Gereja Dan Media Digital
![]() |
| Media digital |
Media Digital
Secara definisi, media digital adalah format konten yang dapat diakses oleh perangkat-perangkat digital. Media digital ini bisa berupa website, media sosial, gambar dan video digital, audio digital dan lain-lain.Tren dan perilaku pengguna bisa digunakan untuk memperkirakan masa depan media digital dan industri advertising. Pada umumnya orang-orang yang lebih tua lebih banyak menggunakan media tradisional, sementara generasi milenial yang usianya di bawah 40 lebih memilih memakai media digital.
Sepuluh tahun mendatang, ketika para generasi milenial menjadi konsumen media mayoritas, maka seluruh channel tradisional pada akhirnya akan menjadi saluran digital.
Pelayanan Digital
Teknologi adalah hasil dari produk dan layanan inovatif, dan inovasi hanyalah kreativitas yang disalurkan. Maka dari itu, teknologi adalah hasil dari kreativitas, dan sebagai Kristus-Kristus kecil, sebagai gambar miniatur Allah Pencipta, pelayanan digital adalah hak asasi dan panggilan kreatif kita.Jadi, sesungguhnya, pelayanan digital adalah sesuatu yang seharusnya dikerjakan oleh semua orang di gereja. Bukan berarti bahwa setiap orang perlu membuat akun Instagram, facebook dan youtube tentunya, tetapi yang dimaksudkan adalah memahami komunikasi zaman sekarang dan membuat hal-hal baru dan berbagai peningkatan berulang dan mencari cara-cara untuk kita bisa menginkarnasikan Injil Yesus ke dalam dunia tempat kita tinggal.
Teknologi itu tidak tetap; itu adalah sekumpulan penanda yang ditempatkan oleh kemajuan budaya berinovasi yang tak terelakkan.
Pelayanan Di Era Digital
Pandemi Corona memaksa kita masuk kedalam pola kehidupan digital. suka atau tidak semua harus menerimanya karena kita tidak bisa menjalani kehidupan secara normal saat ini dan harus menerapkan kehidupan yang baru yaitu new normal.Gereja harus siap menghadapi gelombang perubahan ini dan harus kreatif dalam menjangkau jemaat. Ada generasi-generasi yang harus menjadi fokus perhatian gereja, seperti generasi milenial dan generasi Z
Generasi Z adalah generasi penerus setelah generasi milenial. Menurut Pew Research, definisi dari generasi Z adalah orang yang lahir setelah 1997 yang tumbuh dengan teknologi, internet, dan media sosial. Lahir dan berkembang di era teknologi digital menjadikan generasi Z sebagai pecandu teknologi dan cenderung anti-sosial.
Generasi Z didefinisikan pula sebagai generasi influencer yang merupakan penduduk asli dari era digital sejati saat ini. Sebab dari lahir hingga dewasa, generasi ini telah terpapar internet, jaringan sosial, dan sistem seluler.
Perkembangan teknologi ini menghasilkan generasi hiper kognitif yang lebih nyaman mengumpulkan referensi silang dari banyak sumber informasi dan mengintegrasikan pengalaman virtual dengan kehidupan nyata.
Karakteristik generasi ini adalah berambisi besar, simple, praktis, instant, bebas, percaya diri tinggi, detail, realistis, toleran terhadap perbedaan dan melek teknologi informasi.
Di lain sisi ada kesenjangan yang tidak bisa Gereja abaikan. Ada kelompok Generasi Tua yang juga harus diberikan porsi pelayanan yang sama sesuai kebutuhan mereka. Generasi Tua ini masih mengandalkan media tradisional sebagai kebutuhan informasi mereka.
Kendala yang mereka hadapi adalah kesulitan dalam beradaptasi dengan generasi Milenial dan generasi Z. Mereka masih bergantung dengan penyajian informasi secara manual melalui media buku, koran, majalah dan televisi yang sudah sangat ketinggalan zaman. Bagaimanapun juga mereka sangat berharga.
Pada prinsipnya Gereja harus melayani mereka apapun alasannya. Gereja harus mencari cara, berinovasi dan kreatif dalam mengatasi kesenjangan ini, karena mereka juga harus "finishing well'.
Tantangan Gereja Di Era Digital
Gereja menghadapi tren saat ini yaitu penginjilan melalui media sosial. Hampir semua orang memiliki Instagram, facebook, whatsap, dan youtube.Media-media ini memudahkan penggunanya untuk mengirim dan mengakses berita dengan cepat dan praktis.
Selama wabah pandemi entah sampai kapan berakhir, kesempatan ini dimanfaatkan sebagai peluang untuk penginjilan. Hampir setiap detik dengan sangat mudah kita bisa mengakses berita Injil, khotbah, kesaksian, pujian dan penyembahan.
Gereja harus menangkap peluang ini dan serius mengerjakannya. seperti halnya virus corona yang tersebar begitu cepat dan mendunia, demikian pula seharusnya Injil juga ditularkan, kabar sukacita ini harus lebih cepat tersebar dibanding kabar buruk. Berita keselamatan harus diberitakan sampai keujung-ujung bumi.
