Mujizat Dalam Perjanjian Baru Menurut Kitab Yohanes

Mujizat selalu menghiasi sepanjang berita-berita dalam Perjanjian Baru. Berawal dari pelayanan Yesus sampai kebangkitan-Nya dan dilanjutkan lagi oleh para Rasul. 

Pelayanan para Rasul setelah kebangkitan Yesus, banyak tanda yang menyertai pelayanan mereka. Seperti contoh Paulus dalam suatu pelayanannya di Efesus (Kis 19:11-12) ditandai dengan berbagai mujizat penyembuhan dan pelepasan dari setan-setan dan roh-roh jahat. Kain atau saputangan yang pernah menyentuh tubuhnya (yaitu saputangan keringat atau celemek yang dipakainya ketika membuat tenda). 

Paulus hanya melipatgandakan kuasa yang ada di atasnya melalui sarana-sarana yang nyata, dengan menyembuhkan dan membebaskan orang dalam jumlah lebih banyak daripada yang dapat disentuhnya sendiri dengan tangannya. 

Demikian juga dengan Petrus dalam pelayanannya. Bayangan Petrus sebagai media dan alat dimana kuasa Allah bekerja untuk menyembuhkan orang dan melalui dia mujizat-mujizat yang besar dari Allah di wujudkan (Kis 5:15).

Mujizat-mujizat diberikan untuk menyatakan keotentikan berita. Mujizat dalam Perjanjian Baru untuk mengabsahkan berita baru yang diberikan oleh para Rasul. Mrk 16:20 : ”Mereka pun pergilah memberitakan Injil ke segala penjuru, dan Tuhan turut bekerja dan meneguhkan firman itu dengan tanda-tanda yang menyertainya.”

Bila kita membaca Injil Yohanes akan kita temukan perbedaan yang besar antara kitab Yohanes dan ketiga Injil Sinoptik. 

Pada Injil Matius (Injil Kerajaan), tokoh Yesus digambarkan sebagai Raja Israel, Anak Daud dengan silsilah Rajani dengan tema utamanya yaitu Taurat dan janji. Lebih dari tiga puluh tiga kali kata kerajaan surga mendominasi sepanjang kitab ini. Kitab ini ditujukan kepada orang-orang Yahudi. 

Secara simbolik Injil ini digambarkan sebagai ”Singa dari Yehuda”. Injil Markus (Injil Kehambaan)., tokoh Yesus digambarkan Hamba Tuhan (tanpa silsilah). Tema utamanya ”pelayanan” (memberikan nyawa-Nya dan melayani). Lebih dari empat puluh tiga kali kata ”segera” (euthys, eutheos) diungkapkan sepanjang kitab ini. 

Kitab ini ditujukan kepada orang-orang Romawi (”modius, cencus,speculator, centurio”). Secara simbolik kitab ini digambarkan dengan simbol ”lembu”. Injil Lukas (Injil kemanusiaan), tokoh Yesus digambarkan sebagai ”Anak Manusia” (silsilah dari Adam). Tema utamanya ”kasih karunia dan persekutuan”. 

Kata kuncinya adalah ”Anak Manusia.” Injil Lukas ditujukan kepada orang-orang Yunani (katecheo=maklumat resmi). Gambaran simbolik bagi kitab Lukas adalah ”Manusia.” Berbeda dengan Injil Yohanes. Injil Yohanes (Injil Keilahian) menempatkan tokoh Yesus sebagai ”Anak Allah” (masa Pra-eksistensi). 

Tema utama yang disampaikan adalah ”tanda supaya percaya dan memperoleh hidup.” Kata “percaya” (pistis) sebanyak sembilan puluh delapan kali disepanjang kitab ini. Kitab ini ditujukan kepada seluruh manusia (kasih karunia Allah). Gambaran simbolik bagi kitab Yohanes adalah “rajawali.”

