Masih Adakah Mujizat Hari Ini?

Masih adakah mujizat, dimanakah mujizat?
Foto By Yuddi

Masih adakah mujizat hari ini? Pertanyaan ini seringkali sulit untuk ditanggapi apakah fenomena mujizat itu dari Allah atau dari Setan. Fakta disekeliling kita membuktikan mujizat-mujizat selalu terjadi. Orang-orang ”diluar Tuhan”, merekapun selalu mendemonstrasikan mujizat dalam praktek-praktek mereka. Sulit untuk menentukan kebenaran mana yang harus kita pegang dan mana yang harus dibuang.

Bagaimana tanda-tanda dan mujizat-mujizat dalam Alkitab, apakah masih dipercaya sebagai kebenaran dan wahyu Allah? Ataukah tanda-tanda dan mujizat-mujizat dalam Alkitab dianggap sebagai cerita dongeng dan ilusi semata. Kenyataannya bahwa Alkitab dijadikan buku dongeng dan manusia lebih mementingkan pikiran dan pengaruh yang dihasilkan dari pikirannya.

Disamping itu manusia berusaha menemukan jawaban terhadap masalah-masalah yang dihadapinya melalui eksperimen dan pembuktian secara ilmiah yang logis dan masuk akal. Sikap skeptis timbul yang melahirkan pikiran-pikiran radikal yang liberal dan sikap menyangkali Tuhan. Seperti gerakan rasionalitas yang melahirkan sikap penyangkalan akan kuasa dan keberadaan Tuhan (atheisme).

Rasionalisme atau gerakan rasionalis adalah doktrin filsafat yang menyatakan bahwa kebenaran haruslah ditentukan melalui pembuktian, logika, dan analisis yang berdasarkan fakta, tanpa melalui iman, dogma, atau ajaran agama

Sedangkan Atheisme adalah suatu keadaan tanpa kepercayaan akan adanya Tuhan atau dewa-dewa. Dengan paham demikian maka bagaimana Alkitab dapat memberikan gambaran yang jelas bagi mereka tentang keajaiban yang dilakukan oleh Tuhan? Konsep rasionalitas adalah bahwa bila hal-hal ajaib itu tidak bisa dibuktikan secara rasio maka orang yang bersangkutan dianggap gila dan perlu pengobatan secara psikologi.

Reaksi rasionalitas sangat mempengaruhi teologia pada abad ke tujuh belas dengan adannya seorang ahli filsafat Perancis yaitu Cartesius (sebenarnya Descartes) yang hidup dua puluh tahun di Belanda (1629-1649). Sebagai seorang anggota gereja Katolik Roma ia menyimpang jauh dari ajaran Gereja Roma. 

Ia hanya mengaku suatu realitas (kenyataan) yang berkuasa atas manusia, yakni kesadaran dari manusia, dengan semboyannya yaitu: ”Aku berpikir, dari itu aku ada”. Atas dasar ini ia mengembangkan asas dan pandangan kafir dengan pengaruh renaisance, yaitu bahwa manusia sendiri adalah kaidah segala sesuatu yang ada.

Cara berpikir ini sangat mempengaruhi dan terasa indah serta berguna bagi orang-orang zaman itu dengan mendasarkan isi penyataan Tuhan pada akal budi, bukan lagi pada Alkitab, atau sekurang-kurangnya penyataan itu disesuaikan sedapat mungkin dengan akal budi.

Beberapa tokoh liberal yang memiliki pandangan ekstrim yaitu: Francois Bacon (1561-1624) menulis buku "Novum Organum" (1620) yang menjadi dasar kritik modern Alkitab. Baginya Alkitab hanyalah buku yang berguna untuk kesalehan dan bukan untuk mengenal Allah dengan benar; ThomasHobbes (1588-1679) sebagai seorang filsuf materialisme adalah pemula kritik mujizat dan kritik Alkitab Rasionalistis.

Baginya mujizat harus ditafsirkan sebagai perumpamaan. David Hume (1711-1776) mengatakan Alkitab bukan wahyu Allah yang supranatural dan mujizat bertentangan dengan hukum Allah.

Pendekatan dan pendapat seperti ini memberikan asumsi bahwa bukan teologi Alkitab yang utama, melainkan rasio. Rasio menjadi tolok ukur kebenaran peristiwa sejarah masa lampau, masa kini dan masa yang akan datang. Rasio yang menentukan "apakah ini sungguh terjadi, mungkin terjadi, kemungkinan tidak terjadi ataupun pasti tidak terjadi."

Aliran rasionalistis ini mulai merajalela di Eropa-Barat pada abad ke delapan belas yang melahirkan revolusi Perancis. Kekristenan mengalami pasang surut bahkan mengalami masa kegelapan. Suatu survei yang dilakukan oleh Noel Wesley di Amerika Serikat (1976) terhadap mahasiswa teologi strata-2 menunjukkan hanya 54% mahasiswa Master of Divinity yang percaya adanya mujizat. Mahasiswa Master of Theology hanya 37%.

Betapa menyedihkan bila kita sebagai orang yang mempercayai kebenaran-kebenaran Alkitab, harus terantuk dan jatuh pada sikap ekstrim, hanya karena hal itu kurang logis dan tidak masuk akal. Bukankah pekerjaan Allah diluar dari jangkauan pikiran manusia? Bisakah kita menerima mujizat itu sebagai karya dan kasih karunia Allah dengan iman di dalam Yesus?

Kenyataan yang dihadapi dewasa ini justru dalam praktek dan penerapannya mengalami penyimpangan. Lahirlah juga kelompok-kelompok dikalangan umat percaya yaitu: kelompok yang percaya ”mujizat masih berlangsung” dan kelompok yang berpendapat ”mujizat sudah berlalu”. Tanpa disadari paham-paham ekstrim dan pendewaan mujizat atau sikap fanatik ini sedang menyesatkan umat percaya dengan menyangkali pribadi Yesus dan menggeser sentralitas penebusan Yesus dikayu salib.

Mujizat tetap terjadi dan sedang terjadi sampai hari ini, menyertai dan meneguhkan pemberitaan Kabar Baik. Yesus Kristus berjanji: ”Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman." (Mat 28:20b). “Tanda-tanda ini akan menyertai orang-orang yang percaya: mereka akan mengusir setan-setan demi nama-Ku, mereka akan berbicara dalam bahasa-bahasa yang baru bagi mereka.” (Mrk 16:17).

Posting Komentar untuk "Masih Adakah Mujizat Hari Ini?"