Manusia Hanya Setitik Debu, Titik Biru Pucat, Pale Blue Dot
![]() |
Pale Blue Dot, Titik Biru Pucat |
Titik Biru Pucat, Pale Blue Dot
Pada bulan September 1977, NASA meluncurkan Voyager 1, sebuah pesawat ruang angkasa robotik seberat 722-kilogram (1592 pon) pada sebuah misi untuk mempelajari Tata Surya luar dan akhirnya menuju ke ruang antarbintang.
Titik Biru Pucat (bahasa Inggris: Pale Blue Dot) adalah foto planet Bumi yang diambil pada tanggal 14 Februari 1990 oleh wahana antariksa Voyager I 6 miliar kilometer) (3.7 miliar mil, 40 AU) dari Bumi dan sebagai bagian dari rangkaian foto Potret Keluarga anggota Tata Surya.
Dalam foto ini, Bumi berukuran hampir separuh piksel (0,12 piksel); Bumi terlihat sebagai titik kecil di luasnya ruang angkasa, di antara pita cahaya sinar matahari yang dibiaskan oleh optika kamera.
Wahana Voyager I, yang baru saja menyelesaikan misi utamanya dan hendak meninggalkan Tata Surya, diperintahkan oleh NASA untuk memutar kameranya dan mengambil foto Bumi di tengah jagat raya atas permintaan astronom dan pengarang Carl Sagan.
Titik Biru Pucat (bahasa Inggris: Pale Blue Dot) adalah foto planet Bumi yang diambil pada tanggal 14 Februari 1990 oleh wahana antariksa Voyager I 6 miliar kilometer) (3.7 miliar mil, 40 AU) dari Bumi dan sebagai bagian dari rangkaian foto Potret Keluarga anggota Tata Surya.
Dalam foto ini, Bumi berukuran hampir separuh piksel (0,12 piksel); Bumi terlihat sebagai titik kecil di luasnya ruang angkasa, di antara pita cahaya sinar matahari yang dibiaskan oleh optika kamera.
Wahana Voyager I, yang baru saja menyelesaikan misi utamanya dan hendak meninggalkan Tata Surya, diperintahkan oleh NASA untuk memutar kameranya dan mengambil foto Bumi di tengah jagat raya atas permintaan astronom dan pengarang Carl Sagan.
Renungan Carl Sagan Tentang Pale Blue Dot
Dari jarak sejauh ini, Bumi tidak lagi terlihat penting. Namun bagi kita, lain lagi ceritanya. Tataplah lagi titik itu. Titik itulah yang dinamai 'di sini.' Itulah rumah. Itulah kita.Di satu titik itu semua orang yang kamu cintai, semua orang yang kamu kenal, semua orang yang pernah kamu dengar namanya, semua manusia yang pernah ada, menghabiskan hidup mereka.
Segenap kebahagiaan dan penderitaan kita, ribuan agama, pemikiran, dan doktrin ekonomi yang merasa benar, setiap pemburu dan perambah, setiap pahlawan dan pengecut, setiap pembangun dan pemusnah peradaban, setiap raja dan petani, setiap pasangan muda yang jatuh cinta,
setiap ibu dan ayah, anak yang bercita-cita tinggi, penemu dan penjelajah, setiap pengajar kebaikan, setiap politisi busuk, setiap "bintang pujaan", setiap "pemimpin besar", setiap orang suci dan pendosa sepanjang sejarah spesies manusia hidup di sana, di atas setitik debu yang melayang dalam seberkas sinar.
Bumi adalah panggung yang amat kecil di tengah luasnya arena kosmik. Renungkanlah sungai darah yang ditumpahkan para jenderal dan maharaja sehingga dalam keagungan dan kejayaan itu mereka dapat menjadi penguasa sementara di sebagian kecil dari titik itu.
Bumi adalah panggung yang amat kecil di tengah luasnya arena kosmik. Renungkanlah sungai darah yang ditumpahkan para jenderal dan maharaja sehingga dalam keagungan dan kejayaan itu mereka dapat menjadi penguasa sementara di sebagian kecil dari titik itu.
