Cara Agar Tidak Menghakimi Sesama Kita

Secara alami, jikalau kita tidak mengakui kesalahan kita, maka kita akan mencari situasi atau
orang yang dapat kita persalahkan atas apa yang telah kita lakukan. Kita melakukan hal itu dengan maksud agar kita dapat membenarkan dan menutupi pelanggaran kita. Makin besar kesalahan yang kita lakukan, makin banyak hal yang akan kita persalahkan. Rasa pahit dan rasa bersalah yang timbul akan sangat merusak keseimbangan mental dan emosi kita.

Mengapa kita tidak boleh menghakimi ataupun mempersalahkan orang lain. Karena Paulus
berkata:
“Karena itu, hai manusia, siapapun juga engkau, yang menghakimi orang lain, engkau sendiri tidak bebas dari salah. Sebab, dalam menghakimi orang lain, engkau menghakimi dirimu sendiri, karena engkau yang menghakimi orang lain, melakukan hal-hal yang sama.” (Rm 2:1)

Menghakimi dapat diumpamakan seperti menegur soal selumbar dan balok. Selumbar dan
balok sebenarnya berukuran sama bila dilihat dari sudut pandang yang berlawanan. Kalau kita merasa bahwa saudara kita terluka karena beberapa hal sepele yang kita lakukan padanya, maka kita harus ingat bahwa di matanya ‘hal sepele’ itu adalah balok!

Kita mungkin menganggap diri kita hanya bersalah 10%, namun di matanya kita bersalah
90%. Sangatlah mudah bagi kita untuk melihat kesalahan orang lain, tetapi sesungguhnya
yang benar dan lebih penting bagi kita adalah menyadari dan mengakui tindakan-tindakan kita yang salah yang telah menyakiti orang lain. Hal ini sangat penting, karena kita harus mengenali, mengakui, dan mengubah sikap kita yang salah tersebut. Mari kita memiliki respon yang benar.

Penghakiman tidak pernah menyembuhkan, tetapi kasih tanpa syarat menyembuhkan. Inilah
yang Tuhan lakukan kepada wanita yang kedapatan berbuat dosa perzinahan. Suatu kali “Pagi-pagi benar Ia berada lagi di Bait Allah, dan seluruh rakyat datang kepada-Nya. Ia duduk dan mengajar mereka. Maka ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi membawa kepada-Nya seorang perempuan yang kedapatan berbuat zinah.

Mereka menempatkan perempuan itu di tengah-tengah lalu berkata kepada Yesus: “Rabi, perempuan ini tertangkap basah ketika ia sedang berbuat zinah. Musa dalam hukum Taurat memerintahkan kita untuk melempari perempuan-perempuan yang demikian. Apakah pendapat-Mu tentang hal itu?”

Mereka mengatakan hal itu untuk mencobai Dia, supaya mereka memperoleh sesuatu untuk menyalahkan-Nya. Tetapi Yesus membungkuk lalu menulis dengan jariNya di tanah. Dan ketika mereka terus-menerus bertanya kepada-Nya, Iapun bangkit berdiri lalu berkata kepada mereka: “Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu.” Lalu Ia membungkuk pula dan menulis di tanah.

Tetapi setelah mereka mendengar perkataan itu, pergilah mereka seorang demi seorang, mulai dari yang tertua. Akhirnya tinggallah Yesus seorang diri dengan perempuan itu yang tetap di tempatnya.

Lalu Yesus bangkit berdiri dan berkata kepadanya: “Hai perempuan, di manakah mereka? Tidak adakah seorang yang menghukum engkau?” Jawabnya: “Tidak ada, Tuhan.” Lalu kata Yesus: “Akupun tidak menghukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang.” (Yoh 8:2-11)

Siapakah dari kita yang tidak pernah berbuat dosa? Janganlah kita menghakimi sesama
kita. Karena dengan menghakimi sesungguhnya kita mencoba menjadi hakim atas hidup orang lain. Kita tidak berhak menghakimi, karena kita masih berbuat dosa dan penghakiman adalah hak Tuhan. Jika Tuhan tidak menghakimi orang yang kedapatan berbuat dosa, bagaimanakah seharusnya kita bersikap? Mari kita kembangkan belas kasihan dan kasih tanpa syarat kepada orang-orang yang jatuh ke dalam dosa.

Posting Komentar untuk "Cara Agar Tidak Menghakimi Sesama Kita"