Gereja hadir sebagai jawaban atas keresahan jiwa kita. Gereja juga harus menjaga kemurnian pesan Injil ditengah pengaruh media yang tanpa batas.
Sikap Gereja sebagai pengguna media digital harus menjadikan media digital sebagai sarana komunikasi untuk mempermudah pelayanan dan bukan sebagai media pengganti.
Ada hal-hal prinsip yang tidak bisa diambil alih oleh teknologi. Relasi dan terang Kristus harus dihidupi dan dibawa oleh gereja ke tengah-tengah masyarakat.
Tantangan terberat adalah gereja harus menanamkan filter yang kuat yaitu Firman Tuhan bagi jemaat untuk membendung dan menyaring berita negatif dan sesat yang berkeliaran tanpa batas.
Ungkapan iman yang harus dipertahankan dan dijunjung tinggi oleh gereja saat ini adalah: Soli Deo Gloria: Hanya Tuhan yang dimuliakan-Pujian hanya bagi Tuhan.
Sebab harus diakui bahwa Era digital menjanjikan keuntungan besar bagi para pengguna. tidak hanya menyajikan informasi, tetapi juga sebagai sumber penghasilan.
Banyak orang beralih pekerjaan dan mencari kehidupan disana. Orang bisa menjadi "pendeta dadakan", dengan menyajikan konten hotbah, melalui kanal youtube, membagikan profil pelayanan, mempertontonkan aksi sosial dan solidaritas kemanusiaan.
Tantangan terberat adalah gereja harus menanamkan filter yang kuat yaitu Firman Tuhan bagi jemaat untuk membendung dan menyaring berita negatif dan sesat yang berkeliaran tanpa batas.
Ungkapan iman yang harus dipertahankan dan dijunjung tinggi oleh gereja saat ini adalah: Soli Deo Gloria: Hanya Tuhan yang dimuliakan-Pujian hanya bagi Tuhan.
Sebab harus diakui bahwa Era digital menjanjikan keuntungan besar bagi para pengguna. tidak hanya menyajikan informasi, tetapi juga sebagai sumber penghasilan.
Banyak orang beralih pekerjaan dan mencari kehidupan disana. Orang bisa menjadi "pendeta dadakan", dengan menyajikan konten hotbah, melalui kanal youtube, membagikan profil pelayanan, mempertontonkan aksi sosial dan solidaritas kemanusiaan.
Banyak penggemar dan banyak yang suka. Ada "pendeta youtube", "pendeta facebook", "pendeta instagram" dan "pendeta twitter". yang dicari dan dikejar: viewer, subscriber, like dan coment.
Tetapi kita tidak tahu apakah sungguh menghidupi pesan yang disampaikan ataukah hanya sebagai seorang oratur ulung. Dosa dianggap sebagai kekeliruan biasa. Kemurnian dan kebenaran berita Injil hanya sebatas pengantar sebuah artikel, konten atau berita biasa.
Soli Deo Gloria berubah menjadi Soli Ego Gloria. semua kemuliaan dan pujian bukan untuk Tuhan melainkan untuk Ego-diri sendiri. Mereka bukan membangun kerajaan Tuhan dibumi, sebaliknya kepentingan, keuntungan, kehormatan dan ketenaran yang dikejar.
Sebagai orang-orang yang dipanggil keluar dari kegelapan (Eklesia)/ Gereja, ada beban dan tanggung jawab yang harus kita kerjakan, membawa terang kristus untuk menerangi kegelapan.
Tetapi kita tidak tahu apakah sungguh menghidupi pesan yang disampaikan ataukah hanya sebagai seorang oratur ulung. Dosa dianggap sebagai kekeliruan biasa. Kemurnian dan kebenaran berita Injil hanya sebatas pengantar sebuah artikel, konten atau berita biasa.
Soli Deo Gloria berubah menjadi Soli Ego Gloria. semua kemuliaan dan pujian bukan untuk Tuhan melainkan untuk Ego-diri sendiri. Mereka bukan membangun kerajaan Tuhan dibumi, sebaliknya kepentingan, keuntungan, kehormatan dan ketenaran yang dikejar.
Sebagai orang-orang yang dipanggil keluar dari kegelapan (Eklesia)/ Gereja, ada beban dan tanggung jawab yang harus kita kerjakan, membawa terang kristus untuk menerangi kegelapan.
Gereja harus bersikap tegas dan menjaga kemurnian berita Injil sehingga pesan kebenaran dan keselamatan bisa sampai kepada mereka yang belum mendengar.
Gereja tidak mencari popularitas, apalagi keuntungan. Gereja hadir sebagai jawaban ditengah kemelut dan penderitaan hidup manusia dan menuntun mereka berjumpa dengan sang Pemilik Gereja yang sejati, Yesus Kristus.
Gereja tidak mencari popularitas, apalagi keuntungan. Gereja hadir sebagai jawaban ditengah kemelut dan penderitaan hidup manusia dan menuntun mereka berjumpa dengan sang Pemilik Gereja yang sejati, Yesus Kristus.
Gereja harus siap dimasa sukar dan dimasa senang. dengan tetap menjaga kemurnian sebagai Mempelai Kristus.

Posting Komentar untuk "Gereja Dan Media Digital"