Renungkanlah kekejaman tanpa akhir yang dilakukan orang-orang di satu sudut titik ini terhadap orang-orang tak dikenal di sudut titik yang lain, betapa sering mereka salah paham, betapa siap mereka untuk membunuh satu sama lain, betapa bergejolak kebencian mereka.
Sikap kita, keistimewaan kita yang semu, khayalan bahwa kita memiliki tempat penting di alam semesta ini, tidak berarti apapun di hadapan setitik cahaya redup ini. Planet kita hanyalah sebutir debu yang kesepian di alam yang besar dan gelap.
Dalam kebingungan kita, di tengah luasnya jagat raya ini, tiada tanda bahwa pertolongan akan datang dari tempat lain untuk menyelamatkan kita dari diri kita sendiri.
Bumi adalah satu-satunya dunia, sejauh ini, yang diketahui memiliki kehidupan. Tidak ada tempat lain, setidaknya sampai beberapa waktu ke depan, yang bisa dijadikan tempat tinggal.
Bumi adalah satu-satunya dunia, sejauh ini, yang diketahui memiliki kehidupan. Tidak ada tempat lain, setidaknya sampai beberapa waktu ke depan, yang bisa dijadikan tempat tinggal.
Ada yang bisa kita kunjungi, tetapi belum ada yang bisa kita tinggali. Suka atau tidak, untuk saat ini, Bumi adalah satu-satunya tempat kita hidup. Sering dikatakan bahwa astronomi adalah sebuah pengalaman yang menumbuhkan kerendahan hati dan membangun kepribadian.
Mungkin tak ada yang dapat menunjukkan laknatnya kesombongan manusia secara lebih baik selain citra dunia kita yang mungil ini. Bagiku, gambar ini mempertegas tanggung jawab kita untuk bertindak lebih baik terhadap satu sama lain, dan menjaga serta merawat sang titik biru pucat, satu-satunya rumah yang kita kenal selama ini. (Carl Sagan, pidato di Universitas Cornell, 13 Oktober 1994)
Manusia Hanya Debu
Sebab engkau debu dan engkau akan kembali menjadi debu (Kejadian 3;19b).
Alkitab secara jelas menyebutkan bahwa manusia diciptakan dari debu tanah dan debu adalah lambang kehinaan manusia dan kefanaan manusia.
Apakah arti hidup kita? kita seperti setitik debu yang sedang melayang di jagat raya yang sangat luas. Apa yang dapat kita sombongkan dan banggakan?
Yakobus menulis kalimat ini: "Jadi sekarang, hai kamu yang berkata: “Hari ini atau besok kami berangkat ke kota anu, dan di sana kami akan tinggal setahun dan berdagang serta mendapat untung”, sedang kamu tidak tahu apa yang akan terjadi besok. Apakah arti hidupmu? Hidupmu itu sama seperti uap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap.” (Yakobus 4:13-14).
Segala mimpi yang sudah kita raih, keberhasilan yang sudah kita peroleh dan kesenangan yang sedang kita jalani sekarang semuanya hanya pemberian Tuhan. Tidak ada yang bisa kita banggakan. Pada suatu saat nanti semuanya akan sirna.
Mazmur berkata: Engkau menghanyutkan manusia; mereka seperti mimpi, seperti rumput yang bertumbuh, di waktu pagi berkembang dan bertumbuh, di waktu petang lisut dan layu." (Mazmur 90:5-6)
Hidup ini sementara saja. Kejarlah sesuatu yang kekal dan abadi. Di dalamnya kita akan tenang dan aman. Ada jaminan dan kepastian disana dan akan aman suatu saat bila kita akan meninggalkan dunia nanti.
Langit dan bumi akan berlalu, tetapi perkataan-Ku tidak akan berlalu. (Matius 24:35)
Di dalam perkataanNya atau FirmanNya ada jaminan keselamatan. Ada pengharapan yang menguatkan. Meskipun kita sedang melintasi jagad raya yang luas ini namun janji Tuhan bahwa segala sesuatu akan lenyap namun PerkataanNya akan tetap abadi.
Tetaplah percaya dan tetaplah pegang teguh janji FirmanNya. Itulah jaminan sampai pada kekekalan.
Posting Komentar untuk "Manusia Hanya Setitik Debu, Titik Biru Pucat, Pale Blue Dot"