Bahaya Pornografi
Para ahli etika sangat sukar untuk mendefinisikan istilah pornografi dengan tepat. Istilah ini merupakan gabungan antara dua perkataan Yunani yaitu Porneia (Porneia) yang artinya cabul dan Grapho (Grapho) yang berarti aku menulis Dalam Pornography and Human Value karangan Richard Griffiths, ia mengusulkan kalimat berikut sebagai salah satu definisi istilah pornografi :
“Emotive art whose calculated effect is to produce erotic arousal leading to sexual activity”.
Terjemahannya kurang lebih seperti berikut : Pornografi merupakan suatu seni bersifat emosional yang dimaksudkan untuk dapat merangsang perasaan erotis seseorang sehingga mengakibatkan aktivitas seksual.
Pornografi paling merajalela di kalangan remaja dan kaum muda. Dengan sendirinya kita ikut bertanggung jawab atas perkembangan mental generasi muda yang menjadi calon-calon pemimpin kita di kemudian hari. Kelemahan di bidang moral adalah fakta utama yang membahayakan kemajuan masyarakat.
Kalau pornografi menyatakan ciri-ciri moral yang rusak atau merusakkan moral para penonton, maka tindakan preventif harus segera diambil. Tetapi dengan kriteria apakah suatu artikel atau lukisan dan sebagainya dapat dinilai merusak moral ?
Penyebab terjadinya pornografi
Terlebih dahulu kita harus mengetahui beberapa fakta yang penting, yaitu :Pornografi paling merajalela di kalangan remaja dan kaum muda. Dengan sendirinya kita ikut bertanggung jawab atas perkembangan mental generasi muda yang menjadi calon-calon pemimpin kita di kemudian hari. Kelemahan di bidang moral adalah fakta utama yang membahayakan kemajuan masyarakat.
Kalau pornografi menyatakan ciri-ciri moral yang rusak atau merusakkan moral para penonton, maka tindakan preventif harus segera diambil. Tetapi dengan kriteria apakah suatu artikel atau lukisan dan sebagainya dapat dinilai merusak moral ?
Pornografi bertalian erat dengan estetika (yaitu kemampuan manusia untuk menikmati keindahan seni dan alam).
Dari keterangan yang diatas merupakan fakta yang terjadi di lingkungan masyarakat kita, maka ada tiga faktor yang menyebabkan terjadinya pornografi yaitu :
Runtuhnya benteng moral dan religiusitas manusia akibat kejatuhan manusia dalam dosa.
Dari keterangan yang diatas merupakan fakta yang terjadi di lingkungan masyarakat kita, maka ada tiga faktor yang menyebabkan terjadinya pornografi yaitu :
Runtuhnya benteng moral dan religiusitas manusia akibat kejatuhan manusia dalam dosa.
Dosa merupakan kuasa yang telah merusak gambar dan rupa Allah dalam diri manusia. Ketika manusia jatuh dalam dosa, manusia menjadi tumpul dan tidak peka terhadap kehendak Allah. Ketidakpekaan manusia terhadap kehendak Allah ini melingkupi segala aspek dalam kehidupannya, termasuk didalamnya aspek emosi dan secara khusus hasrat seksual.
Kerusakan pada kepekaan terhadap kehendak Allah yang baik, berhubungan dengan hasrat seksual menyebabkan manusia menyalah-gunakannya semata-mata sebagai sarana pemuas nafsu. Oleh sebab itu manusia memakai berbagai sarana untuk dapat memuaskan nafsu melalui hasrat seksualnya dan terciptalah pornografi sebagai stimulasi untuk membangkitkannya.
Dampak negatif dari perkembangan teknologi media massa.
Dampak negatif dari perkembangan teknologi media massa.
Media massa telah menjadi bagian penting dalam kehidupan manusia. Perkembangannya menjadi salah-satu indikator bagi majunya peradaban manusia.
Namun dampak negatif dari perkembangan media massa juga tidak dapat dipungkiri. Kenyataan bahwa media massa menjadi tunggangan bagi kepentingan-kepentingan negatif jelas dapat dilihat. Penyebaran isu-isu untuk merusak di internet, provokasi massa melalui radio, pertunjukan kekerasan melalui film-film serta pornografi adalah bukti pengaruh negatif dari media massa.
