Berhasil Dan Setia, Pilih Mana?

berhasil dan setia, kesetiaan

Berhasil

Sobat Logos, semua orang pasti mengharapkan hidup yang berhasil. Saya pun pernah bermimpi jadi orang yang sukses, hidup mapan, pelayanan yang berhasil dan keluarga yang harmonis suatu saat nanti.

Dorongan menjadi berhasil ini terus memotivasi saya untuk berupaya sekuat tenaga mewujudkan impian tersebut.

Pikiran ini sepertinya sudah diprogram untuk berhasil dan sukses. Misalnya dalam hal melayani di ladang Tuhan. Banyak cara yang saya tempuh, banyak hal yang saya lakukan, banyak nasehat bijak yang saya jalani namun pada akhirnya saya jenuh dan lelah.

Apakah berhasil dan sukses itu salah? Berhasil dan sukses adalah fase kehidupan yang harus kita lalui dan jalani, itu normal karena Tuhan juga tidak menghendaki kita menjadi orang-orang yang melarat dan sengsara karena kemalasan. Orang yang bekerja keras dan rajin akan menikmati hasil kerjanya.

Saya diingatkan kembali bahwa hidup itu tidak hanya berhasil dan sukses. Bila keberhasilan menjadi ukuran untuk sebuah kehidupan yang berkualitas  maka kita menjadikan hidup ini seperti sebuah "kompetisi". Yang kuat yang menang, sementara yang lemah akan tertindas. Tidak peduli apakah orang lain tersakiti, apakah yang lain terluka, yang penting saya harus berhasil apapun caranya.

Hidup harus dimaknai sebagai sebuah proses karena tidak selamanya kita berada pada puncak kesuksesan. Adakalanya kita harus diizinkan berada pada lembah-lembah kekelaman, kehancuran, kegagalan dan penderitaan.

Setia

Proses-proses inilah yang akan mendewasakan iman dan semakin menjadikan kita bijaksana.
Dalam kondisi kehancuran dan penderitaan, keberhasilan dan kesuksesan tidak bisa membantu kita untuk tetap kuat di masa sukar. Apakah kita siap menghadapi ketika teman-teman yang dari tadinya menemani saat kita sukses akan menghianati dan pergi saat kita terjatuh? Hanya kesetiaanlah yang bisa menjadi penopang dan menjadi kekuatan di masa-masa sulit.

Suatu kali seseorang bertanya kepada Ibu Theresa: "Ibu telah melayani kaum miskin di Kalkuta-India,tapi tahukah Ibu , bahwa masih ada jauh lebih banyak lagi orang miskin yang terabaikan? Apakah Ibu tidak merasa gagal?"

Jawab Ibu Theresa,
"Anakku, aku tidak dipanggil untuk berhasil, tetapi aku dipanggil untuk setia. Setiap pelayan Tuhan dimanapun dan dalam peran apapun, tidak dipanggil untuk berhasil. Sebab jika panggilannya adalah keberhasilan, ia akan sangat riskan jatuh pada kesombongan atau penghalalan segala cara. 

Pelayan Tuhan di panggil untuk setia. Melakukan tugas pelayanan dengan penuh komitmen dan tanggungjawab, semampunya bukan semaunya. Itulah teladan Tuhan Yesus. 

Menurut ukuran dunia, Tuhan Yesus bisa dibilang tidak berhasil semasa hidup-Nya. Dia harus menjalani hukuman sailib, satu muridNya mengkhianati -Nya, satu lagi menyangkal-Nya, yang lain meninggalkan-Nya. Namun Dia tetap setia melakukan kehendak Bapa, menyelesaikan pekerjaan-Nya, itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia. Kesetiaan-Nya membuahkan keselamatan manusia.

Dalam pelayanana kita bisa saja seolah-olah tidak berhasil atau tidak ada hasilnya, tetaplah setia karena kesetiaan tidak pernah sia-sia. 

Amsal 3:3-4 TB
Janganlah kiranya kasih dan setia meninggalkan engkau! Kalungkanlah itu pada lehermu, tuliskanlah itu pada loh hatimu, maka engkau akan mendapat kasih dan penghargaan dalam pandangan Allah serta manusia.

Apakah sobat Logos pernah mengalaminya juga? silahkan tulis pengalaman sobat di kolom komentar.
Tuhan memberkati.

Posting Komentar untuk "Berhasil Dan Setia, Pilih Mana?"