Orang Kristen Didiskriminasi Tidak Membalas?
Diskriminasi
Kekristenan tidak terlepas dari aniaya dan penyiksaan. Sejak gereja mula-mula orang Kristen atau pengikut Kristus menjadi olok-olokan, disiksa dan dibunuh. Mereka sebagai obyek pelampiasan amarah dan kekejaman para pemimpin dan pembenci saat itu.Sampai hari ini kebencian itu terus berlanjut. Orang Kristen didiskriminasi, ditindas dan dianiaya. Tindakan sewenang-wenang dari individu atau sekelompok orang yang kemudian menyakiti, menghina, mempersulit dan akhirnya menumpas. Tindakan penumpasan yang dilakukan berupa penyiksaan, penganiayaan tanpa memandang kemanusiaan lagi.
Mengapa orang Kristen bungkam, ketika atribut agamanya dilecehkan, kebebasannya dirampas, didiskriminasi dan diperlakukan tidak adil?
Jawabannya sederhana: ada pesan dan teladan dari Yesus yang diwariskan kepada para pengikutNya untuk diterapkan dan dijalani yaitu Kasih sebagai hukum yang terutama.
Kecintaan orang Kristen terhadap Yesus melahirkan sikap Kasih sebagaimana yang Yesus lakukan. Kasih sebagai hukum dan formula yang tepat untuk mengatasi kejahatan. Seburuk apapun tindakan kasar dan perlakuan orang pada akhirnya akan tetap diampuni dan dimaafkan.
Sikap marah, benci, anarkis, teror, mencelakai, menjerumuskan dan sebagainya tidak ada ruang untuk hal-hal semacam itu di dalam Kekristenan. Bahkan Yesus sendiri memaafkan dan mengampuni mereka yang menghina dan melecehkan.
Orang Kristen sejati tidak peduli dirugikan, dilecehkan atau dianiaya karena mereka sangat mengenal siapa TuhanNya. Fokus orang Kristen bukan kepada penderitaan yang dialami tetapi kepada kebenaran, damai sejahtera dan kepada Yesus sebagai sumber kekuatan dan penghiburan dimasa-masa sukar.
Pengenalan yang benar tentang Tuhan melahirkan cara berpikir yang benar dan menghasilkan tindakan yang terpuji. Kekristenan tidak melihat dan mengimani Tuhan hanya sekedar sebuah atribut, tetapi sebagai pribadi yang bisa berinteraksi, dan mengerti apa yang dialami umatNya.
Tuhan tidak perlu dibela, Tuhan tidak perlu diperjuangkan haknya. Dibela ataupun tidak Tuhan akan tetap Tuhan. Kasih dan keadilanNya akan tetap terlaksana. Hakekatnya tetap Tuhan. Itulah yang diajarkan Yesus kepada umatNya.
Ada banyak pesan, janji dan pernyataan dari Yesus yang menjadi kekuatan saat menghadapi kesukaran. diantaranya:
Sikap membedakan atau diskriminasi pun cenderung dilakukan oleh kelompok mayoritas terhadap kelompok minoritas. Kebebasan beribadah yang harusnya dijamin oleh negara tidak bisa dinikmati oleh orang Kristen. Mereka harus diusir, gedung gereja dibakar dan mereka harus menunggu bertahun-tahun untuk mendapatkan izin membangun sebuah gedung gereja dan sering dipersulit dengan aturan-aturan yang tidak masuk akal.
Tidak Membalas
Mengapa orang Kristen tidak membalas? Mengapa tidak memperjuangkan haknya sebagai warga negara? Begitu lemahkah kekristenan sehingga memilih menutup-nutupi persoalan dan menganggap tidak terjadi apa-apa?Mengapa orang Kristen bungkam, ketika atribut agamanya dilecehkan, kebebasannya dirampas, didiskriminasi dan diperlakukan tidak adil?
Jawabannya sederhana: ada pesan dan teladan dari Yesus yang diwariskan kepada para pengikutNya untuk diterapkan dan dijalani yaitu Kasih sebagai hukum yang terutama.
Kecintaan orang Kristen terhadap Yesus melahirkan sikap Kasih sebagaimana yang Yesus lakukan. Kasih sebagai hukum dan formula yang tepat untuk mengatasi kejahatan. Seburuk apapun tindakan kasar dan perlakuan orang pada akhirnya akan tetap diampuni dan dimaafkan.
Sikap marah, benci, anarkis, teror, mencelakai, menjerumuskan dan sebagainya tidak ada ruang untuk hal-hal semacam itu di dalam Kekristenan. Bahkan Yesus sendiri memaafkan dan mengampuni mereka yang menghina dan melecehkan.
Orang Kristen sejati tidak peduli dirugikan, dilecehkan atau dianiaya karena mereka sangat mengenal siapa TuhanNya. Fokus orang Kristen bukan kepada penderitaan yang dialami tetapi kepada kebenaran, damai sejahtera dan kepada Yesus sebagai sumber kekuatan dan penghiburan dimasa-masa sukar.
Pengenalan yang benar tentang Tuhan melahirkan cara berpikir yang benar dan menghasilkan tindakan yang terpuji. Kekristenan tidak melihat dan mengimani Tuhan hanya sekedar sebuah atribut, tetapi sebagai pribadi yang bisa berinteraksi, dan mengerti apa yang dialami umatNya.
Tuhan tidak perlu dibela, Tuhan tidak perlu diperjuangkan haknya. Dibela ataupun tidak Tuhan akan tetap Tuhan. Kasih dan keadilanNya akan tetap terlaksana. Hakekatnya tetap Tuhan. Itulah yang diajarkan Yesus kepada umatNya.
Ada banyak pesan, janji dan pernyataan dari Yesus yang menjadi kekuatan saat menghadapi kesukaran. diantaranya:
Lihat, Aku mengutus kamu seperti domba ke tengah-tengah serigala, sebab itu hendaklah kamu cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati.
Matius 10:16
Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu, Matius 5:44.
Kamu akan dikucilkan, bahkan akan datang saatnya bahwa setiap orang yang membunuh kamu akan menyangka bahwa ia berbuat bakti bagi Allah. Yoh 16:2Kekristenan itu bukan teori atau spekulasi, melainkan hidup; Bukan filosofi tentang kehidupan, melainkan kehidupan dan proses kehidupan. Meneladani, mengimani, mensyukuri dan tentu memiliki kepastian dalam segala hal karena ada janji penyertaan dan perlindungan dari Sang Juru Selamat yaitu Yesus.
Posting Komentar untuk "Orang Kristen Didiskriminasi Tidak Membalas?"