Jenis-Jenis Ajaran Tentang Tritunggal Yang Keliru

Allah adalah sosok yang (satu-satunya) tidak berubah. Dengan demikian. Tritunggal adalah
hakekat Allah yang bersifat permanen dari kekal hingga kekal. Sebab, jika trinitarianisme Allah berawal, pada suatu titik waktu tertentu, maka Allah dengan demikian berubah. Jika Allah berubah, maka Ia bukan Allah dan dalil tersebut menjadi gagal. Selain itu, Allah yang monoteistik sekaligus trinitarian mensyaratkan keadaan yang tidak berjenjang. Sebab jika Allah berjenjang, maka ia bersifat politeistik. Ini jelas jadi keliru.

Allah Tritunggal adalah doktrin hakiki bagi gereja. Ini membedakan ortodoksi (yang
percaya) dan yang tidak. Penafsiran terhadap Alkitab harus dilakukan sedemikian rupa secara teliti, kritis dan objektif untuk menghindari tiga kesalahan memahami Tritungal yang berakibat pada kesalahan atau ajaran sesat seperti antara lain: modalisme, subordinasionisme yang hadir dalam pemikiran Arianisme, Politeisme atau Sabelianisme. Ini adalah jantung dari doktrin trinitas.

Monarhianisme dinamis/Adopsionisme. 
Ajaran ini menyatakan bahwa Yesus Kristus hanyalah manusia biasa. Ia menjadi Anak Allah melalui proses adopsi, yang terjadi pada saat Yesus dibaptis di Sungai Yordan. Pada saat Yesus dibaptis, Allah Bapa mengadopsinya dan memberinya kuasa dan hikmat-Nya, sehingga Ia bisa melakukan berbagai mujizat. Roh Kudus hanyalah kekuatan dari Allah Bapa; bukan personal God. 

Pandangan ini diajarkan di Roma oleh Theodotus of Byzantium (+ 190). Selanjutnya, pada tahun 260, Uskup Antiokhia yang bernama Paul of Samosata juga mengajarkan Dynamic Monarchianism. 

Modalisme 
Ajaran ini memahami bahwa hanya ada satu Allah dengan tiga manifestasi yang beragam. Ketigaan Allah hanya dipahami sebagai sebuah wajah atau manifestasi yang jamak. Tritunggal bukanlah Modalisme. 

Monarkhianisme modalistik/Sabellianisme. 
Paham ini menyatakan bahwa Allah Bapa, Allah Anak, dan Allah Roh Kudus bukanlah tiga Pribadi Ilahi, melainkan hanya merupakan tiga bentuk manifestasi (modes) dari Allah, yang hanya terdiri dari satu Pribadi. Sebagai Pencipta langit dan bumi serta sebagai Pemberi Taurat, Allah disebut sebagai. “Bapa.” Sebagai inkarnasi menjadi manusia (Yesus Kristus), Allah disebut sebagai “Anak.” Dalam zaman gereja, Allah disebut sebagai “Roh Kudus.” Satu Pribadi Ilahi dengan tiga nama (manifestasi). 

Pandangan ini diajarkan oleh Sabellius dari Ptolemais seorang teolog pada abad ke-3), Noetus (penatua gereja di Asia Kecil, + 230), dan Praxeas (seorang Kristen di Asia Kecil, akhir abad ke-2/awal abad ke-3).

Sabellius menyatakan bahwa Bapa, Anak dan Roh Kudus adalah tiga bentuk eksistensi atau tiga manifestasi dari satu Allah. Menurut pandangan ini, Trinitas bukan berkaitan dengan
natur Allah, tetapi hanya cara Allah dalam menyatakan diriNya. Pandangan ini mengajarkan
bahwa sebagai Bapa, Allah adalah Pencipta dan Pemberi Hukum; sebagai Anak, Allah adalah
Penyelamat; sebagai Roh Kudus, Allah melahirkan kembali dan menguduskan. Atau dengan cara lainnya, Sabellianisme mengajarkan bahwa Allah dikenal sebagai Bapa dalam Perjanjian Lama, sebagai Anak dalam kitab-kitab Injil; dan sebagai Roh Kudus untuk zaman ini. 

