Apakah Saya Bisa Kehilangan Keselamatan?
![]() |
Semua makhluk menanti penghakiman terakhir |
Keberatan Tentang Pandangan “Sekali Selamat, Tetap Selamat”.
Doktrin ini dianggap bisa mengakibatkan:
Fatalisme - manusia seperti boneka karena semua sudah ditentukan bukan hanya diketahui oleh Tuhan.Kelalaian dalam perilaku - kalau saya sudah diselamatkan, apapun bisa aku lakukan dan aku tidak akan kehilangan keselamatan itu.
Mengurangi semangat penginjilan - percuma menginjili orang yang tidak dipilih Allah, sebaliknya bila seseorang sudah dipilih maka dia pasti selamat entah bagaimanapun caranya.
Kehilangan keselamatan
Kita harus ingat ada ayat-ayat Alkitab yang memberikan peringatan yang keras, antara lain:Lukas 12:10, Siapa menghujat Roh Kudus tidak akan diampuni dosanya.
Ibrani 6:4-6, Orang yang diterangi hatinya, mengecap karunia surgawi, mendapat bagian dalam Roh Kudus, tapi murtad tak mungkin dibaharui.
II Timotius 2:12, Jika kita menyangkal, Dia pun akan menyangkal kita.
Wahyu 3:5, Dihapus dari kitab kehidupan (berarti pernah ditulis). Keluaran 32:32-33.
Jadi orang bisa kehilangan keselamatannya kalau dia menghujat Roh Kudus (setelah melalui berbagai tahapan panjang seperti: mendukakan Roh, memadamkan Roh, mendustai Roh, menentang Roh, dst. hingga menghujat Roh Kudus).
Pada titik itu seseorang sampai pada “point of no return”, di mana hatinya dikeraskan sehingga tidak ada penyesalan lagi karena penghujatannya kepada Kristus. Jadi Allah tidak mengampuninya karena orang itu tidak akan pernah lagi minta pengampunan sampai selama-lamanya.
Jaminan keselamatan itu bersyarat
Gereja percaya akan keselamatan kekal yang terjamin pasti dalam Kristus, tetapi jaminan keselamatan itu kondisional (bersyarat). Syarat dari jaminan keselamatan itu ialah: tinggal di dalam Kristus (Yoh. 15:5-6, Rm. 11:19-24).Kerjakan keselamatan itu, karena Allah yang mengerjakan di dalam kita (Fil. 2:12-13). Wahyu 17:4 mencatat, “Mereka bersama-sama dengan Dia juga akan menang, yaitu mereka yang terpanggil, yang telah dipilih dan yang setia”.
Perlu dipahami bahwa tujuan akhir keselamatan bukan hanya masuk sorga tapi seperti yang dikatakan Yesus, “Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus" (Yoh. 17:3).
Perlu dipahami bahwa tujuan akhir keselamatan bukan hanya masuk sorga tapi seperti yang dikatakan Yesus, “Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus" (Yoh. 17:3).
Fokus kita adalah makin mengenal dan mencintai Kristus, sang mempelai pria, bahkan lebih dari merindukan tempat tinggal-Nya yaitu Sorga! Pengenalan yang makin dalam itu harus dimulai kini, bukan nanti setelah di sorga. Pengenalan itu akan mengubah hidup kita menjadi serupa dengan Kristus (Roma 8:29).
Bagi kita, proses pengudusan yang membuat kita sempurna dan tak bercacat roh, jiwa dan tubuh itu (1 Tes. 5:23) terjadi dalam tiga dimensi waktu yaitu:
Waktu lampau: kita sudah diselamatkan dari hukuman dosa. Ini disebut pembenaran (justification). (Tit. 3:5, Rm. 8:24, Ef. 2:5).
Waktu kini: kita sedang diselamatkan dari kuasa dosa. Ini disebut penyucian (sanctification). (I Tim. 4:16, Fil. 1:19).
Waktu yang akan datang: kita akan diselamatkan dari adanya dosa. Ini disebut pemuliaan (glorification). (Ibr. 9:27-28, I Pet. 1:5).
Bagi kita, proses pengudusan yang membuat kita sempurna dan tak bercacat roh, jiwa dan tubuh itu (1 Tes. 5:23) terjadi dalam tiga dimensi waktu yaitu:
Waktu lampau: kita sudah diselamatkan dari hukuman dosa. Ini disebut pembenaran (justification). (Tit. 3:5, Rm. 8:24, Ef. 2:5).