Bila kita mengkomparasikan struktur, isi, tekanan dan respon pendengar kitab Injil sinoptik dengan Injil Yohanes maka akan tampak seperti:
Secara struktur Runtutan pelayanan Yesus secara geografi berawal dari Galilea, berbalik ke Utara dengan pengakuan Petrus sebagai klimaks dan akhir transisi, pelayanan di Yudea dan Perea kemudian berakhir di Yerusalem. Beda dengan Injil Yohanes yang berfokus di Yerusalem.

Dari segi isi, kisah dalam ketiga Injil banyak kesamaan peristiwa yang menyangkut penyembuhan Yesus, pengusiran roh jahat, dan pengajaran tentang perumpamaan. Beda dengan Injil Yohanes dengan penekanan arti penyembuhan tanpa catatan peristiwa pengusiran setan dan pengajaran perumpaan.

Tekanan: Injil Sinoptik konstan pada tindakan-tindakan seperti pengutusan murid-murid, transfigurasi, kejadian di bukit zaitun, perjamuan terakhir. Injil Yohanes menekankan perenungan.

Respons Pendengar, dalam Injil Yohanes, Yesus berbicara secara panjang-lebar bukan dalam bentuk perumpamaan yang disertai tanggapan dari para pendengar

Banyak orang akan terkesan dan memperoleh penghiburan yang mendalam ketika membaca Injil Yohanes ini. Pemikiran kita akan diarahkan pada Yohanes sebagai saksi dari semua yang terjadi dan sebagai penulis dari kesaksian-kesaksian tersebut. Walaupun ada yang menolak Yohanes sebagai penulis Injil ini namun masalah perdebatan itu kita tinggalkan dengan melihat bukti-bukti yang mengarahkan kepada siapa penulis Injil ini.

Salah satu bukti eksternal bahwa tradisi Kristen sejak abad yang kedua masehi mengatakan bahwa Injil ini memiliki hubungan yang erat dengan Rasul Yohanes. Saksi pertama Irenius seorang Uskup Lyons di tahun 177 dengan jelas menyajikan bukti tersebut. 

Yoh 21:7, 20-23. Murid yang dikasihi Yesus itu terlibat bersama Petrus dalam mujizat penangkapan seratus lima puluh tiga ekor ikan. Murid itu juga mengetahui kebangkitan Yesus sebagai Allah. Dia juga selalu bersama-sama dengan Yesus dan Petrus dan mendengar tentang diskusi mengenai akhir hidupnya (20).

Yoh 21:24. Referensi terakhir ini tidak menggunakan frase ”murid yang dikasihi” tetapi titik penekanannya kepada dia sebagai murid yang sama yang dimaksudkan. Dialah murid yang memberikan kesaksian dan menuliskannya, dan semua kesaksiannya itu benar.

Murid yang dikasihi Yesus juga memiliki hubungan yang cukup dekat dengan keluarga dimana Yesus berasal. Murid ini yang dipercayakan kepada Maria ibu Yesus.

Yohanes mencoba menyajikan tulisannya dengan lebih unik yang berfokus pada pribadi Yesus untuk menarik kembali perhatian orang-orang Kristen yang cenderung pada ajaran gnostik yang sesat.

Injil Yohanes menjelaskan sifat, maksud serta tujuan Yesus Kristus yang sebenarnya sebagai Manusia dan Allah yang sempurna dalam menciptakan segala sesuatu (Yoh 1:1). Pelayanan Yesus ini digambarkan dengan ”tanda” disepanjang isi Injil Yohanes. Istilah “tanda” digunakan 17 kali dalam Injil Yohanes dan masing-masing dihubungkan dengan ketujuh mukjizat yang disebutkan dalam Injil ini.

Kata-kata mukjizat dalam Perjanjian Baru justru dielakkan untuk dapat menyatakan pengutusan keilahian Yesus. Dalam agama Yahudi dikenal kata lain yang benar-benar dianggap cocok yaitu kata ”tanda” (semeion)[48] Bagi Yohanes ia lebih mengutamakan firman atau pribadi Yesus. 