Pornografi menjadi berkembang bisa dikatakan bersamaan dengan perkembangan media massa. Melalui media massa ini pornografi mendapat fasilitas untuk memperkaya diri dalam berbagai variasi sesuai dengan perkembangan media massa yang ada. Jadi boleh dibilang bahwa pornografi terkait erat dengan dampak negatif dari perkembangan media massa.
Aspek negatif dari perkembangan gaya hidup manusia.
Aspek negatif dari perkembangan gaya hidup manusia.
Gaya hidup manusia mengalami perkembangan terus-menerus. Perkembangan gaya hidup ini sangat mempengaruhi munculnya pornografi karena perkembangan gaya hidup ini terjadi pada manusia yang telah mengalami degradasi moral.
Penurunan kadar moralitas manusia manyebabkan manusia mengembangkan gaya hidup yang semakin manjauh dari Allah. Ini nampak dalam keinginan dan hasrat manusia yang hanya mengejar pemuasan balaka. Bersamaan dengan berkembangnya gaya hidup seperti ini, maka pornografi juga menjadi bagian dari aspek negatif perkembangan gaya hidup manusia.
Katekismus Gereja Katolik memberikan tiga alasan mengapa pornografi adalah salah dan dosa, yaitu :
Pornografi melanggar keutamaan kemurnian.
Setiap umat Kristiani dipanggil untuk hidup murni, sebab itu ia wajib menghormati kekudusan seksualitas kemanusiaannya sendiri, yang meliputi integrasi jasmani dan rohani dari keberadaannya. Ia juga wajib menghormati kekudusan perkawinan.
Dalam menanggapi pertanyaan kaum Farisi mengenai perceraian, Tuhan kita mengajarkan, “Tidakkah kamu baca, bahwa Ia yang menciptakan manusia sejak semula menjadikan mereka laki-laki dan perempuan? Dan firman-Nya: Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging.
Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu” (Mat 19:4-6).
Sebab itu, cinta kasih suami isteri yang mencerminkan ikatan sakramental antara mereka, dan pengucapan janji perkawinan juga sakral. Ungkapan cinta kasih suami isteri haruslah mencerminkan cinta kasih yang setia, permanen, eksklusif, saling memberi diri dan saling menghidupi antara suami dan isteri.
Namun demikian, hormat terhadap perkawinan dan cinta kasih suami isteri tidak hanya terbatas pada ungkapan secara jasmani. Rasa hormat itu juga meliputi dimensi rohani. Yesus mengajarkan, “Kamu telah mendengar firman: Jangan berzinah. Tetapi Aku berkata kepadamu:
Setiap orang yang memandang perempuan serta menginginkannya, sudah berzinah dengan dia di dalam hatinya.” (Mat 5:27-28).
Sebab itu patutlah, “kemurnian menjamin sekaligus keutuhan pribadi dan kesempurnaan penyerahan diri”. Sebaliknya, pornografi merupakan tindakan perzinahan batin yang menghantar pada ketidakutuhan rohani orang dan dapat menghantar pada perzinahan fisik atau tindak seksual yang tidak sah lainnya.
Pornografi sangat merusak martabat semua mereka yang ikut berperan (para aktor, pedagang dan penonton).
Masing-masing dari mereka mengeksploitasi diri atau mengeksploitasi yang lain dengan suatu cara demi kenikmatan atau keuntungan pribadi.
Secara keseluruhan, martabat manusia - baik ia yang berpose, ia yang memproduksi, ia yang memperdagangkan, ataupun ia yang menikmatinya - direndahkan.
Mereka yang terlibat dalam pornografi membenamkan diri dalam suatu dunia semu, dunia khayalan, lepas dari dunia nyata.
Cinta kasih sejati senantiasa menyangkut memberikan diri demi kebaikan yang lain, sedangkan pornografi menarik orang untuk masuk ke dalam suatu dunia semu yang menyesatkan dan egois, yang kemudian dapat dilakukan dalam dunia nyata hingga mencelakakan diri sendiri dan orang lain.
Masalah pornografi telah meningkat drastis sejak internet menyajikan hubungan seksual “virtual reality”.
Dosa pornografi tidak sekedar menyangkut “suatu tindakan pada suatu saat”, melainkan dapat menjadi semacam kanker rohani yang merusak manusia.
Dr. Victor Cline mengemukakan empat dampak progresif dari pornografi, yaitu :
- Kecanduan, di mana hasrat untuk menikmati tayangan-tayangan pornografi membuat orang kehilangan penguasaan diri.