Waktu kini: kita sedang diselamatkan dari kuasa dosa. Ini disebut penyucian (sanctification). (I Tim. 4:16, Fil. 1:19).
Waktu yang akan datang: kita akan diselamatkan dari adanya dosa. Ini disebut pemuliaan (glorification). (Ibr. 9:27-28, I Pet. 1:5).
Pahala di Sorga
Dalam kaitan tentang keselamatan ini kita harus mengerti tentang adanya perbedaan pahala di Sorga dan perbedaan hukuman di neraka (Luk. 12:47-48, Mat. 11:22-24). Semua orang percaya akan dihadapkan pada tahta pengadilan Kristus/bema (II Kor. 5:10).Pengadilan ini bukan untuk menentukan keselamatan (Bnd. Roma 8:1) tapi untuk menentukan pahala yang mereka terima atas perbuatan iman mereka.
Orang Kristen yang percaya Kristus tapi dalam pelayanan, dia memiliki motivasi yang rendah/keliru, maka dia tetap selamat namun “pekerjaannya terbakar”.
Dia tetap selamat tapi kehilangan upah/pahala (1 Kor 3:10-15). Sedangkan yang motivasinya murni dan teruji dia akan menerima pahala dari Allah.
Jadi ada perbedaan pahala bagi orang percaya Yesus sejak masa kecilnya dan tulus hati (seperti Timotius) atau yang giat melayani karena kasih karunia Allah (seperti Paulus) dengan orang yang baru bertobat beberapa jam sebelum meninggal (seperti penjahat di sebelah salib Yesus), walaupun mereka semuanya sama-sama diselamatkan.
Jadi ada perbedaan pahala bagi orang percaya Yesus sejak masa kecilnya dan tulus hati (seperti Timotius) atau yang giat melayani karena kasih karunia Allah (seperti Paulus) dengan orang yang baru bertobat beberapa jam sebelum meninggal (seperti penjahat di sebelah salib Yesus), walaupun mereka semuanya sama-sama diselamatkan.
Alkitab menunjukkan ada perbedaan kemuliaan (1 Kor. 15:40-44), perbedaan wewenang kekuasaan kelak (Luk. 19:17,19-5 kota, 10 kota), sebagaimana halnya ada perbedaan hukuman di neraka (Luk. 12:47-48, Mat. 11:22-24).
Mahkota kehidupan, bagi orang yang setia sampai mati mengikut Yesus (Wahyu 2:10).
Mahkota kebenaran, bagi orang yang merindukan kedatangan Kristus (II Tim. 4:8).
Mahkota abadi, bagi orang yang dapat menguasai dirinya dalam segala hal (II Kor. 9:25).
Mahkota kemegahan, bagi orang yang memenangkan jiwa baru (I Tes. 2;19).
Mahkota kemuliaan, bagi orang yang setia memelihara domba-domba Allah (1 Pet. 5:4).
Namun semua mahkota itu bukan untuk kemegahan kita, sebab itu akan merupakan persembahan yang akan kita berikan kepada Yesus Kristus yang layak menerima segala pujian, hormat dan kuasa sampai selama-lamanya (Why. 4:10-11).
Pahala bagi orang yang benar juga adalah memerintah bersama Kristus di bumi baru (Why. 21:1-3, 22:5).
Pahala: Mahkota dan memerintah bersama Kristus di bumi baru
Alkitab menyebut pahala itu dengan beberapa istilah:Mahkota kehidupan, bagi orang yang setia sampai mati mengikut Yesus (Wahyu 2:10).
Mahkota kebenaran, bagi orang yang merindukan kedatangan Kristus (II Tim. 4:8).
Mahkota abadi, bagi orang yang dapat menguasai dirinya dalam segala hal (II Kor. 9:25).
Mahkota kemegahan, bagi orang yang memenangkan jiwa baru (I Tes. 2;19).
Mahkota kemuliaan, bagi orang yang setia memelihara domba-domba Allah (1 Pet. 5:4).
Namun semua mahkota itu bukan untuk kemegahan kita, sebab itu akan merupakan persembahan yang akan kita berikan kepada Yesus Kristus yang layak menerima segala pujian, hormat dan kuasa sampai selama-lamanya (Why. 4:10-11).
