Hamba Tuhan Konvensional Atau Hamba Tuhan Medsos, Pilih Mana?

Hamba Tuhan Atau Hamba Medsos

Masyarakat Indonesia dikenal sebagai pengguna media sosial yang aktif. Sebagian besar orang Indonesia memiliki akun di media sosial, bahkan bisa lebih dari satu media sosial. Sejak kasus pandemi Corona semua orang beralih ke media sosial untuk berinteraksi, berbisnis, beribadah dan sebagainya. Perubahan gaya hidup dari kebiasaan konvensional kini beralih ke online digital platform.

Dengan dibatasinya  kegiatan gereja, muncul istilah hamba Tuhan medsos karena banyak pendeta, pelayanan, dan aktifis gereja mengganti pola pelayanan dengan beralih ke media sosial. Program-program gereja dan pelayanan diganti ke online.

Pilih mana? Apakah  menjadi hamba Tuhan konvensional (umum/tradisional) atau hamba Tuhan medsos (media sosial)? Walaupun sama-sama satu tujuan kedua istilah ini memiliki nilai yang berbeda.

Terkait istilah ini seorang hamba Tuhan konvensional sering diartikan sebagai pelayan yang masih mempertahankan gaya pelayanan tradisional, berwibawa, kaku dan sedikit "gaptek" atau mereka yang tidak bisa mengopersasikan teknologi zaman sekarang dan sangat sulit mengikuti perubahan. 

Lain halnya dengan hamba Tuhan medsos, mereka lebih bergaya "kekinian" mengikuti perubahan zaman, santai, modis, berwawasan maju dan tidak ketinggalan informasi.  Kehadirannya lebih diterima karena memang sangat memahami kebutuhan, keresahan dan gejolak di masyarakat dan jemaat. Untuk menjawab kebutuhan tersebut mereka menyampaikan Firman Tuhan yang mudah dipahami, praktis,  sederhana dan aplikatif melalui media sosial dan teknologi digital.

Agar tidak salah memahami kedua istilah ini, arti “Hamba Tuhan” memiliki beberapa pengertian diantaranya;
Pertama: Abdi Allah atau Hamba Allah karena semua mahluk harus mengabdi kepada Tuhan
Kedua: Hamba Tuhan atau Anak Tuhan berkaitan dengan jati diri orang percaya yang sudah di tebus.
Ketiga: Hamba Tuhan atau Pemberita Injil berkaitan dengan fungsi sebagai orang yang menaati panggilan Tuhan.

Istilah "hamba Tuhan" berasal dari kata "doulos" (Lukas 1:38) kata ini bermakna pengabdian diri seseorang dan penyerahan hak hidup kepada tuannya karena telah dibeli dan ditebus sehingga seorang hamba hanya melakukan pekerjaan yang diperintahkan oleh tuannya secara bertanggung jawab.

Jabatan sebagai hamba Tuhan tidak gampang. Seorang hamba Tuhan harus melalui proses kehidupan, meyakinkan dirinya tentang panggilannya dan bersedia melayani seperti seorang hamba atau budak.

Untuk kelayakan dalam melayani mereka juga harus melalui proses akademik sama seperti profesi-profesi yang lain. Ada janji untuk memenuhi kewajiban melakukan suatu tugas khusus secara tetap/permanen", membutuhkan pelatihan dan penguasaan terhadap suatu pengetahuan khusus (teologi). 

Hamba Tuhan juga memiliki kode etik pelayanan, proses sertifikasi dan lisensi serta kompoten di bidangnya dan bekerja secara profesional. Setelah melalui proses ini mereka layak diteguhkan dan dilantik menjadi hamba Tuhan dan siap melayani jemaat.
Karena itu penilik jemaat haruslah seorang yang tak bercacat, suami dari satu isteri, dapat menahan diri, bijaksana, sopan, suka memberi tumpangan, cakap mengajar orang, bukan peminum, bukan pemarah melainkan peramah, pendamai, bukan hamba uang, seorang kepala keluarga yang baik, disegani dan dihormati oleh anak-anaknya. Jikalau seorang tidak tahu mengepalai keluarganya sendiri, bagaimanakah ia dapat mengurus Jemaat Allah? (1 Timotius 3:2-5)
Paulus mengatakan bahwa sebagai pelayan Tuhan itu harus “tidak bercacat.” Sifat yang tak bercacat berasal dari kata anepilhmpton (anepilemton) yang menyiratkan fakta bahwa seorang pelayan seharusnya adalah seorang yang tidak lagi diragukan karakter serta pengetahuan Alkitab yang sehat.