Sabellianisme dalam setiap kasus, percaya pada satu Pribadi saja yang mewujudkan diri dengan tiga cara. Pandangan ini juga dikenal sebagai trinitas ekonomi, yaitu: satu Allah yang mewujudkan diri-Nya dalam jabatan-jabatan berbeda pada ekonomi (administrasi/dispensasi) yang berbeda. 

Di Gereja Timur, Sabellianisme juga dikenal sebagai Monarkianisme yang modalistik. Sabellius ini diikuti oleh Abelardus (1079-1142) yang menyatakan bahwa nama Bapa untuk menyatakan kuasa; Putra untuk menyatakan hikmat; Roh Kudus untuk menyatakan kebaikan.

Sabelianisme merupakan bidat dalam Gereja Timur yang merupakan bentuk modalisme
teologis. Sabellianisme adalah kepercayaan bahwa Bapa, Anak, dan Roh Kudus adalah tiga mode atau aspek Allah yang berbeda, yang bertentangan dengan pandangan Tritunggal tentang tiga pribadi yang berbeda di dalam ketuhanan. Sabellius menganggap Yesus sebagai Allah sambil menyangkal pluralitas pribadi-pribadi di dalam Tuhan dan memegang kepercayaan yang mirip dengan modalistik monarki. Monarki kapitalisme umumnya dipahami telah muncul selama abad kedua dan ketiga, dan telah dianggap sebagai bidat setelah abad keempat, meskipun hal ini dibantah oleh beberapa orang. Sabelianisme dinyatakan bidat dalam Konsili Konstantinopel I pada tahun 381. Tritunggal bukanlah Sabelianisme.

Subordinasionisme
 Aliran ini menyatakan bahwa Yesus Kristus dan Roh Kudus lebih rendah (dalam hakikat Mereka) daripada Bapa. Origenes dari Aleksandria (184–253) mengajarkan bahwa Yesus ialah deuteros theos (allah kedua). Anak dan Roh Kudus memiliki unsur/zat (substance) yang berbeda dengan Bapa. Subordinasionisme, seperti Arianisme (pandangan bahwa keilahian satu atau lebih adalah lebih rendah dari yang lain), memahami bahwa Anak bersifat subordinasi kepada Bapa. Gagasan ini muncul pertama-tama oleh Tertulianus. 

Kemudian Origenes membuat menjadi lebih kuat dengan menyatakan bahwa Anak lebih rendah dari Bapa. Arius mengatakan bahwa hanya Bapa yang tidak bermula. Ide ini ditolak di dalam pengakuan iman Nicea melalui konsilinya (325). Arianisme berasal dari Arius (seorang penatua gereja di Alexandria, + 250–336) mengajarkan bahwa Yesus Kristus (Allah Anak) diciptakan oleh Allah Bapa. 
Oleh karena itu, Allah Anak tidak bersifat kekal. Allah Anak juga memiliki unsur/zat yang berbeda dengan Allah Bapa.

Pneumatomakhianisme/Macedonianisme
Macedonius (uskup Konstantinopel, 342–346, 351–360) ini menolak keilahian Allah Roh Kudus.

Ebionitisme 
Paham ini menolak keilahian Yesus Kristus. Bagi para penganutnya, Yesus Kristus hanyalah manusia biasa yang memiliki karunia untuk mengadakan mujizat.
Umumnya, para pengikut Ebionitism berasal dari kalangan Yahudi-Kristen pada abad pertama. Mereka sangat menekankan hukum dan tradisi Yahudi, serta menolak ajaran-ajaran Rasul Paulus.

Partialisme
Aliran ini mengajarkan bahwa Allah Bapa, Allah Anak, dan Allah Roh Kudus merupakan tiga komponen (bagian) dari satu Allah. Bagi para penganutnya, Bapa, Anak, Roh Kudus, hanyalah bagian-bagian dari Allah; secara terpisah, Mereka tidak sepenuhnya Allah.
Hanya ketika Mereka bergabung, Mereka baru menjadi Allah sepenuhnya.

