Menginjil Itu Mengkristenkan Orang?, 1 Tesalonika 2:1-2

Menginjil adalah menyampaikan Kabar Baik
Kata menginjil sering disalah tafsirkan sebagai upaya "menghasut"' mempengaruhi seseorang untuk percaya dan meninggalkan kebiasaan atau keyakinan yang dianut kepada keyakinan yang baru atau yang sering disebut "mengkristenkan orang".

Salah paham ini meluas sampai pada hal-hal praktis seperti: apabila kita membantu seseorang maka dicurigai sebagai upaya mengkristenkan. 

Maksud sebenarnya dari Penginjilan adalah, Apabila ada orang Kristen yang mau membantu seseorang itu bukan karena alasan menghasut dan mengkristenkan tetapi ini semata-mata sebuah tindakan belas kasih yang dalam terhadap orang lain yang menderita.

Sebagai wujud kasih karena orang yang melakukannya telah lebih dahulu mengalami Kasih dan menerima pertolongan Tuhan dan ingin membagikan kepada orang lain. Tidak memandang agama, suku dan status namun yang ada hanyalah agar orang lain juga bisa bahagia dan menemukan arti hidup yang sebenarnya.

Penginjilan juga sering disalah artikan sebagi sebuah beban yang berat sehingga orang malas melakukannya. Kita sering menganggap penginjilan bukan bagian kita tetapi tugas pendeta dan pelayan.  

Ada juga yang menyalahgunakan moment penginjilan sebagai upaya untuk mencari keutungan diri sendiri. Membantu orang lain dengan tujuan untuk menarik simpati, untuk menghasut bahkan memanfaatkan potensi orang yang sudah dibantu untuk tujuan-tujuan tertentu.

Kata lain dari menginjil adalah: menyampaikan Kabar Baik. Dari kalimat ini saja jelas terlihat suasana sukacita, situasi menyenangkan tanpa beban dan tidak ada trik atau manipulasi untuk tujuan-tujuan jahat. Harusnya direspon dengan gembira karena ini hal yang menyenangkan.

Mari kita melihat apa yang disampaikan Paulus tentang memberitakan Injil.
1 Tesalonika 2:1-2:Kamu sendiripun memang tahu, saudara-saudara, bahwa kedatangan kami di antaramu tidaklah sia-sia. Tetapi sungguhpun kami sebelumnya, seperti kamu tahu, telah dianiaya dan dihina di Filipi, namun dengan pertolongan Allah kita, kami beroleh keberanian untuk memberitakan Injil Allah kepada kamu dalam perjuangan yang berat.

Paulus tidak gentar dalam memberitakan Kabar Baik, meskipun dalam hinaan dan aniaya. Dia Percaya Tuhan selalu menolong dan memberikan keberanian dan kekuatan untuk memberitakan Injil.

Apa yang medorong Paulus sehingga begitu semangat memberitakan Injil? Tidak pernah mengenal lelah demi untuk orang lain yang bukan keluarganya? Rela mati bagi orang lain yang sebenarnya tidak memberikan keuntungan padanya?
Ditambah lagi kepungan persoalan dan rencana jahat musuh-musuhnya, dianiaya, diludahi, disiksa, dipenjara bahkan ancaman pembunuhan.

Yang mendasari semua tindakan Paulus adalah: "Injil Itu Kekuatan Allah Yang Menyelamatkan".  Ada tugas dan panggilan dari Tuhan yang harus dia selesaikan karena ada harga yang sangat mahal yang sudah dibayar untuk tebusan dosanya dan jaminan bagi keselamatannya. Tidak ada alasan untuk diam dan bermalas-malasan. Pesan ini harus Paulus bagikan kepada semua orang yang belum mendengarkan dan belum diselamatkan.

Dalam ayat 2:...kami beroleh keberanian untuk memberitakan Injil Allah kepada kamu dalam perjuangan yang berat.

Kata "Perjuangan" dalam bahasa Yunani: "agon" yang artinya: Perlombaan atau pertandingan

Apabila Memberitakan Injil adalah sebuah perlombaan dan pertandingan maka ada Instruksinya:

1 Timotius 6:11-12
“Tetapi engkau hai manusia Allah, jauhilah semuanya itu, kejarlah keadilan, ibadah, kesetiaan, kasih, kesabaran dan kelembutan. Bertandinglah dalam pertandingan iman yang benar dan rebutlah hidup yang kekal. Untuk itulah engkau telah dipanggil dan telah engkau ikrarkan ikrar yang benar di depan banyak saksi.

Ada garis akhir dari sebuah perlombaan/pertandingan yaitu merebut hidup yang kekal. Tentu tidak semudah berlomba dan bertanding. Ada aturan-aturan yang ketat yang harus dipatuhi demi mencapai garis akhir sebagai seorang pemenang dan berhak atas hadiah hidup yang kekal.