Pahala bagi orang yang benar juga adalah memerintah bersama Kristus di bumi baru (Why. 21:1-3, 22:5).
Keselamatan orang pada masa Perjanjian Lama
Bagaimana dengan keselamatan orang pada masa Perjanjian Lama sebelum Yesus dilahirkan? Intinya tetap sama seperti Perjanjian Baru.Mereka tidak diselamatkan karena amal perbuatan tapi karena iman, seperti halnya Abraham (Kej. 15:6). Mereka dibenarkan bila mereka beriman kepada Allah yang berjanji bahwa akan datang sang Juruselamat (Kej. 3:15 – proto evangelium). Kita percaya kepada Mesias yang sudah datang yaitu Yesus Kristus.
Keselamatan orang yang belum pernah mendengar Injil Kristus
Bagaimana halnya dengan keselamatan orang-orang (misalnya suku terasing) yang belum pernah mendengar Injil Kristus? Apakah mereka bisa selamat karena ketidaktahuan akan kebenaran? Atau karena hukum hati nurani (Rm. 2:14-16), atau karena melakukan hukum Taurat?Perbuatan baik yang dimotivasi oleh hukum hati nurani atau hukum Taurat mungkin sedikit “memperingan” hukuman di api neraka, namun Alkitab dengan tegas menyatakan bahwa tidak ada keselamatan melalui hukum Taurat ataupun cara lain, kecuali melalui iman kepada Yesus Kristus (Gal. 2:16, Yoh. 14:6).
Perlu dipahami bahwa Allah itu adil, orang dihukum karena menolak keselamatan, bukan karena ketidaktahuan (walaupun orang tidak selamat karena ketidaktahuan akan kebenaran). Karena itu pada setiap zaman ada peringatan-Nya, seperti pada zaman Nuh walau hanya ada 8 orang yang meresponi, atau zaman Yeremia yang berkhotbah 40 tahun dan tidak ada yang meresponi.
Yang jelas peringatan Allah telah disampaikan. Sejak Perjanjian Lama, Tuhan berjanji bahwa orang yang mencari Dia dengan segenap hati akan menemukan-Nya (Ul. 4:29), seperti yang terjadi dengan Kornelius (Kis. 10:4-5, 34-36). Sayangnya, orang tidak mencari Allah (Rm. 3:11), sebaliknya manusia menyembah berhala sehingga mendatangkan hukuman Allah (Rm. 1:18-23).
Yesus sendiri tidak pernah mengutus murid-murid-Nya untuk memberitakan Injil kepada dunia orang mati untuk menyelamatkan mereka yang belum pernah mendengar berita tentang Injil Keselamatan. Allah melarang kita untuk berhubungan dengan arwah atau roh orang mati (Im. 19:31).
Keselamatan setelah kematian
Apakah ada keselamatan setelah kematian? Bukankah Yesus memberitakan Injil kepada roh-roh orang yang telah meninggal pada zaman Nuh (1 Pet. 3:19-20)? Sebetulnya Yesus bukan untuk memberitakan Injil Keselamatan tetapi memproklamirkan (Yun: kerusso) kebenaran Allah untuk mencelikkan mata mereka, mengapa mereka dihukum? Mereka dihukum karena tidak taat dan telah menolak kabar baik yang disampaikan oleh Nuh, sebagai pemberita kebenaran saat itu (2 Pet. 2:5).Yesus sendiri tidak pernah mengutus murid-murid-Nya untuk memberitakan Injil kepada dunia orang mati untuk menyelamatkan mereka yang belum pernah mendengar berita tentang Injil Keselamatan. Allah melarang kita untuk berhubungan dengan arwah atau roh orang mati (Im. 19:31).
Tujuan larangannya adalah untuk melindungi kita dari tipu daya roh jahat yang dapat menyamar sebagai malaikat terang. Gereja percaya tidak ada kesempatan keselamatan setelah kematian, karena orang mati akan dihakimi bukan diinjili (Ibr. 9:27).
Dengan demikian Gereja menolak tegas ajaran tentang penginjilan kepada arwah. Selain tidak Alkitabiah, ini akan menyebabkan kesesatan lain, misalnya: berdoa di kuburan dan meminta keselamatan bagi anggota keluarga yang belum percaya.
Pdt Henky So, MTh,
Posting Komentar untuk "Apakah Saya Bisa Kehilangan Keselamatan?"