Lain halnya dengan  hamba Tuhan medsos. Istilah ini muncul karena trend perkembangan zaman. Hamba Tuhan medsos adalah hamba Tuhan yang beralih pola pelayanan dari konvensional ke media sosial berbasis teknologi. Hamba Tuhan medsos juga bukan berarti ketergantungan terhadap media sosial. 

Mereka ada bukan melalui proses akademik dan proses-proses pengutusan pada umumnya. Kehadiran mereka karena fenomena perubahan zaman. Situasi yang memaksa mereka harus ada untuk memanfaatkan semua peluang media sosial dalam menyampaikan berita Injil. Jangkauan pelayanan mereka sangat luas, interdenominasi, lintas agama. secara regional, nasional dan internasional.

Pengaruh pelayanan hamba Tuhan medsos sangat signifikan. Jemaatnya beragam, materinya kreatif, jamnya bebas bahkan tidak dibatasi ruang dan waktu. Kapan saja, dimana saja dan dalam kondisi apapun orang dapat mengakses dan mendengar tentang Firman Tuhan.

Hamba Tuhan medsos juga tidak hanya dari kalangan teolog. Siapa saja dan profesi apapun bisa apabila memahami teknologi dan berkolaborasi dengannya maka sangat mudah menyampaikan Kabar Baik.

Namun perlu waspada terhadap prinsip-prinsip alkitabiah yang terabaikan. Sejatinya Sabda atau Firman bermanfaat untuk mendidik, mengajar dan menuntun orang ke dalam kebenaran  malah menjadi hiburan. Penyampaian materi Firman diganti dengan cerita pengalaman dan keberhasilan dimasa lalu. 

Hasil akhirnya bukan pertobatan dan keselamatan  malah kebenaran menjadi abu-abu, dosa dipahami sekedar sebuah kejahatan. Hal ini diakibatkan juga karena minim literasi dalam berteologi.

Semua orang bisa dan bebas berkhotbah. Profesi lain selain hamba Tuhan juga bisa melayani seperti seorang Pendeta. Tidak harus menguasai ilmu homiletika, eksegetis dan apologetik. Prosesnya sederhana hanya dengan konten atau materi dan mengupload ke berbagai platform digital. 

Kemudahan ini menghasilkan kualitas penyampaian  materi menjadi kurang berbobot. Prinsip-prinsip pengajaran dan proses eksegetis terhadap teks Firman Tuhan hampir terabaikan. Akibatnya jemaat dan orang-orang yang dijangkau mendapatkan materi hanya sekedar hiburan. Pertumbuhan iman mereka rapuh dan tidak tahan terhadap tekanan dan kesulitan.

Lebih parah lagi para Pendeta, pelayan dan full time gereja sibuk mencari keuntungan dari media sosial karena ada program monetisasi konten. Kejar tayang yang penting bisa menuai like dan subscribe yang banyak. Namun perlu ingat bahwa kita berada dalam percepatan penuntasan Amanat Agung Yesus Kristus. 

Sejatinya kita yang disebut "doulos" tidak harus fokus pada keuntungan. Fokus kita adalah berita Firman Tuhan yang murni tanpa distorsi dan tanpa tujuan lain selain berita selamat ini harus murni dan sampai kepada setiap telinga yang mendengarkan. Menangkal dan membatasi semua pengajaran sesat dengan kebenaran-kebenaran yang murni dari penyampaian kita.

