Apa Itu Konseling Kristen? Begini Prosesnya.

Apa itu Konseling Kristen? Dalam Konseling Kristen, tujuan dan prosesnya perlu dipahami. Berikut ini akan dijelaskan tahapan-tahapan, tujuan dan prosesnya.

Konseling adalah proses pemberian bantuan kepada orang yang sedang memiliki masalah, agar dapat memperoleh arahan untuk mengembangkan potensinya, dan dipergunakan untuk mengatasi masalah yang dihadapi.

Mengapa konseling sangat perlu?
Manusia tidak akan lepas dari masalah : kesepian, kecewa, kesulitan, duka cita, kesedihan, kemarahan, kejahatan, sakit-penyakit, masalah hubungan antar pribadi. Inipun dialami oleh tokoh-tokoh di Alkitab, Sahabat Ayub, Tuhan Yesus dll

Perbedaan Kotbah dengan Konseling
Khotbah:
Satu arah 
Kepada orang banyak
Firman Tuhan umum 
Memerintah 
Jemaat sebagai obyek
Jemaat pasif 

Konseling:
Dua arah
Kepada pribadi
Firman Tuhan pribadi
Membimbing
Jemaat sebagai subyek
Jemaat aktif

Tujuan Konseling
Tujuan akhir adalah untuk memaksimalkan “potensi jemaat” , sesuai dengan Efesus 4:11-16. 

Mendampingi dan membimbing
Contoh dalam Alkitab: adalah Barnabas dengan Saulus Kis 11:19-30). 
Dalam pasal 13 sudah terjadi perubahan. 

Menyelesaikan dosa melalui Kristus.
Kepada pria yang disembuhkan dari penyakit lumpuh 38 tahun (Yoh 5:14)
Perhatikan 1 Yoh 1:6-10 dan Yakobus 5:16
Pertama: sadar bahwa ia orang berdosa dan masih hidup dalam kegelapan.
Kedua: mengaku dosa. 
Ketiga: Konselor/Gembala adalah pribadi yang tepat bagi dirinya untuk membuat pengkuan dosa.

Mencari Jemaat yang bergumul bahkan terhilang. 
Luk15:4 mencatat: “Tinggalkan yang 99, cari satu jiwa yang terhilang”.

Memulihkan kondisi yang rapuh serta menolong jemaat yang membutuhkan uluran tangan untuk berbagai masalah yang dihadapinya.
Konselor/Gembala mewakili Kristus, untuk mendengar permasalahan, bersama-sama mencari jalan keluar dan membimbing jemaat mencapai tujuan Allah dalam hidupnya. Maz 130:1-8 

Berusaha menemukan solusi bahkan sampai mengalami perubahan tingkah laku.
Konselor/Gembala sebagai konselor melalui percakapan, membimbing dan menuntun Ki menuju satu titik yaitu ‘solusi’ atas persoalannya. 
Sehingga dibutuhkan bagi gembala 70-80% mendengar dan 30-20% berbicara
Di tahap response action inilah diharapkan terjadinya perubahan tingkah laku jemaat. 

Hanya dengan cara ini terjadi dampak positif bagi mereka 
Maka tergenapilah Firman dalam Roma 12:2 (tidak serupa dengan dunia; berubah oleh pembaharuan akal budi; sampai dapat membedakan kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna).

Proses Konseling
Setiap Konselor mengembangkan disiplin dan skill dalam pelayanan konseling, agar ada pengetahuan dan kemampuan untuk menghubungkan teori dengan praktik
Mampu memelihara identitasnya sebagai hamba Tuhan dalam peranannya sebagai konselor dalam interpersonal relationshipnya. 

Memiliki disiplin dalam menunaikan kelengkapan-kelengkapan konseling terlebih dalam batasan profesinya sebagai hamba Tuhan.

Bersifat Interaksi atau Hubungan Timbal balik/Dialog.
Carkhuff mengemukakan, bahwa konseling adalah suatu hasil interaksi/hubungan timbal-balik antara 3 hal, yaitu: 

Sikap konselor
Ketrampilan menghadapi konseli 
Tanggapan balik dari konseli terhadap konselor (Proses Belajar Konseli)

Hubungan timbal-balik (dialog) dilakukan dengan:
Understanding atau Sikap Konselor (mendengar, empaty dan menerima/menghormati) 
Sikap Konselor/ Understanding harus lahir dari KASIH Kristus, bukan dengan kemampuan otak/ berpikir manusia.

Menghadirkan diri secara penuh melalui:
Sikap Tubuh dan Lahiriah
Mengamati
Mendengarkan

Konseling adalah Keterampilan
Keterampilan tidak akan diperoleh secara otomatis tetapi dibutuhkan latihan dan diasah berulang-ulang sampai menjadi sebuah keahlian. Beberapa hal yang perlu dilatih :

Mendengar dengan penuh perhatian
Hal-hal yang harus didengar meliputi hal-hal yang “diucapkan” (Verbal) dan “yang tidak terucapkan/terkatakan” (Non Verbal). 

Empati
Kemampuan untuk memahami secara tepat perasaan, pikiran dan pengalaman orang lain. 
Dalam empati: unsur rasional lebih kuat dibandingkan unsur keterlibatan emosi.
Bersikap hangat dan mau membagi perasaannya

Respon / Memberi Tanggapan
Wujud sikap empaty dalam proses konseling dimulai pada tahap MENANGGAPI.
Konselor harus mampu:
memahami perasaan-perasaan konseli yang terungkap secara verbal.
memahami perasaan-perasaan konseli yang tak terungkap secara verbal dan akurat. 
Tujuan respon agar terjadi interaksi antara konselor dan konseli

Menerima/menghormati
Kesediaan konselor menerima keberadaan konseli sebagaimana ia ada.
Tidak ada sikap mengadili. Bukan berarti kita mentolerir “yang salah”.
Penerimaan terhadap konseli apa adanya.
Dalam konseling, penerimaan dan sikap hormat.

Keterampilan lain yang perlu dimiliki :
Keterampilan Menunjukkan Perhatian: Berhubungan dengan sikap tubuh dan tanda-tanda lahiriah.
Keterampilan mengamati: Kemampuan konselor untuk melihat dan memahami konseli dari cara menampilkan diri, situasinya, perasaan-perasaan konseli

Keterampilan Mengamati: Mengumpulkan data non verbal tentang konseli dari tangan pertama untuk memahami perasaannya. Dengan mengamati tingkah laku, konselor pun akan memperoleh sumber yang kaya bagi rasa empati
Pengamatan dapat dilakukan dari: 
Segi fisik
Emosional
Interpersonal
Intelektual
derajat kongruensi konseli

Untuk menjadi konselor yang baik harus memiliki :
Kerohanian yang baik ( Gal 5:22-26 )
Lemah lembut ( Gal 6:1 )
Suka menolong ( Gal 6:2)
Rendah Hati ( Gal 6:6 )
Sabar ( Gal 6:7-8 )
Rajin ( Gal 6:10 )
Memiliki Kasih Tuhan ( Yoh 13:34-35 )

Posting Komentar untuk "Apa Itu Konseling Kristen? Begini Prosesnya."