Firman itu terungkap dari karya-karya Allah dan dengan demikian merupakan tanda-tanda untuk hadirnya dunia baru. Lain halnya dengan injil-injil Sinoptik. Dalam karya sinoptik banyak ditemukan kata ”kuasa” (dunamis). 

Istilah ”tanda” menurut pengertian para sinoptisi menekankan jarak, bukan kenyataan itu sendiri, melainkan menunjuk pada yang sebenarnya. Kuasa dapat diidentikkan dengan ’bekerja’ atau ’berkarya’. Sebagaimana yang diungkapkan Yohanes: Yesus berkarya, sama dengan Allah yang berkarya.

Yohanes mengungkapkannya dengan bahasa yang jelas bahwa Yesus adalah Allah dan telah menjadi manusia. Yohanes memulai Injil ini bukan dari permulaan melainkan pada permulaan. Bagi Yohanes kisah kelahiran di Betlehem bukan menjadi awal mula keberadaan Yesus melainkan awal atau saat Ia menjadi manusia. Penekanannya adalah Yesus sudah ada sebelum dunia ada.

Dari peristiwa pembukaan sampai akhir pelayanan Yesus, terbentang karya-karya Allah yang unik dalam tanda-tanda ajaib. 

Apakah semua mukjizat itu benar? Pada akhirnya harus dijawab dengan iman dari pribadi – bukan semata-mata kepercayaan bahwa peristiwa-peristiwa itu benar-benar historis, melainkan kepercayaan kepada Kristus yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang ajaib itu. Melalui iman kepada Yesus kita bisa menempatkan keyakinan kita kepada kebenaran-kebenaran yang menyelamatkan.

Yohanes menyatakan tujuannya untuk tulisannya dalam 20:30 yaitu: ”Supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya.”

Naskah kuno Yunani dari Yohanes memakai satu dari dua bentuk waktu untuk kata Yunani yang diterjemahkan ”percaya” (20:31): yaitu aorist subjunctive (”sehingga kamu dapat mulai mempercayai”) dan present subjunctive (”sehingga kamu dapat terus percaya”). 

Jikalau Yohanes bermaksud yang pertama, ia menulis untuk meyakinkan orang yang tidak percaya untuk percaya kepada Tuhan Yesus Kristus dan diselamatkan. Kalau bagian yang kedua, Yohanes menulis untuk menguatkan dasar iman supaya orang percaya dapat terus percaya kendatipun ada ajaran palsu, dan dengan demikian masuk dalam persekutuan penuh dengan Bapa dan Anak (bd. 17:3). Walaupun kedua tujuan ini didukung dalam kitab Yohanes, isi dari Injil ini pada umumnya mendukung yang kedua sebagai tujuan utama.

Yohanes Pembaptis telah mempermaklumkan bahwa Yesus adalah anak Domba Allah (1:29) Rasul Yohanes mengarahkan pada tanda-tanda sebagai bukti kehadiran Yesus. Ketujuh tanda atau mijuzat yang menyertai pelayanan Yesus adalah sebagai berikut: 

Mengubah air menjadi anggur (2:1-11)
Menyembuhkan anak pegawai istana (4:46-54) 
Menyembuhkan orang sakit di Betesda (5:1-9) 
Memberi makan lima ribu orang (6:1-14) 
Berjalan diatas air (6:16-21) 
Menyembuhkan orang buta (9:1-12) 
Membangkitkan Lazarus(11:1-46)

Ketujuh tanda ini akan memberikan pengertian dan maksud dari keberadaan Yesus di bumi dan keilahian-Nya. Siapakah Dia dan bagaimana misinya serta tujuan-Nya.

Posting Komentar untuk "Mujizat Dalam Perjanjian Baru Menurut Kitab Yohanes"