Sejarah Pentakosta Di Indonesia Dan 8 Ciri Ajarannya

Gerakan Pentakosta dan ajarannya
Pujian Dan Penyembahan Dalam Sebuah Ibadah

Sejarah Pentakosta Di Indonesia

Semangat Pentakosta yang meluap-luap pada jemaat mendorong para penginjil
melaksanakan Amanat Agung Tuhan Yesus (Matius 28:18-20), sehingga datanglah dari
berbagai Negara untuk menginjil ke Indonesia.

Th. van den End berpendapat bahwa kedatangan gerakan Pentakosta ke Indonesia tidak terencana. Pada tahun 1919-1921, seorang pengusaha Inggris penganut pentakosta, menetap di Temanggung Jawa Tengah bernama J. Bernhard.

Di sini ditemukan sejumlah orang Kristen yang bergabung dalam kelompok doa, dan di antara anggota kelompok ini adalah M.A. van Alt dan F. van Abkoude yang dimenangkan bagi ajaran Pentakosta.

Temanggung

Oleh karena itu sering disebut bahwa Temanggung merupakan salah satu pusat Gereja Pentakosta di Indonesia dan salah satu gereja pentakosta yang disebut dengan nama Pinkster Zending yang berdiri tahun 1931 yang kemudian berubah menjadi Gereja Utusan Pantekosta.

Bandung 

Pusat Pentakosta yang tidak boleh dilupakan adalah Bandung dengan tokoh Johannes
Gerhard Thiessen. Pada awalnya, Thiessen sudah bekerja sebagai utusan Injil di daerah Tapanuli selama 13 tahun, lalu kembali ke negeri Belanda. Tahun 1922, J.G. Thiessen dan
keluarganya kembali Indonesia, namun kali ini Thiessen menetap di Bandung.

Di Bandung Thiessen (yang kemudian lebih dikenal dengan panggilan Papa Thiessen) mendirikan Pinksterbeweging tanggal 29 Maret 1923, yang kemudian dikenal dengan nama Gereja Gerakan Pentakosta.

Jawa Timur

Pusat Pentakosta yang lain dan lebih dikenal adalah Jawa Timur. Di kalangan Pantekosta
sendiri banyak yang meyakini bahwa Pentakosta datang ke Indonesia adalah tahun 1921.
Tahun ini merupakan tahun kedatangan misionaris pentakosta dari Amerika Serikat.

Pada tanggal 4 Januari 1921 dari Pelabuhan Seattle Washington Amerika Serikat, berangkat dua keluarga misionaris menuju Indonesia yang diutus oleh Bethel Temple dengan menumpang kapal Sawu Maru. Misionaris itu adalah Cornelis Groesbeek dan keluarganya, serta Dirk Richard van Claveren dan keluarganya. Kedua keluarga misionaris ini tiba di Batavia pada bulan Maret 1921.

Keluarga misionaris Pentakosta ini tidak begitu lama di Batavia, tetapi dengan kereta api mereka berangkat ke Surabaya dan terus ke Bali. Pelayanan misionaris tersebut di Bali mengalami kesulitan, baik dari pemerintah Hindia Belanda maupun masyarakat setempat.

Akhirnya setelah melalui perjuangan yang panjang dan kerja keras yang melelahkan di Bali,
kedua keluarga misionaris tersebut keluar dari Bali atas perintah dari pemerintah Hindia Belanda, dan akhirnya pada tahun 1922 Cornelis Groesbeek dan keluarga serta D.R. van
Claveren dan keluar pindah ke Surabaya.

Surabaya

Di Surabaya para misionaris Pentakosta tersebut bergabung dengan Bond van Evangelisme, dan diberi kesempatan mengajarkan doktrin Pentakosta yakni bahwa Tuhan Yesus adalah Tuhan dan Juruselamat. Yesus adalah tabib yang heran, Tuhan Yesus adalah pembaptis Roh Kudus, dan Yesus adalah raja yang akan datang.

Pelayanan di Surabaya, mengalami suatu kemajuan. Atas petunjuk Tuhan Groesbeek menemui seseorang dan melayaninya. Selanjutnya orang yang dilayani di Surabaya tersebut memperkenalkan seseorang lagi di Cepu, dan di Cepu Groesbeek mengadakan kebaktian pentakosta pertama dan banyak orang yang mengalami baptisan Roh Kudus.

