuan: selalu dianggap "yang paling hebat" atau anak satu-satunya dalam keluarga. predikat ini akan membangun cara berpikir bahwa orang lain selalu salah dan saya yang benar. Cara pembelajaran juga salah karena fokusnya bukan pada esensi/inti tetapi pada aksesoris atau tampilan luar.
Pola-pola ini harus dibereskan dan hanya kekuatan Tuhan melalui Roh Kudus yang dapat menuntaskan semua ini.
Yesus ketika menyelesaikan masa lalu Petrus. Dia bertanya kepada Petrus: " apakah engkau mengasihi Aku? jawab Petrus: aku mengasihi Engkau Tuhan. sampai tiga kali Yesus bertanya pertanyaan yang sama. dan diakhir dari cerita itu Yesus berkata: Gembalakanlah domba-dombaKU. Yesus selalu memberi kepercayaan kepada yang terhilang dan menguatkan mereka. Hal inilah yang membuat Petrus bangkit dari keterpurukan masa lalunya. Yesus mengarahkan Petrus pada esensi kebenaran dan merubah pola pikir dan masa lalunya kepada kebenaran Kasih.
Orang yang tidak beres masa lalunya akan selalu bersinggungan dengan kebenaran dan akan menjadi duri dalam daging dimanapun dia berada. Pola masa lalu kecendrungannya pada "pembelajaran yang salah", kerangka berpikir yang keliru" dan membangun argumentasi yang bertentangan dengan kebenaran. tipe orang ini tidak akan bisa menerima pengajaran dan akan selalu tersinggung ketika kebenaran menyentuh sisi buruk dalam hidupnya.
Salah satu contoh pola pembentukan masa lalu adalah: perlakuan: selalu dianggap "yang paling hebat" atau anak satu-satunya dalam keluarga. predikat ini akan membangun cara berpikir bahwa orang lain selalu salah dan saya yang benar. Cara pembelajaran juga salah karena fokusnya bukan pada esensi/inti tetapi pada aksesoris atau tampilan luar.
Pola-pola ini harus dibereskan dan hanya kekuatan Tuhan melalui Roh Kudus yang dapat menuntaskan semua ini.
Yesus ketika menyelesaikan masa lalu Petrus. Dia bertanya kepada Petrus: " apakah engkau mengasihi Aku? jawab Petrus: aku mengasihi Engkau Tuhan. sampai tiga kali Yesus bertanya pertanyaan yang sama. dan diakhir dari cerita itu Yesus berkata: Gembalakanlah domba-dombaKU. Yesus selalu memberi kepercayaan kepada yang terhilang dan menguatkan mereka. Hal inilah yang membuat Petrus bangkit dari keterpurukan masa lalunya. Yesus mengarahkan Petrus pada esensi kebenaran dan merubah pola pikir dan masa lalunya kepada kebenaran Kasih.
"dan firmanku tinggal di dalam kamu" (ayat 7b). Apabila kita berkata Firman tinggal di dadalam kita maka seharusnya Firman menjadi penentu segala keputusan dan jalan pikiran kita. Firman harus berbicara apa adanya dan kita harus menaklukkan segala pengetahuan kita dibawah otoritas FirmanNya.
Apa bila Firman tinggal dalam diri kita maka secara otomatis apa yang kita inginkan dan butuhkan pasti akan diberikan. Firman tinggal dan kita tinggal di dalam Firman adalah suatu sikap 'percaya' dan menanti segala sesuatu dalam proses Tuhan. segala sesuatu pasti akan selalu indah pada waktunya karena Tuhan berjanji dia kan menepatiNya. Di dalam Firman mengandung banyak janji baik untuk hari ini, besok dan samapi pada kekekalan.
Bila kita ingin tetap tinggal dan melekat pada Tuhan maka bersihkanlah: Mentalitas kita yang hanya mengharapkan hasil, Selesaikanlah masa lalu kita dan biarkan Firman yang menjadi penentu arah langkah kita.
Tuhan Yesus memberkati
Posting Komentar untuk "Tinggal Dan Tetap Di Dalam Tuhan, Yohanes 15:7"