Mujizat Dalam Perjanjian Lama
Arti mujizat dalam Perjanjian Lama seperti dalam kisah Musa, perlambangan dari kisah Mesir adalah bahwa Mesir berada dibawah pemerintahan manusia yang telah jatuh ke dalam dosa dan sistem pemerintahannya mewakili sistem pemerintahan Allah namun terdiri dari para allah yang telah jatuh.
Firaun sendiri memiliki karakter sebagai allah bagi rakyatnya. Namun yang lebih penting adalah bahwa Allah hendak menunjukkan supremasi kekuasaan-Nya yang melebihi seluruh pemerintahan yang telah didirikan di bumi seperti yang akan dilakukanNya dihari-hari terakhir dengan serangkaian kutukan dan malapetaka yang serupa.
Oleh sebab itu istilah Keluaran merupakan sebuah pencerminan langsung dan penolakan sistem kepercayaan Mesir. Kutuk-kutuk yang dinyatakan di kitab Keluaran merupakan sebuah serangan langsung terhadap tugas-tugas khusus atau manifestasi-manifestasi para dukun yang terlibat.
Perbuatan-perbuatan yang luar biasa dari Musa dan Harun entah itu berupa tipuan tukang sulap ataupun tidak, dimaksudkan sebagai penyataan. Itulah sebabnya hal-hal seperti itu lazim disebut “tanda” (semeion-arah dan petunjuk jalan).
Ciri khas suatu tanda ialah bahwa tak ada nilai terdapat dalam dirinya sendiri. Arti penting dari tanda-tanda tersebut adalah bahwa Musa diberi kuasa melampaui roh iblis, melebihi kedagingan manusia, dan melebihi air yang mengalir yang merupakan simbol dari kekuatan roh.
Setelah peristiwa tulah-tulah di Mesir, Israel dituntun untuk menyaksikan mukjizat ajaib ketika dituntun Tuhan melewati Laut Merah.
Kisah penyeberangan Laut Merah (Kel 13:18-14:13) terjadi karena tindakan ajaib yang lansung dari Allah (ay 21). Para penulis Alkitab memakai peristiwa ini untuk mengingatkan umat Allah akan kuasa dan kebesaran-Nya. Pembebasan Israel melalui Laut Merah menetapkan janji Allah, Tuhan akan berperang untuk kamu.
Terbentuknya dua tembok air besar oleh angin yang kuat memerlukan suatu mujizat; ini bukan sekedar suatu peristiwa alami. Air tertimbun di kedua sisi, membuka suatu jalur yang mungkin selebar beberapa kilometer (bd. Mzm 74:13).[17] Ketika melihat hukuman Allah yang begitu dahsyat atas tentara Mesir, takutlah bangsa itu kepada Tuhan, melihat pembebasan ajaib dari Allah, mereka percaya kepada Tuhan (Kel 14:31).
Kisah Yosua, bahwa Yosua berdoa untuk suatu mujizat. Dan Allah mengabulkan doanya (Yos 10:11-12). Cara tepat yang dipakai Allah untuk memperpanjang siang hari itu tidak diberikan. Allah dapat memperlambat perputaran bumi, memiringkan bumi pada porosnya seperti di utara dimana matahari tidak terbenam, atau menyebabkan sinar matahari membias.
Cara apapun yang dilakukan oleh-Nya perpanjangan hari itu merupakan jawaban yang luar biasa atas suatu doa (ay. 12-14). Allah yang menciptakan bumi dan benda-benda angkasa dengan fungsi-fungsi masing-masing dapat juga menahan gerakan alami semua itu untuk mencapai maksud-Nya (bd. Yes 38:7-8).
Kitab sejarah menggambarkan peranan para nabi dalam kaitanya dengan berkat dan kutuk. Konsep sejarah di Israel dan Timur Dekat kuno menggambarkan keadaan dan fakta bahwa adanya kepercayaan terhadap para dewa.
Dengan adanya sifat para dewa yang sewenang-wenang dan selalu berubah-ubah, membuat sistem “pertanda” atau mujizat itu sangat perlu. Walaupun Israel menerapkan sistem pemerintahan monoteisme, ada saja praktek penggunaan ramalan, pertanda, dan mantra-mantra dari dewa-dewa yang olehnya kuasa dan sifat Yahweh harus dinyatakan.
Elia tampil sebagai nabi yang diurapi Tuhan. Pelayanan kenabiannya mengambil tempat di kerajaan utara selama pemerintahan dinasti Omri.
Cerita-cerita tentang Elia mengutarakan banyak peristiwa dan mujizat-mujizat. Diantaranya ada enam peristiwa yang terjadi dalam hidupnya: pemberitaan masa kekeringan dan pelariannya yang kemudian adu kuasa di gunung Karmel, pelariannya ke Horeb, peristiwa Nabot, nubuat mengenai Ahazia dan kenaikannya ke sorga.
Banyak mujizat dan tanda ajaib menyertai pelayanan Elia. Allah bekerja melaluinya untuk menyatakan kuasa Allah yang dahsyat. Elia hanyalah seorang manusia tetapi ia memiliki Kuasa Roh yang besar.
Ia dipenuhi oleh kuasa Roh Kudus dan di kontrol oleh Roh Kudus. Salah satu mujizat dalam pelayanannya adalah mujizat tepung dan minyak. Maksudnya adalah Yahweh ingin mengalahkan dan menentang kekuatan dewa-dewa Baal yakni yang disembah sebagai dewa cuaca.
Allah menunjukkan kuasaNya bahwa hanya Dialah yang berkuasa atas matahari dan hujan. Dialah yang memelihara Elia di dalam negeri penyembahan Baal itu sendiri yakni di Sarfat dekat Sidon. Kisah penyembuhan anak seorang janda di Sarfat memberikan arti bahwa dialah Yahweh yang berkuasa atas seluruh ciptaanNya dan Dia berkuasa atas kematian.
Dalam pelayanan Elisa pengganti Elia, kisah Naaman sebagai suatu mujizat yang ajaib. Kisah ini menunjukkan pemeliharaan Allah (ay.1-14), kuasa dan kasih karunia-Nya yang menyelamatkan (ay.15-19), dan hukuman-Nya atas dosa (ay. 20-27).
Yang menonjol dalam kisah ini ialah kebenaran bahwa kasih karunia dan keselamatan Allah tidak terbatas pada Israel, tetapi bahwa Ia ingin menunjukkan belas kasihan kepada bangsa bukan Israel dan menuntun mereka untuk mengenal Allah yang Esa dan benar (lih. Luk 4:18-19, 25-27).[24] Naaman diperintahkan Elisa untuk memandikan dirinya di sungai Yordan agar sembuh (2Raj 5:1-14).
Nas ini melambangkan Yesus dan Perjanjian Baru bahwa kasih karunia Allah menyelamatkan itu menjangkau sampai di luar bangsa Israel (bd. Luk 4:27; Kis 22:21; Rm 15:8-12), dan bahwa untuk menerima keselamatan itu, kita harus meninggalkan kesombongan kita dan merendahkan diri di hadapan Allah (bd. Yak 4:10; 1 Ptr 5:6), dan mencari pembasuhan di dalam darah Yesus, persediaan Allah untuk pembersihan kita (bd. Kis 22:16; 1 Kor 6:11; Tit 3:5; 1 Yoh 1:7, 9; Why 1:5).
Posting Komentar untuk "Mujizat Dalam Perjanjian Lama"