Triteisme
Paham ini menyatakan bahwa Bapa, Anak, dan Roh Kudus adalah tiga Pribadi Ilahi yang independen (berdiri sendiri). Mereka memiliki hakikat dan substansi yang sama, namun terpisah satu dengan yang lainnya. Triteisme mengajarkan bahwa ada tiga Allah yang benar-benar terpisah satu dengan yang lain. Pemahaman ini menekankan keterpisahan mutlak dan
tidak melihat keterikatan dari aspek ketigaan Allah. Allah benar-benar tiga. Ini sebetulnya adalah salah satu bentuk politeisme.

Jehovah’s Witnesses 
Aliran ini didirikan oleh Charles Taze Russell (+ tahun 1870).
Mereka menolak doktrin Trinitas. Bagi mereka, Yesus adalah ciptaan Allah (Yehovah) yang
pertama. Sedangkan Roh Kudus dipahami bukan sebagai personal God, melainkan hanya sebagai God’s active power (bnd. Kej. 1:2 dalam New World Translation).

Mormonisme 
Aliran ini didirikan oleh Joseph Smith (+ tahun 1830). Kaum Mormon menolak ajaran tentang Allah Tritunggal. Bagi mereka, Yesus merupakan keturunan dari Allah Bapa dan Allah Ibu. Sedangkan Lucifer juga merupakan anak dari Bapa. Dengan demikian, Yesus dan Lucifer adalah kakak-beradik. Roh Kudus dipahami oleh kaum Mormon sebagai suatu makhluk yang kepadanya diberikan berbagai atribut dan kuasa Ilahi. Ia memberikan kesaksian mengenai Allah Bapa dan Yesus kepada umat manusia.

1 komentar untuk "Jenis-Jenis Ajaran Tentang Tritunggal Yang Keliru"

  1. Shalom bapak, ibu saudara/i di manapun berada. Apakah Sudah ada yang pernah mendengar tentang Shema Yisrael? Ini adalah kalimat pengakuan iman orang Yahudi yang biasa diucapkan pada setiap ibadah mereka baik itu di rumah ibadat atau sinagoga maupun di rumah. Yesus juga menggunakan Shema untuk menjawab pertanyaan dari seorang ahli Taurat mengenai hukum yang utama. Kita dapat baca di Ulangan 6 ayat 4 dan pernah juga dikutip oleh Yesus di dalam Injil Markus 12 : 29. Dengan mengucapkan Shema, orang Yahudi mengakui bahwa YHWH ( Adonai ) Elohim itu esa dan berdaulat dalam kehidupan mereka. Berikut teks Shema Yisrael tersebut dalam huruf Ibrani ( dibaca dari kanan ke kiri seperti huruf Arab ) beserta cara mengucapkannya ( tanpa bermaksud untuk mengabaikan atau menyangkal adanya Bapa, Roh Kudus dan Firman Elohim yaitu Yeshua haMashiakh/ ישוע המשיח, yang lebih dikenal oleh umat Kristiani di Indonesia sebagai Yesus Kristus ) berikut ini

    Teks Ibrani Ulangan 6 ayat 4 : ” שְׁמַ֖ע ( Shema ) יִשְׂרָאֵ֑ל ( Yisrael ) יְהוָ֥ה ( YHWH [ Adonai ] ) אֱלֹהֵ֖ינוּ ( Eloheinu ) יְהוָ֥ה ( YHWH [ Adonai ] ) אֶחָֽד ( ekhad )


    Lalu berdasarkan halakha/ tradisi, diucapkan juga berkat: ” ברוך שם כבוד מלכותו, לעולם ועד ” ( " barukh Shem kevod malkuto, le’olam va’ed " ) yang artinya diberkatilah nama yang mulia kerajaanNya untuk selama-lamanya " ). Apakah ada yang mempunyai pendapat lain?.
    🕎✡️🤚🏻👁️📜🕯️🕍✝️🤴🏻👑🇮🇱🗝️🛡️🗡️🏹⚖️⚓🗺️🌫️☀️🌒⚡🌈🌌🔥💧🌊🌬️❄️🌱🌾🍇🍎🍏🌹🍷🥛🍯🐏🐑🐐🐂🐎🦌🐪🐫🦁🦅🕊️🐟🐍₪

    BalasHapus