- Meningkatnya nafsu liar, di mana orang menjadi kurang puas dengan hubungan seksual yang normal dan masuk ke dalam pornografi yang semakin dan semakin brutal, biasanya guna memperoleh tingkat sensasi dan gairah yang sama.
- Hilangnya kepekaan moral, di mana ia tidak lagi memiliki kepekaan moral terhadap tayangan-tayangan yang tidak wajar, yang tidak sah, yang menjijikkan, yang menyesatkan, yang amoral, melainkan menikmatinya sebagai tayangan yang dapat diterima dan mulai memandang orang lain sebagai obyek.Pelampiasan, di mana khayalan diwujudkan dalam tindakan nyata yang jahat.
Pornografi mengajarkan bahwa perempuan “dipaksa” dan menikmati aktivitas seksual yang brutal, pornografi mendukung pelacuran, mendukung orang mempertontonkan aurat, mendukung voyeurism (perilaku di mana orang mendapatkan kenikmatan dengan melihat secara tersembunyi orang lain menanggalkan busana atau melakukan hubungan seksual) dan menganggap semua itu sebagai perilaku yang wajar.
Pornografi menganggap perempuan sebagai obyek seks belaka yang dipakai guna mendatangkan kenikmatan diri sendiri.
Pada sebagian pria, secara rutin menikmati tayangan pornografi membuat mereka menganggap normal, serangan terhadap perempuan dalam hal seksual maupun dalam interaksi lainnya; pornografi meningkatkan toleransi atas serangan yang demikian terhadap perempuan dalam budaya yang lebih luas.
Yang sangat menyedihkan, dampak terburuk pornografi mungkin terjadi atas diri anak-anak, khususnya anak-anak lelaki berusia antara 12 hingga 17 tahun, oleh sebab pornografi menggambarkan aktivitas seksual di luar pernikahan sebagai hal yang wajar dan dapat diterima, tanpa menghiraukan ancaman AIDS atau penyakit-penyakit kelamin lainnya yang mengerikan, dan tanpa menghiraukan beban tanggung jawab terhadap kemungkinan hadirnya kehidupan “manusia baru”(janin).
Sementara sebagian orang berusaha membenarkan penggunaan pornografi demi meningkatkan keintiman dalam hidup perkawinan mereka, sebagian besar dari orang-orang ini lebih mengkhayalkan aktor-aktor dan adegan-adegan dalam tayangan-tayangan pornografi tersebut daripada pasangan mereka.
Pada sebagian pria, secara rutin menikmati tayangan pornografi membuat mereka menganggap normal, serangan terhadap perempuan dalam hal seksual maupun dalam interaksi lainnya; pornografi meningkatkan toleransi atas serangan yang demikian terhadap perempuan dalam budaya yang lebih luas.
Yang sangat menyedihkan, dampak terburuk pornografi mungkin terjadi atas diri anak-anak, khususnya anak-anak lelaki berusia antara 12 hingga 17 tahun, oleh sebab pornografi menggambarkan aktivitas seksual di luar pernikahan sebagai hal yang wajar dan dapat diterima, tanpa menghiraukan ancaman AIDS atau penyakit-penyakit kelamin lainnya yang mengerikan, dan tanpa menghiraukan beban tanggung jawab terhadap kemungkinan hadirnya kehidupan “manusia baru”(janin).
Sementara sebagian orang berusaha membenarkan penggunaan pornografi demi meningkatkan keintiman dalam hidup perkawinan mereka, sebagian besar dari orang-orang ini lebih mengkhayalkan aktor-aktor dan adegan-adegan dalam tayangan-tayangan pornografi tersebut daripada pasangan mereka.
Keadaan yang demikian memerosotkan kesakralan cinta kasih suami isteri menjadi suatu tindak perzinahan - yang satu mempergunakan tubuh yang lain sebagai sumber kenikmatan seksual sementara “bersetubuh” dengan suatu figur khayalan.
Dr. Victor Cline melaporkan, “pasangan mereka hampir selalu mengeluh merasa dikhianati, dilecehkan, ditipu, diacuhkan, dianiaya dan tak mampu bersaing dengan khayalan”. Tak heran Asosiasi Psikiater Amerika mendapati bahwa 20% dari pecandu pornografi bercerai atau berpisah karena kecanduan mereka.