Paulus bukan hanya memberikan instruksinya. Pertama-tama, ia menerapkan instruksi ini kepada dirinya sendiri, Maka itu Paulus berkata untuk memberitakan injil dia tidak memanipulasi demi mencari keuntungan atau dengan cara bermulut manis hanya untuk mencari simpati.

Tetapi dia berkata "Perjuangan yang berat" artinya: ada keadilan yang harus dikejar, ada ibadah yang harus dilakukan dengan taat dan benar, ada kesetian terhadap janji Tuhan yang harus dipegang teguh, ada Kasih sebagai dasar dari segala yang dikerjakan, ada kesabaran dalam menghadapi tekanan dan kesulitan dan ada kelembutan dalam menyampaikan pesan-pesan Tuhan. Tidak gampang untuk mengerjakan semuanya tetapi inilah aturannya dan instruksinya sebagai syarat mutlak untuk mencapai garis akhir.

Apabila memberitakan Injil adalah sebuah perlombaan dan pertandingan maka ada tujuan dan aturan yang tidak boleh dilanggar:

1 Korintus 9:24-27
“Tidak tahukah kamu, bahwa dalam gelanggang pertandingan semua peserta turut berlari, tetapi bahwa hanya satu orang saja yang mendapat hadiah? Karena itu larilah begitu rupa, sehingga kamu memperolehnya! Tiap-tiap orang yang turut mengambil bagian dalam pertandingan, menguasai dirinya dalam segala hal. Mereka berbuat demikian untuk memperoleh suatu mahkota yang fana, tetapi kita untuk memperoleh suatu mahkota yang abadi. Sebab itu aku tidak berlari tanpa tujuan dan aku bukan petinju yang sembarangan saja memukul. Tetapi aku melatih tubuhku dan menguasainya seluruhnya, supaya sesudah memberitakan Injil kepada orang lain, jangan aku sendiri ditolak.”

Paulus berkata mengenai dirinya sendiri: “Bukan seolah-olah aku telah memperoleh hal ini atau telah sempurna, melainkan aku mengejarnya, kalau-kalau aku dapat juga menangkapnya, karena akupun telah ditangkap oleh Kristus Yesus…. aku berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus” Selain itu ia berkata: “Saudara-saudara, aku sendiri tidak menganggap, bahwa aku telah menangkapnya.” 

Gambaran tentang Paulus yang kita dapatkan di sini bukan gambaran seorang kristiani yang telah mencapai tujuannya dan yang sekarang duduk dengan santai. Sebaliknya, gambaran yang kita peroleh di sini adalah gambaran seorang atlet yang sedang berlari mengejar tujuannya, “supaya ia pada akhirnya” beroleh kebangkitan dari antara orang mati. Ini adalah gambaran seorang petinju yang baik yang tidak sembarangan saja memukul, seorang petinju yang mengarahkan pandangannya pada kemenangan, yaitu pada hadiah yang menantinya.

Jadi perjuangan berat dalam memberitakan Injil bukan semata-mata materi atau penderitaan sakit dan kekurangan melainkan beratnya aturan dan instruksi yang harus ditaati demi mencapai garis akhir. Karena bagi Paulus masalah penderitaan itu hanyalah sebuah proses pemurnian dalam sebuah perjalanan menuju akhir dari sebuah pertandingan. Maka itu Paulus menuliskan di dalam Roma 8:35-39,
Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus? Penindasan atau kesesakan atau penganiayaan, atau kelaparan atau ketelanjangan, atau bahaya, atau pedang? Seperti ada tertulis: ”Oleh karena Engkau kami ada dalam bahaya maut sepanjang hari, kami telah dianggap sebagai domba-domba sembelihan.” 

Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita. Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang, atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.

Jadi jelaslah bahwa mengapa orang Kristen begitu semangat memberitakan Injil?
Berita Injil bukan sesuatu yang statis, bukan sesuatu yang begitu kita mendengar dan memilikinya, semuanya beres: kita tinggal duduk santai dan akan mencapai garis akhir secara otomatis. Sebaliknya, memberitakan Injil bagi Paulus adalah perjuangan yang harus dilakukan dan perlombaan yang harus diikuti. Hidup kekal bukanlah sesuatu yang telah kita tangkap. Hidup kekal adalah sesuatu yang menjadi panggilan kita untuk memperolehnya, untuk menangkapnya, mengarahkan tangan kita untuk merebutnya.

Semoga kita semua pada akhir hidup kita, dapat mengatakan perkataan yang sama seperti yang Paulus katakan: “Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman”. Amin

Posting Komentar untuk "Menginjil Itu Mengkristenkan Orang?, 1 Tesalonika 2:1-2"