Hasil pelayanan di Cepu adalah F.G. van Gessel dan H.N Runkat serta yang lainnya. Sementara Groesbeek di Cepu, D.R. van Claveren telah pindah ke Lawang daerah antara Surabaya dan Malang. Akhir tahun 1923 Groesbeek kembali lagi ke Surabaya dan pelayanan di Cepu diserahkan kepada F.G. van Gessel.

Setelah melalui jalan yang panjang, pada tanggal 4 Juni 1924 Pemerintah Hindia Belanda mengakui keberadaan Pentakosta di Indonesia sebagai lembaga “Vereeniging” (persekutuan) dengan sebutan “De Pinkstergemeente In Nederlands Indie”.

Dengan pengakuan pemerintah ini, gerakan Pentakosta telah melembaga sebagai vereeniging atau perkumpulan. Perkembangan selanjutnya dalam pengakuan Pemerintah Hindia Belanda, memperlihatkan keberadaan Pentakosta semakin diterima oleh pemerintah maupun masyarakat.

Hal ini dapat dikatakan demikian sebab pada tanggal 15 Juni 1937 Pemerintah Hindia Belanda mengakui Pentakosta sebagai Kerkgenootschappen (Persekutuan gereja atau lembaga yang bersifat gereja). 

Hal ini didasarkan pada staatsblad tahun 1927 Nomor 156 dan 532, dan dengan adanya pengakuan ini, maka terjadi perubahan legalitas Pentakosta dari Pinkster Gemeente menjadi PinksterKerk In Nederlands Indie.

Tetapi setelah Jepang masuk serta menguasai Indonesia tahun 1942, nama Pinkster Kerk diubah menjadi Gereja Pantekosta di Indonesia, sebab Jepang tidak menginginkan hal yang berbau Belanda.

8 Ciri Ajaran Pentakosta

Bila memperhatikan khotbah-khotbah orang Pentakosta, maka terlihat penekanan
pengajarannya dan hal ini memperlihatkan ciri-ciri Pentakosta. Secara singkat ciri-ciri Pentakosta tersebut dapat disebutkan:

Alkitab

Alkitab dipandang sebagai tidak mengandung kesalahan (innerensi), Alkitab adalah diilhamkan Allah. Alkitab yang merupakan Firman Allah jauh lebih unggul dari pada hati nurani, sehingga Alkitab menjadi tata tertib iman dalam kehidupan.

Baptisan

Sakramen Baptisan hanya dilakukan bagi orang yang sudah bertobat, baptisan ini juga merupakan lambang dari manusia lama yang sudah mati dan bangkit kembali manusia baru dalam kebangkitan Kristus, dan pelaksanaannya diselamkan. Oleh karena itu baptisan tidak dilakukan untuk anak-anak, tetapi untuk orang yang sudah akil balik.

Baptisan Roh Kudus 

Baptisan Roh Kudus terjadi kepada orang-orang yang sudah disucikan hatinya, dan tandanya adalah bahasa lidah atau bahasa sesuai dengan yang diajarkan oleh Roh Kudus itu.

Kesembuhan ilahi

Penyembuhan ilahi ini merupakan karunia Roh yang diberikan kepada semua orang percaya.

Kedatangan Tuhan Yesus Yang Kedua Kali

Kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kali, dan akan memerintah pada pemerintahan seribu tahun, dalam hal ini juga yang disebut akhir zaman. Dan hal ini merupakan salah satu doktrin.

Perjamuan Kudus

Perjamuan Kudus, dimana roti dan anggur merupakan lambang penderitaan Yesus Kristus, sehingga dapat dinikmati oleh semua orang.

Allah yang Esa

Diyakini Allah yang Esa, yang menyatakan diri dalam Allah Bapa, Allah Anak dan Allah Roh Kudus. Dan dalam hal inilah orang yang percaya dibaptiskan.

Keselamatan

Keselamatan adalah oleh anugerah Allah, yang ditawarkan kepada manusia melalui pemberitaan dan ajakan untuk bertobat.Namun ada kalanya pergumulan lain yang perlu diperhatikan, sebab kalangan Pentakosta disinyalir memberitakan Injil hanya pada daerah perkotaan dan tidak keberatan menetap di daerah yang sudah “digarap” oleh lembaga Penginjilan lain, akibatnya dianggap kurang memperhatikan dan menghormati asas “community”, dan hal wajar bila dilihat dari sudut pandang “membawa ajaran yang memperlengkapi” ajaran Kristen.

Posting Komentar untuk "Sejarah Pentakosta Di Indonesia Dan 8 Ciri Ajarannya"