Pernyataan mengenai dampak buruk pornografi didukung pula oleh bukti-bukti kriminal. Terdapat bukti akan adanya hubungan langsung antara kasus-kasus pemerkosaan, pelacuran, penganiayaan anak dan penyiksaan fisik terhadap pasangan, dengan maraknya sajian atau tayangan pornografi dan gaya hidup mesum dan bisnis yang berorientasi pada seksualitas dalam suatu komunitas.
Beberapa contoh: Pada tahun 1991, Departemen Kepolisian Los Angeles mendapati bahwa dalam periode sepuluh tahun, pornografi terlibat dalam duapertiga dari seluruh kasus pelecehan terhadap anak-anak.
Dr. Victor Cline melaporkan, “pasangan mereka hampir selalu mengeluh merasa dikhianati, dilecehkan, ditipu, diacuhkan, dianiaya dan tak mampu bersaing dengan khayalan”. Tak heran Asosiasi Psikiater Amerika mendapati bahwa 20% dari pecandu pornografi bercerai atau berpisah karena kecanduan mereka.
Pernyataan mengenai dampak buruk pornografi didukung pula oleh bukti-bukti kriminal. Terdapat bukti akan adanya hubungan langsung antara kasus-kasus pemerkosaan, pelacuran, penganiayaan anak dan penyiksaan fisik terhadap pasangan, dengan maraknya sajian atau tayangan pornografi dan gaya hidup mesum dan bisnis yang berorientasi pada seksualitas dalam suatu komunitas.
Beberapa contoh: Pada tahun 1991, Departemen Kepolisian Los Angeles mendapati bahwa dalam periode sepuluh tahun, pornografi terlibat dalam duapertiga dari seluruh kasus pelecehan terhadap anak-anak.
Satu dari enam orang di penjara-penjara negara adalah pelaku kejahatan seks; kejahatan seks berada di urutan kedua setelah kejahatan obat-obatan terlarang. Pada tahun 1988, Federal Bureau of Investigation melaporkan bahwa 81 persen dari para pelaku kekerasan seksual secara rutin membaca atau menyaksikan tayangan kekerasan pornografi.
Kita harus mengakui bahwa kita cenderung untuk menjauhi masalah-masalah yang menjijikkan, kotor dan sebagainya. Waspadalah, kalau-kalau kita bersikap pengecut, eksklusif dan malas dalam mencampuri hal-hal sosial, sebab justru masalah-masalah seperti inilah yang menggoncangkan kestabilan masyarakat, sehingga kita wajib turut menanganinya dengan berani.
Ingat bahwa ke-Tuhan-an dan etika berjalan sejajar. Sebagai umat Tuhan kita tersangkut dalam setiap persoalan masyarakat, oleh karena itulah kita membutuhkan pemikiran kritis serta pengertian jelas mengenai pornografi dan kerusakan moral generasi kita. Dengan demikian barulah kita menjadi kompeten untuk turut aktif dalam hal menanggulanginya.
Kita harus mengakui bahwa kita cenderung untuk menjauhi masalah-masalah yang menjijikkan, kotor dan sebagainya. Waspadalah, kalau-kalau kita bersikap pengecut, eksklusif dan malas dalam mencampuri hal-hal sosial, sebab justru masalah-masalah seperti inilah yang menggoncangkan kestabilan masyarakat, sehingga kita wajib turut menanganinya dengan berani.
Ingat bahwa ke-Tuhan-an dan etika berjalan sejajar. Sebagai umat Tuhan kita tersangkut dalam setiap persoalan masyarakat, oleh karena itulah kita membutuhkan pemikiran kritis serta pengertian jelas mengenai pornografi dan kerusakan moral generasi kita. Dengan demikian barulah kita menjadi kompeten untuk turut aktif dalam hal menanggulanginya.
Dengan dasar apakah kita harus menolak pornografi sebagai bahaya terhadap kehidupan moral kita ? Ada beberapa hal yang dapat menjadi pertimbangan bagi kita untuk menolak pornografi, yaitu :
Word View Pornografi:
- Arti hidup ditemukkan dalam “Kenikmatan” dan pelampiasan hawa nafsu. Atau hidup hanya jadi berarti ketika orang bisa “menikmati” dan berada pada puncak kenikmatan.
- Harga manusia ditentukan bukan dalam hubungannya, seperti yang diajarkan Allah, melainkan dalam kegunaan seseorang. Harga wanita ditemukan hanya melalui atraksi seksnya.