Kata hamba atau doulos tadi adalah penyerahan total kehidupan kepada Tuhan untuk melayani Dia. Tidak memandang dari kalangan manapun. Siapa saja boleh melayani Tuhan. 

 Apakah Anda bekerja pada bidang hukum, kesehatan, keuangan, militer, teknik desainer, tenaga pendidik sebagai kaum profesional dan lain sebagainya, Anda tidak harus memakai jubah seperti seorang gembala atau pelayan gereja. Cukup memahami panggilan Anda dan fokus pada pekerjaan yang Tuhan titipkan. Kemaslah berita Injil itu sesuai dengan profesi Anda dan sampaikanlah secara kontekstual dilingkungan dimana anda bekerja. 

Untuk Pendeta, pelayan, majelis, diaken dan fultimer gereja. Fokuslah pada panggilan yang Tuhan berikan. Tidak harus menjadi profesi yang lain. Jadilah diri kita sendiri dan sampaikanlah Berita Injil yang murni maka Tuhan akan bekerja melaluinya.

Apabila Anda sedang mengelola konten media sosial atau Anda yang berkhotbah dan melayani secara tradisional, tetap kerjakan tugas kita karena Tuhan punya banyak cara untuk mewujudkan Amanat AgungNya. 

Pesan Paulus dalam 1 Korintus 7: 17-24:

Selanjutnya hendaklah tiap-tiap orang tetap hidup seperti yang telah ditentukan Tuhan baginya dan dalam keadaan seperti waktu ia dipanggil Allah. Inilah ketetapan yang kuberikan kepada semua jemaat. 

Kalau seorang dipanggil dalam keadaan bersunat, janganlah ia berusaha meniadakan tanda-tanda sunat itu. Dan kalau seorang dipanggil dalam keadaan tidak bersunat, janganlah ia mau bersunat.  Sebab bersunat atau tidak bersunat tidak penting. 

Yang penting ialah mentaati hukum-hukum Allah. Baiklah tiap-tiap orang tinggal dalam keadaan, seperti waktu ia dipanggil  Allah. Adakah engkau hamba waktu engkau dipanggil? Itu tidak apa-apa! Tetapi jikalau engkau mendapat kesempatan untuk dibebaskan, pergunakanlah kesempatan itu.  

Sebab seorang hamba yang dipanggil oleh Tuhan dalam pelayanan-Nya, adalah orang bebas, milik Tuhan. Demikian pula orang bebas yang dipanggil Kristus, adalah hamba-Nya. Kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar. Karena itu janganlah kamu menjadi hamba manusia. Saudara-saudara, hendaklah tiap-tiap orang tinggal di hadapan Allah dalam keadaan seperti pada waktu ia dipanggil

Siapapun kita dari profesi apapun saat ini, jadikanlah mimbar gereja dan dunia media sosial menjadi tempat penyampaian Kabar Baik yang murni dan menyelamatkan.  Kita tidak tahu kapan benih Firman itu tumbuh, yang pasti Tuhan bekerja melalui apa yang kita kerjakan. 

1 Korintus 3:6-9 TB
Aku menanam, Apolos menyiram, tetapi Allah yang memberi pertumbuhan. Karena itu yang penting bukanlah yang menanam atau yang menyiram, melainkan Allah yang memberi pertumbuhan. Baik yang menanam maupun yang menyiram adalah sama; dan masing-masing akan menerima upahnya sesuai dengan pekerjaannya sendiri. Karena kami adalah kawan sekerja Allah; kamu adalah ladang Allah, bangunan Allah.
Hidup di jalan Tuhan berarti melepaskan kepentingan diri sendiri dan memiliki komitmen untuk melaksanakan SabdaNya walaupun bertentangan dengan perasaan kita. (John C. Broger)

Kehidupan Gereja tidak diukur dari jumlah orang yang datang, melainkan berapa banyak dari orang yang hadir tersebut, hidup di dalam Yesus. (Mark Wilson)

Posting Komentar untuk "Hamba Tuhan Konvensional Atau Hamba Tuhan Medsos, Pilih Mana?"