Langkah Konkrit mengantisipasi pornografi:
Kita harus menyadari bahwa “menonton sesuatu yang porno” tidak dapat disebut sebagai “masalah pribadi”. Sebagai makhluk sosial, setiap dosa dan kesesatan yang kita “nikmati” dan dilakukan bersifat sosial.
Kita harus sungguh-sungguh menyadari akan kerusakan moral yang terkandung dalam setiap aktivitas pornografi. Mengenal segala metode yang dipakai oleh pornografi dan menilainya dengan prinsip-prinsip etis yang kita terima dari Alkitab.
Hindari menerima pornografi sebagai “hiburan saja” tanpa meneliti secara kritis makna dan maksud daripada hiburan itu.
Kita harus melindungi moral, mental dan rohani kita melalui persenjataan yang telah disediakan Allah dalam Alkitab. Menjauhi segala ekses-ekses emosi, karena hal itu cenderung untuk memanipulasikan aktivitas-aktivitas kita.
Kita harus melindungi moral, mental dan rohani kita melalui persenjataan yang telah disediakan Allah dalam Alkitab. Menjauhi segala ekses-ekses emosi, karena hal itu cenderung untuk memanipulasikan aktivitas-aktivitas kita.
Berani membuka suara terhadap pemilik-pemilik bioskop yang memperlihatkan propaganda yang berbau porno maupun terhadap penerbit-penerbit buku, majalah maupun internet yang berbau porno.
Terutama kita harus memperdalam penelaahan Alkitab, agar kita dapat bertambah peka dan sensitif akan kehendak Allah terhadap umat ciptaan-Nya. Kita harus bertambah kuat di bidang rohani agar kita mampu melakukan tugas kita sebagai anggota gereja dan masyarakat yang bertanggung jawab.
Tindakan waspada terhadap pornografi, bukan hanya menghindari penggunaannya saja, melainkan juga menolak gambar, bayangan atau pemikiran apapun yang muncul secara tak sengaja, seperti misalnya ketika secara kebetulan menyaksikannya saat menonton film.
Tindakan waspada terhadap pornografi, bukan hanya menghindari penggunaannya saja, melainkan juga menolak gambar, bayangan atau pemikiran apapun yang muncul secara tak sengaja, seperti misalnya ketika secara kebetulan menyaksikannya saat menonton film.
Haruslah kita bertindak amat bijaksana dalam memilah-milah apa yang hendak kita saksikan ataupun apa yang hendak kita dengarkan. Kita patut menentang segala sumber pornografi yang mencemarkan serta merendahkan masyarakat kita.
Di samping itu, dalam doa-doa kita, patutlah kita mohon keutamaan kemurnian, mohon pada Tuhan agar kita senantiasa murni dan menghormati martabat setiap pribadi, teristimewa dari kalangan lawan jenis.
Di samping itu, dalam doa-doa kita, patutlah kita mohon keutamaan kemurnian, mohon pada Tuhan agar kita senantiasa murni dan menghormati martabat setiap pribadi, teristimewa dari kalangan lawan jenis.
Apabila kita jatuh, dan dengan sengaja kita ikut ambil bagian dalam suatu bentuk pornografi atau menerima suatu gambar, bayangan atau pemikiran pornografi yang tidak dengan sengaja dicari, namun demikian kita terima, kita patut bertobat, mengaku dosa dan mohon pengampuan dari Tuhan.
Jangan pernah kita menganggap remeh dosa ini dan membiarkannya berakar dalam hidup kita.
Kesimpulan
Akibat yang ditimbulkan dari pronografi, yaitu :
Terjadinya eksploitasi seks.
Terjadinya Dehumanisasi.
Itulah yang dipertontonkan dengan tujuan dan hasil yang merugikan martabat manusia. Dehumanisasi menyebabkan terjadinya :
Wanita diturunkan derajatnya menjadi obyek seks.
Manusia diturunkan derajatnya menjadi benda atau alat pemuasan nafsu.
Kesimpulan
Akibat yang ditimbulkan dari pronografi, yaitu :
Terjadinya eksploitasi seks.
Terjadinya Dehumanisasi.
Itulah yang dipertontonkan dengan tujuan dan hasil yang merugikan martabat manusia. Dehumanisasi menyebabkan terjadinya :
Wanita diturunkan derajatnya menjadi obyek seks.
Manusia diturunkan derajatnya menjadi benda atau alat pemuasan nafsu.
Posting Komentar untuk "Bahaya Pornografi "